Kamis, 11 Desember 2008

A Wonderful Night without words

Sebagai seorang mahasiswa yang bercita-cita tinggi dan memiliki vision yang jelas pada kehidupannya... (hehehe..8)) adalah kewajibanku untuk memiliki network yang luas. Salah satunya adalah dengan mengunjungi kenalanku yang merupakan salah satu manajer bioskop 21 di selatan kota B. Awalnya aku sedang bergolek dengan malas di atas kasur yang sangat empuk menurutku. Hujan baru saja berhenti, sehingga angin yang bertiup dari bawah celah daun pintu kadang berhembus dengan santainya. Honestly, kalo lagi bengong begini, dengan pikiran menarawang ditemani Compo Aiwa kesayanganku, kadang kemaluanku bisa dalam posisi "get set" yang sangat keras.. Sambil sesekali menyipitkan mataku yang rabun jauh untuk melihat posisi waktu pada jam dinding kayu di atas jendela. Dengan dicat warna hijau muda yang segar, membuat kamarku yang berukuran 4x4 ini, selalu menjadi tempat peristirahatan teman-temanku, baik wanita maupun pria, kalau sedang berkunjung for something, Sebenarnya malam itu aku sudah males untuk berangkat dari my dormy yang sudah nyaman di kesejukan kota. Kadang ada saja alasanku untuk tidak bergerak bangun. Lima menit lagi lahh...., pas kira-kira sudah waktunya habis, di radio lagi diputar lagu/musik yang enak lah... Aaahhhh... Tapi aku sudah janji akan datang. Aku berdiri beranjak bangun, memakai kacamata minusku, mengambil dompet, mengecek STNK, meraih kunci motor yang tergantung, dan memeriksa ponselku dalam keadaan full charge. Aku sering tidak membawanya jika bepergian dengan menggunakan motor. Sebab adalah merepotkan bagiku jika ada incoming calls jika lagi asyik kebut-kebutan. Lebih baik kutinggalkan saja, toch ada fasilitas mailbox dan missed calls..8) Aku keluarkan biky, motor kesayanganku yang jujur aja, kadang males juga aku bersihkan. Seminggu sekali dicuci sudah bagus sekali... Pernah sekali aku baru pulang dari rumah temanku di daerah Dg dan tiba-tiba di dekat BI, motorku mati tiba-tiba. Terpaksa aku harus mendorongnya melewati Kantor Tlkm dan Jalan. Smtr yang penuh waria. Aku pribadi sangat tidak suka menanggapi mereka. Ada sekitar 6-7 waria yang bersiul menggodaku yang sedang mendorong motor. Terlintas dikepala, kalau saja ada yang berani menyentuhku..... ciatttttt..... cruel habits...Sorry.. ngelantur... Back to story... So Biky, kupanaskan sejenak melawan suhu rendah lingkungannya untuk memastikan he's ready. Kupacu Biky di kekelaman malam dengan disertai liukan-liukan iseng di jalan yang relatif kosong. Memang enaknya naik motor di kota B, apalagi kalo sudah jam 9 ke atas. Dingin, sejuk, dengan terpaan angin di wajah membuat perasaan tetap segar. Bukannya kaya di arta...Ketika melewati jalur-jalur jalan BB, kuperlambat motor dengan kecepatan maksimum 40 km/jam. Bukannya apa-apa, soalnya masih banyak mahluk-mahluk manis dan cantik yang masih berseliweran di trotoar. Who knows mungkin ada yang butuh bantuan. Khan bisa di bilang.... "My herooo..." ...hihihhihihii.... "je gile loe! kamana wae?", semprot Bang Cish ke arahku ketika mukaku timbul dari balik pintu kerjanya. "Sorry, Bang. Tadi sich kepikiran untuk delay aja nich malem. Biar gue ke sini aja besok pagi", kataku sambil diiringi suara memelas tapi penuh penyesalan. "Prettt!. N'tar nggak gue kasih tiket nonton lagi loe", ancam dia sambil muka sok jutek. "Ya, udach... Benerin dech tuch komputer gue. Tapi awas yea jangan coba-coba ngehack...!", dengan sorot tajam matanya yang menurutku sich dibuat-buat kali yeee.... Seperti biasanya langsung aja duduk di kursi kulit rodanya. Bukan kursi roda buat orang yang nggak bisa jalan! Sudah kebiasaan, semua aktifitasku kalo bisa ditemani oleh suara musik, entah itu CD maupun kaset. Aku raih remote, turn Kenwood on, dan kupilih radio. Karena semua audio set yang pernah ku kunjungi selalu dengan sengaja aku simpan memory untuk 1 stasiun radio fave.ku di kota B, 107,2 FM... guess what???... Alunan Larry Carlton mengalir memenuhi ruangan kantor Bang Cish yang aku salut, surround and staging abis suasananya. Kalo nggak inget tiket, udach aku matiin lampu dan tidur dech.... "Nich komputer diapaain sich...?, tanyaku sambil tetap sibuk ngulik- ngulik keyboard dan mouse. "Tadi pagi dipakai Karina buat ngetik surat. Sedangkan gue baru mo mulai pakai tadi siang abis lunch", kata Bang Cish sambil membereskan beberapa kertas untuk dimasukkan ke tas Gianfranco Ferre kesayangannya. Karina adalah sekretaris Bang Cish yang ruangannya pas di depan pintu kerja Bang Cish. "Tolong dibenerin malam ini yea.... Soalnya besok pagi gue mo pake nich.... OC?", dengan suaranya yang khas... Nggak beberapa lama kemudian berhasil kutemukan bulk of problem-nya... Ada registry beberapa aplikasi yang corrupt. Aku beranjak bangkit dan memilih 2 CD Program di salah satu rak buku. "Ini sich harus gue re- install", dalam hati.... "Dyt, loe nanti kasih kuncinya ke Somad yea... Nicht vergessen...!, dengan akses bahasa Jermannya yang sumbang.. Somad adalah chief security di kompleks 21 itu... "Yapp", sahutku singkat.... "Auf wiedersehen.......", katanya yang terakhir sambil menjauh menghilang. Lagi asyik-asyiknya nungguin progress bar di layar monitor, tiba-tiba masuk sesosok mahluk ke dalam ruangan. Sempet sich jantungku berdegup keras. Can u imagine that??? Lagi sendirian di kantor malam-malam dengan asumsi bahwa tidak ada lagi manusia di seputar gedung..... Tapi setelah aku sadar in a moment,.. KARINA..!!!.. Dengan tinggi 167 dan badan proporsional untuk seorang sekretaris yang rajin yoga 2 kali seminggu. Rambut sebahu yang diikat manis dengan jepitan lucu... Tau dech apaan tuch.... Mahluk yang indah pada umurnya yang ke-25. Pokoke sejenak kami saling beradu pandang.. Dia meletakkan beberapa dokumen di atas meja kerja, dan sambil berbalik melangkah keluar, dia mengedipkan matanya yang jenaka dan mengibaskan poni pendeknya.. Beberapa saat aku terpaku dengan tersisa aroma perfume yang kusukai. Kulihat ke kiri dan ke kanan, juga ke belakang ... i want to make sure memastikan bahwa action tadi memang ditujukan kepadaKU!!.. Kayanya tadi itu tatapan "catch-me-if-u-can"...dech... Karena kupikir dia mungkin ke arah area parkir untuk pulang, langsung saja aku keluar ke arah lobby dengan langkah terburu-buru. "Shit....!!! Pas bubaran bioskop lagi....", sambil terus mencari ke arah parkiran yang penuh manusia. Repot banget yea mencari sesosok Karina di antara mahluk-mahluk cantik lainnya yang saling bercanda atau berangkulan dengan pasangannya. Sekitar 5 menit kemudian tanpa hasil, aku memutuskan balik ke ruangan untuk melanjutkan tugas yang tertunda. Beberapa langkah sebelum pintu ruangan Bang Cish tercium aroma wangi Issey Miyake. Aku hapal sekali aromanya, soalnya punya sich... Tapi kok... nich aroma perfume-nya...... Karina! Kulihat pintu ruangan kantornya terbuka setengah. Dengan melangkah perlahan masuk sambil mendorong pintu jati itu. Ruangannya remang-remang, so aku butuh beberapa detik untuk menyesuaikan mata. Semakin lama aku bisa melihat sesosok wanita sedang berbaring di sofa merah kulit dengan aroma parfume yang sudah aku kenal itu. Dengan bermodalkan penerangan dari lampu 25 Watt di keempat pojok ruangan, kami hanya terpisah beberapa langkah saja. Kami saling tersenyum... I have my mind... Krekk.... Plokk.... Pintu kukunci.. Seperti biasa.... aku cari remote audio. Aku menyapu ruangan dengan mata selidik tapi hasilnya nihil. Terpaksa kuberanjak ke Compo Pioneer untuk mengoperasikannya secara manual. Aku perhatikan di CD playernya sudah ada CD Yanni.... Am I set up like this??? The hell I care..... Aku tekan play, dan tidak lupa menyetel volumenya untuk seasyik mungkin... Ada sebersit imajinasiku bakal diserang vampire cewek... Setelah pas alunannya suaranya, aku berbalik. Wooooowww.... aku melongo sesaat melihat something in front of me.. Karina sedang melepaskan blazer, kemeja G2000nya, dan kemudian roknya secara perlahan. Yang bikin penasaran adalah dia sama sekali nggak menatapku atau menggigit bibirnya sekedar untuk menggoda. I like this game....!.... I saw her in perfect silhouette, with erect breasts call out to me!!!.. Ku gerakkan tubuh perlahan, dan ketika semakin dekat, Karina perlahan mulai berbaring kembali di sofa. Sambil berbaring rileks, tangannya mulai mengusap daerah-daerah kewanitaannya. Kedua tangannya terlihat aktif menjelajah bukit kembarnya dan lembah kewanitaannya dengan mata terpejam menikmati suasana yang tercipta. Dari celah vaginanya mulai mengalir her sweet juices running down her leg. Shit!!! I was so damn horny, even just wached her in action... Aku dengan cepat melepas busana yang masih menempel di badan dan segera bergabung dengan Karina. Ia merengkuh dan menarikku lebih dekat. Putingnya sudah mengacung keras dan terasa menggaruk dadaku ketika kami saling berciuman dengan lembut. Lidahnya dengan hangat menyapu seluruh rongga mulutku. Sedangkan aku lebih asyik untuk mengulum bibir bawahnya yang menurutku legit itu. "Mmmh... mmhh...", hanya itu yang kudengar saat bibirnya kugigit perlahan dengan gigi-gigi seriku. Selang beberapa saat, Karina melepaskan diri dari dekapan tanganku dan tangannya menahan dadaku untuk tetap berbaring. Dia hanya tersenyum,.. so sweet...., dan tangannya mulai bergerak menuju my little bro. Jari-jemarinya yang halus bergesekan dengan kulit my little bro. Uccchhhh .... bibirnya menyentuh kepala kecil diujung sana dan secara perlahan mulai melumat habis kelaminku yang tercinta itu. When she sucked my cock, she gave a new meaning to deep throat. Karina benar-benar paham apa yang sedang ia kerjakan. Gigi dan lidahnya terasa memijit dan mengunyah dengan begitu nikmat. Uchhh.... fiuchhh.... benar-benar sulit diungkapkan. Selama aktifitas oral itu berlangsung, matanya tetap menatap manja ke arahku. Pipinya yang putih halus kemerahan terlihat lucu karena selalu bergerak dengan sesuatu di dalam sana.. Achhh... aku pikir dia mau melakukan blow job but i was wrong... Karina menggerakkan badannya lagi ke arahku.. Secara perlahan dan penuh perhitungan, kakinya diletakkan pas disamping kepalaku. Setelah pas, pahanya mulai turun dan mendorong celah pahanya ke arah mukaku. I got it!", pikirku. Aku melakukan sapuan-sapuan yang berbeda-beda temponya. Kadang cepat, kadang lambat dengan disertai hisapan kuat di klitoris dan bibir merah vaginanya... "Achhh... yeaa... yeaa......", erangnya tanda Karina begitu menikmati perlakuanku. Her labia were talented as her lips, dan aku yakin bahwa pasti she was going to bite me back. Setelah lagu ketiga, kayaknya dechhh...., paha dan pantat Karina mulai bergerak liar. It's time to make her free.... Dengan tetap memegang kendali, aku lumat habis klitorisnya... Dan akhirnya,.. "accchhhhhhh"..... erangan panjangnya memenuhi ruangan. Tanganku yang sudah licin karena keringat dari kulit kami, melepas remasan di kedua bongkahan pantatnya untuk membiarkan Karina menikmati sensasi indahnya. Walaupun begitu, bibir dan lidahku tetap menjelajahi cairan-cairan hangat yang mengalir dari kewanitaannya. "MMmmmhh... mmmhhh", gumam Karina.. Ini tampaknya menambah sensasi orgasmnya yang dasyat... Malam itu aku berikan kesempatan untuk my little bro. untuk mengebor dan mengkikis Karina sampai 3 kali orgasm, dan akhirnya aku sendiri melepaskan tembakan yang keras dan terarah ke perutnya yang indah bercahaya.. Kami berpakaian, mematikan CD pada posisi lagu yang ketujuh dan mengunci ruangan. Aku mengantarnya sampai ke mobilnya tanpa bergandengan tangan di area parkir, dan akhirnya saling melambaikan tangan ketika Taft Ranger Hijau Karina bergerak menjauh. Aku berjalan kembali memasuki gedung kantor dan menuju ruangan Bang Cish. Man in a mission.. Tugasku belum rampung nich... Segera cek ulang segala sesuatunya, dan tampaknya sudah nggak ada masalah dengan aplikasi-aplikasi yang sudah di re-install. Aku matikan komputer, Kenwood, lampu utama, dan akhirya mengunci ruangan. Aku menuju ke area parkir dan menghampiri Biky. aku lewati pos security dan meyerahkan kunci kantor ke Pak Somad. "Pada lembur yeaa????", sapa Pak Somad ketika melihatku. "Iya, nich Pak.. Komputernya si Boss lagi ngadat tuch. Untung udach beres sekarang", tanggapku dengan muka capek.. "Oooo...Ibu Karina juga tadi baru pulang yea...? Tumben Ibu Karina lembur malam ini. Asal jangan sampai sakit aja....", sahut Pak Somad sambil menyimpan kunci ke meja kerjanya. "Memang kenapa, Pak?", tanyaku. "Iya.. Ibu Karina tadi kelihatan capekkk.. sekali. Susah dech kayanya tadi ngasih senyum.....", kata Pak Somad lagi. Daripada berlama-lama nanti bisa dicurigai, aku langsung aja pamit. "Punten, Pak Somad. Pulang dulu yea saya..?", sambilku melangkah keluar pos. "Mangga,..Mas", sahutnya terakhir kali. Besoknya Bang Cish meneleponku untuk mengucapkan terimakasih dan memberitahukan bahwa everithing is back to normal again.... Tapi yang membuat aku hampir kaget adalah ketika ia menanyakan kenapa aku lama sekali semalam. Untung, yang ada di pikirannya, aku keasyikkan browsing site-site cihuy....
Lust, look what u've done 2 me B, Circa September 199X "Terrrrttttt..............." "Terrrrttttt..............." Dengan tetap masih berbaring, aku coba meraba-raba tombol "speaker" telepon pararel di kamarku yang berdemo minta diperhatikan. "Halo!", dengan suara yang jelas sekali menunjukkan aku masih ngantuk. "Dytha... Hei! Bangun donk!!!!", suara mahluk yang sangat kukenal menggema di kamarku. "Kok masih tidur sich? Acaranya jam 8 khan? Remember, u've already promised," cerocos Tina tanda tak sabar memojokkan posisiku. "Baru jam berapa sich. Paling juga jam 6-an", dengan suara yakin dan pembelaan diriku. "Iya, tapi khan gue udach di jalan nich mo jemput loe! Gue udach di Horison. Dalam 10 menit udach sampai di sana!", masih dengan suara gerutunya. "Iya, ya...", sambil tanganku menekan tombol "Hook". Inilah jadinya jika seorang pria telah menjadi "Hero" oleh seorang wanita. Awalnya ketika Tina meneleponku untuk mengadukan putus hubungan dengan kekasihnya. Tina merasa bersalah karena tidak mendengarkan nasehatku sejak awal, mengenai seorang pria yang secara gencar mencoba meluluhkan hatinya itu. Bukannya apa-apa, aku telah mengetahui darkside of his attitude. Setiap seminggu sekali, pria tersebut selalu "mengunjungi" Srtm teritory. Srtm adalah salah satu kompleks yang terkenal di B dengan atraksi dan wahananya. Sejujurnya aku sama sekali tidak menyukai tempat itu, walaupun aku sama sekali tidak menolak memiliki sobat yang menjadi "peacemaker" di daerah sana. ******* Love... love... love... Sometimes it replaces our logic with its poison. Hubungan mereka hanya bertahan beberapa bulan. Dan puncaknya ketika aku sedang menjalani magang di Jkt pada saat liburan semester kemarin. Hampir setiap malam, aku melayani seluruh curhat Tina dengan kepala bersandar di bantal akibat kelelahan yang tak terkira. Pada saat magang 2 bulan hampir usai, aku sudah seperti korban pelariannya. LAKI-LAKI memang BUAYA! Tapi Wanita senang BIAWAK! Karena pilihanku yang tetap membujang, maka dengan mudahnya Tina menculikku for everything she wants, even just accompanied her to buy one single bath soap!!! ******* Dengan langkah gontai, aku beranjak keluar kamar untuk membasuh diri. Walau hanya terkurung di dalam kamar mandi berukuran 2x2 m, tidak menghalangi kesegaran tubuh seorang pria dewasa menikmati dinginnya air. Ee.ee.eee..... my little bro. tampaknya bereaksi dengan lingkungan. Tanpa bisa kucegah, beliau telah berada pada posisi "get set". Bukannya menciut menggigil, malah membusung siaga. Terlintas untuk "mengolahragakan"nya, tapi kayanya aku sudah mendengar suara Tina di luar sana. Selang beberapa detik... "dokkk... dokkk... dokkk!", suara pintu kamar mandi digedor dengan sengaja. "Hei. Lagi ngapain sich! He.. he.. he... he....", teriak Tina tentu dengan tawa nakalnya. "Lagi handukkan nich!", jawabku jujur. Pada saat pintu kubuka, Tina masih saja di balik pintu dengan tawa nakalnya yang menggemaskan. Dengan sedikit misuh-misuh, aku gerakkan tubuhku menuju kembali ke my dorm. Baru beberapa langkah aku bergerak... "Plakkkk!" Someone spank my butt!! Dengan reflek aku menoleh ke belakang dan menemukan tawa nakal Tina sekali lagi. "Kampungan!!", umpatku sebal. Aku biarkan saja Tina mengekor memasuki my dorm. Dan dengan kesadarannya menutup rapat pintu kamarku. Aku, seperti biasanya dengan cuek, melepas lilitan handuk. Selintas aku perhatikan tatapan tak berkedip Tina mengharapkan sesuatu. Yeeee... aku masih meninggalkan lapisan kain pelindung my bro. Dengan diiringi suara musik yang keluar dari radio station fave-ku, kubiarkan sepasang bola mata menatap tubuh ramping pria di depannya. Kali aja Tina melakukan offensive strike from behind. Tanpa kesulitan, aku mengenakan T-shirt putih polos dengan Levi's 505 hitam. Sesekali aku melakukan sedikit liukan-liukan selama prosesi berbusana. Hal itu tampaknya sangat dinikmati Tina dengan tawanya yang membahana. I really like to make women laughed. Untuk melawan dinginnya malam, kukenakan sweater dark navy tebal. Aku berbalik sambil merentangkan tangan meminta pendapat Tina. Ia tersenyum puas dan mengangguk. Dengan sigap aku menarik tangan Tina yang terulur minta dibangunkan dari tempat tidurku. Sekarang baru kusadari bahwa pakaianku nggak "drop" dibandingkan Tina. Ia mengenakan tank-top dark grey dengan dibalut jeans hitam. Sebagai penghangat, Tina memilih cardigan putih dengan membiarkan beberapa kancing terbuka. PERFECTO! Sambil melangkah keluar, Tina mengibaskan rambut hitamnya yang tergerai sempurna. Segera saja aku mengikuti keluar sambil mematikan stereo dan menutup pintu kamarku. Di ruang tamu, ketiga sobat housemate-ku tampaknya juga sudah siap. Sesaat aku berpikir mereka akan turut serta. "Bener nich nggak ikut?", tanya Tina kepada mereka. "Next time aja yea. Lagipula kita khan nggak kenal sama yang ber-HUT. Nanti dikira cowok bispak lagi. Padahal bener khann?", sahut Woldy yang selalu sumbang berkomentar. "Cewek pasar mana lagi yang loe pada ajakin", candaku ke mereka. Dengan sengaja mereka bertiga saling berargumen dengan menyebutkan beberapa nama-nama cewek. Begitulah kami, rumah para bujangan caur yang selalu bercanda... hehehehehe... Di luar telah teronggok Celio TRP kesayangan Tina. TRP is Torino Red Pearl, warna pilihan yang tepat. Mitosnya, cewek yang suka merah itu sangat hot di ranjang yea?? Heheheheh. Aku langsung masuk ke kursi depan samping pak kusir, sesaat setelah bunyi khas mobil beralarm berbunyi. Aku termasuk cowok yang malas nyetir khususnya di malam hari. Soalnya nggak bisa CCP (Curi Curi Pantat), hehehheheh. Tina hanya bergumam lirih melihat kebiasaan malasku itu. Kami agak terlambat tiba di tujuan. Baru sekitar jam 9 Celio TRP Tina menempati sisi bahu jalan rumah untuk mengambil posisi parkir. Gimana nggak telat, Nasi Goreng Bhrsk lagi membludak dengan manusia berperut keroncong. Tina dan aku tidak berasal dari kampus yang sama. Lokasinya pun sama-sama di ujung. Aku di Selatan, dia di utara. Kebetulan yang ber-HUT masih teman main sekampus Tina yang sudah cukup kukenal baik. Karena sangat risih untuk digandeng, aku lebih memilih untuk saling berpegangan tangan. Banyak muka-muka asing yang tak kukenal menyapa Tina. It made sense to me, because I was out of my own community. Beberapa teman Tina saja yang telah kukenal mencoba menegurku. Dengan kata-kata seperti,"Halo cowok! Termasuk undangan, nggak??" atau "Echhh... Ternyata ada monyet dari selatan". Aku sich dengan sigap membalas, "Terpaksa nich jadi cowok bispak", atau "Echhh.. elo... Kok kebonya nggak diiket di luar?" We've no hurt feeling then, hehehehhehe. Akhirnya kejutan yang mengasyikkan dimulai. Diawali dengan menghilangnya Tina untuk ke kamar kecil. Setelah sekitar 15 menit-an berlalu, aku sudah mulai gelisah tak menentu. Mondar-mandir ke sekeliling tempat yang bisa diperiksa dan bahkan menanyakannya ke beberapa orang yang kuingat namanya. Tapi hal itu sama sekali tidak membantu. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba ada yang menepuk pundakku. Aku menoleh dan menemukan wajah manis yang sayang sekali tidak kukenal. Dia memberi isyarat tangan untuk mengikutinya. Dengan berharap cewek tadi temannya Tina, aku mengkutinya berjalan, menaiki tangga menuju lantai dua, dan akhirnya ia menunjuk ke salah satu pintu di ujung gang jalan. Setelah cewek tadi pergi, aku perhatikan ada empat pintu yang saling berhadapan. Dan tampaknya tempat ini cukup nyaman walau hanya dengan berdiri saja! Asal jangan kelamaan. Kelihatan sekali di sekeliling tempatku mematung didekor dengan nuansa biru, abu-abu, dan hijau. Hasil akhir sapuan-sapuan kuas berbingkai di dinding, aku kenali jelas sebagai tempat-tempat wisata di Eropa Barat. Ada Paris, London, Amsterdam, Vienna, dan Berlin. Dengan penataan jatuhnya cahaya lampu sorot yang tepat, menambah suasana hidup gambar- gambar itu. Tepat di ujung lorong, korden berpola daun neoclassical damask (kalau nggak salah yea) melindungi jendela di belakangnya. It's really... COOL!! Aku melangkah perlahan menuju pintu yang ditunjuk cewek tadi. Kuketuk pintu perlahan sambil memanggil Tina. Tanpa hasil, aku dorong perlahan pintu itu. Aku masuk ke ruangan itu, dan tidak terlihat apa pun dan no light to speak of. Sesaat terlintas ini sekedar guyonan murah sampai tiba-tiba terdengar suara lenguhan seseorang. Sepertinya ada yang sedang tertidur di sana. Aku putuskan untuk memeriksa siapa gerangan. Aku melangkan mendekati sesuatu yang kukenali sebagai tempat tidur, dan samar-samar terlihat seseorang sedang terbaring. Aku sangat mengenal suara ini! Suara wanita, tapi bukan Tina! Karena takut mengganggunya, aku berbalik dan melangkah keluar. Pada saat pintu akan ditutup kembali, tiba-tiba muncul seorang wanita seolah mengagetkan. "Tracy!", hanya itu saja ucapan kekagetanku. Aku baru saja ingin melakukan protes keras, sebelum secara mendadak dia melompat dan segera mengulum bibirku, dan kedua tangannya mendorongku perlahan kembali memasuki ruangan. "What the heck...", gumamku tak jelas menanggapi aksinya yang sangat offensive. Hanya dalam hitungan detik, Tracy segera menutup pintu dan menguncinya. I was trapped, hanya itu saja pendapatku. Sejujurnya saat itu aku sama sekali tidak horny sedikit pun. Aku sangat penasaran mengenai apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Tracy melepaskan shirt yang ia kenakan dan beberapa saat kemudian terpampang hasil kreasi indah Sang Pencipta. Tracy mendekatiku lagi sambil melakukan penyerangan terhadap bibirku. Tangannya tak tinggal diam dan dengan sedikit perlakuan keras melepaskan semua busana atasku. Sekali lagi dadaku yang telanjang dibombardir dengan bibir Tracy, yang untungnya tak bersisik. Pada saat lidahnya mencumbu seputar perutku, tangannya dengan sigap melepaskan busanaku yang masih tersisa. Pada saat tersadar diriku sudah polos sama sekali, Tracy mendorong perutku dengan tangannya. Aku terjatuh tak berdaya di tempat tidur dan mulai merasa menggigil kedinginan. Aku baru menyadari bahwa masih ada orang lain dan ingin segera memberitahu Tracy. Tapi sekali lagi aku terlambat. Tracy telah melakukan aktifitas terhadap my bro.! Sesaat aku sangat menikmati perlakukannya. Aku hanya bisa terbaring dan menutup mata, mencoba meresapi kenikmatan yang sedang kujalani. Kamar itu sekali lagi memberikan kejutannya. Pada saat aku membuka mata beberapa saat kemudian, ada secercah cahaya bulan yang masuk melalui jendela. Tempat tidur itu agak terguncang dan seorang wanita lainnya bergerak. Wajahnya yang cantik diterpa cahaya bulan tetap membuatku tidak mengenalnya. Ketika ia bergerak bangun, selimut yang melindunginya terjatuh, dan sekali lagi aku dapati wanita cantik tanpa sehelai benang di kamar itu. Tracy melepaskan kulumannya dan bergerak mendekati wanita itu. "She's Boni", menjawab tatapan pertayaan mataku. Dengan sigap dan cekat, bibir Tracy kembali melumat rakus kedua puting Boni. Yang terdengar hanya desahan, dengusan, tatapan seorang pria yang terjebak di atas tempat tidur. Tangan Tracy menangkap tangan kananku dan membimbingnya menuju paha atas cewek itu. Aku mendapati dan merasakan kegairahan yang terus mengalir membasahi kewanitaannya. Boni melihatku dan tersenyum menikmati kulikanku di tubuhnya. Tracy berhenti menciumi cewek itu, dan kembali bergeser ke bagian kakiku. Tracy memegang my bro. dan dengan perlahan dia memainkan topi baja milikku hanya di seputar bibir kewanitaannya. Secara perlahan ia menurunkan pantatnya perlahan, dan aku merasakan gesekan nikmat di bawah sana. Sambil mengigit bibir bawahnya, sesekali menengadahkan kepala, dan membiarkan matanya tertutup, Tracy bergoyang penuh semangat dan liar. Aku semakin bergairah dan suhu tubuhku sama sekali tidak merasa kedinginan yang berarti. Aku menoleh kesamping dan mengamati wajah Boni yang menonton kami dengan rona wajah yang semakin memerah. Aku menggapai pundaknya dan menarik wajahnya. Kami saling berciuman, dengan diiringi goyangan Tracy menikmati waktunya. Alu lepaskan ciuman, dan dengan diiringi senyuman, aku menarik pergelangan kaki kanan Boni. Dia tampaknya mengerti dan mulai bergerak menindih mukaku. Sapuan-sapuan lidahku benar-benar membuatnya merintih dan mengerang. Aroma kewanitaannya membuatku lepas kontrol menahan gejolak nafsuku. Sesaat kemudian, jepitan otot vagina Tracy semakin memijit keras. Aku hampir saja bobol bersama Tracy, kalau tidak dengan cepat mulai mengingat jadwal kuliahku besok dan laporan praktikum yang masih menunggu. Tracy mengerang tertahan, menjatuhkan tubuhnya, dan memeluk tubuhku. Boni tampaknya terpengaruh dengan situasi kilat tadi, dan menggumamkan sesuatu yang tak jelas. Rupanya cewek itu juga mengalami orgasme. Aku bersyukur pertahananku masih kokoh dan mencoba menarik napas lega. Cewek itu beranjak bangun dan dengan sedikit berbisik, "Gantian yeaaa..." "Oke...", itu saja yang keluar dari mulut Tracy. Berbarengan pada saat Tracy bergerak, tiba-tiba kewanitaan Tracy memberikan pijatan-pijatan lembut. My bro. yang masih dalam suasana recovey sangat terkejut dengan serangan ini. Pertahananku terasa semakin retak, dan dengan cepat dan cekat aku membalikkan posisi tubuhku dan Tracy. My bro. aku tarik dari medan pertempuran dan segera kuberikan perlakuan khusus. Dengan bermodal jari tangan telunjuk dan tengah kedua tangan, aku memberikan tekanan mendadak di bagian bawah my bro. Untungnya Tracy agak kaget dan bingung menatap kelakuanku. Hal ini memudahkan konsentrasiku dan sirkulasi udara yang kulakukan... Damn!!! Hampir saja. Setelah aku cukup pulih, aku kembali mendekati mereka. Tracy dan Boni hanya tersenyum-senyum sendiri. "Loe tu yeaa...", sahutku ke Tracy. "Tuch cepetan, non!", jawab Tracy ke arah cewek itu. Aku menarik kedua kaki ramping Boni. Ingin rasanya mencium bibir Tracy, tapi sayangnya aku masih enggan merasakan aromanya my. bro. Sorry bro... hehehehhe. Aku menuju puting Tracy dan menjentik-jentikkan jariku perlahan. Boni tampaknya penasaran dan tangannya menggenggam my bro. Rupanya Boni ingin menjajal kemampuan tarung milikku. Dengan sengaja tangan Boni menarik keras my bro. memasuki kewanitaannya yamg masih basah dan hangat. Aku meringis tertahan dan mencoba menenangkan diri sesaat melawan kekenyalan dan pijatan lembut yang menerpa. Aku biarkan my bro. melakukan penyerangan dengan disertai dorongan-dorongan yang terorganisir dengan baik. Tracy tidak ingin menjadi penonton, dan dia mulai menjilati kedua bukit indah Boni. Stimulus ini menjadi sempurna pada saat tangan kananku mulai menjelajah kembali kewanitaan Tracy. Kami saling menyentuh, meraba, dan menggaruk. Suara-suara tertahan kenikmatan kami memenuhi ruangan. Dan kami akhiri masing-masing dengan senyuman kepuasan pada perbedaan hitungan detik yang saling berdekatan. Kami berbaringan bersama untuk menormalkan kembali tubuh kami. Setelah keringat digantikan perasaan menggigil, aku beranjak bangun dan kembali mengenakan pakaianku. Dengan ditemani cahaya bulan, aku memunguti pakaianku yang sudah terlempar kesana kemari oleh Tracy. "Thanks for the moment", sahut Tracy sambil memeluk Boni yang tersenyum sebelum aku menutup pintu. Aku tersenyum kembali ke mereka. Ingin rasanya aku menutup pintu kembali dan melompat ke tempat tidur. Tapi aku segera teringat Tina. Ke mana dia?, membangkitkan rasa was-wasku. Aku kembali ke lantai bawah dan menemukan ruangan-ruangan yang lebih ramai dari sebelumnya. Aku lihat jam dinding, dan sebentar lagi jam satu. Karena sudah lelah, aku berniat langsung pulang saja. Aku berharap Tina sudah pulang duluan dan mungkin dia berharap aku bisa menumpang dengan mobil lainnya. @#$%^&! Aku menyelinap keluar rumah sambil menghindari orang-orang yang mungkin mengenaliku. Setelah beberapa meter, aku melihat mobil yang membawaku ke tempat ini masih ada tapi kok parkirnya pindah? Dengan degup jantung berdebar aku berlari mendekat dan melihat Tina terbaring di kursi belakang. Aku coba membuka pintu tapi terkunci. Dengan agak panik, aku mengetuk-ngetuk kaca dan mata Tina terbuka perlahan. Ohhh... melihat kondisi pakaian Tina, aku yakin tidak ada moment apapun yang membukanya secara sengaja. "Loe kemana aja sich?", tanya Tina dengan aroma alkohol yang kuat." Aku hanya diam saja tidak menanggapi gadis mabuk di depanku. "Pulang yea?", tanyaku ke Tina. "Loe yang nyetir yea?" sahut Tina. "Ya iyalahhhh. Jelas-jelas udach nggak fokus gitu." Aku bantu Tina duduk di kursi depan dan memakaikannya seat belt. Aku masih teringat pernah mengantar temanku yang mabuk berat ke rumahnya. Pada perempatan jalan, aku mengerem mendadak menghindari mobil lainnya. Hasilnya, kepala temanku itu terantuk dashboard dengan sukses... hehehehhehe. Dan besok paginya, temanku bingung kenapa dahinya lebam... hahahah. EPILOG Beberapa kali aku harus membetulkan seat belt Tina yang agak sadar. Dan beberapa kali pula aku harus berurusan dengan dadanya yang empuk dan liat itu. Mungkin kalau tidak ada moment nikmat sebelumnya, aku bisa tidak tahan melihat kondisi Tina. Aku harus membantunya berjalan menuju kamar kostnya. Malam itu kami tidur dengan celana pendek dan hanya berbagi satu selimut bersama. Kami hanya tidur nyenyak dan bangun besok paginya dengan agak pusing. Mungkin aku bodoh mendapatkan kesempatan nikmat lainnya, tapi tidak menggunakannya. Tapi prinsipku jelas, jika hanya sebagian saja yang menikmati persetubuhan, sama saja perkosaan namanya. Persetubuhan yang ideal merupakan aktifitas kenikmatan bersama. Walau ada bukti bahwa kadar alkohol bisa mempengaruhi nafsu seksual seseorang, aku tetap ingin melakukannya pada kondisi tubuh dan kesadaran yang sama. Kalau lagi mabuk dua-duanya, itu sich lain cerita...hehehehehhe. Maybe next time... Honey! coy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar