Selasa, 23 Desember 2008

BU HENNY DAN TEMANNYA
Telah sebulan lamanya Andi, seorang pemuda tampan rupawan, berkenalan dengan wanita paruh baya berumur empat puluh lima tahun bernama Bu Henny, istri seorang pejabat teras pemerintah pusat di Jakarta. Berawal saat mereka bertemu di sebuah department store di kawasan Senen dekat tempat Andi bekerja. Ketika itu Andi dengan tidak sengaja menolong Bu Henny waktu wanita itu mencari sesuatu yang terjatuh dari tas tangan yang dibawanya. Dari pertemuan itulah kemudian keduanya memulai hubungan teman yang kini berkembang menjadi lebih erat, perselingkuhan! Pemuda lajang yang berwajah tampan itu telah membuat Bu Henny jatuh hati hingga tak dihiraukannya lagi status dirinya sebagai istri seorang pejabat. Ditambah dengan kebiasaan buruk dan kondisi keluarganya yang memang penuh pertengkaran akibat suami yang doyan menyeleweng seperti layaknya kebiasaan para pejabat pemerintah yang tak pernah lepas dari perihal korupsi, kolusi, nepotisme dan perilaku sex yang selama ini selalu diarahkan pada generasi muda sebagai kambing hitam.Pertemuan pertama yang begitu mengesankan bagi kedua orang itu telah membawa mereka mengarungi petualangan demi petualangan cinta yang dari hari ke hari semakin membuat mereka mabuk asmara. Kencan-kencan rahasia yang selalu mereka lakukan disaat suami Bu Henny melakukan tugas ke luar negeri telah menjadi sebuah jadwal rutin bagi keduanya untuk semakin mendekatkan diri. Nafsu seksual Bu Henny yang meledak-ledak dan terpendam, menemukan tempat yang begitu ia impikan semenjak bertemu pemuda itu. Sebagai pemuda lajang yang juga masih memiliki keinginan libido seksual yang tinggi, Andipun tak kalah menikmatinya. Bu Henny seperti memberi semua yang pemuda itu dambakan. Kepuasan seksual yang ia peroleh dari hubungannya dengan istri pejabat itu benar-benar telah membuat hidupnya bahagia. Dendam pribadinya sebagai anak muda yang merasa sangat tertipu oleh para pejabat negara seperti terlampiaskan dengan melakukan perselingkuhan itu. Ditambah lagi dengan pesona tubuh Bu Henny yang sangat ia sukai. Sesuai dengan seleranya yang suka pada tubuh montok ibu-ibu dengan postur tubuh bahenol dan payudara besar seperti yang dimiliki wanita itu benar-benar pas seperti seleranya. Postur tubuh Bu Henny yang bongsor dengan pantat, pinggul dan buah dada yang besar memang telah membuat Andi menjadi gila seks hingga dalam setiap hubungan badan yang mereka lakukan keduanya selalu menemukan kepuasan seks yang hebat. Apalagi dengan bentuk kemaluan yang besar dan sangat panjang dari Andi semakin membuat Bu Henny tak pernah puas dan selalu haus dengan hubungan seksual mereka. Kemaluan Andi yang besar dan panjang serta kemampuannya menaklukkan nafsu kewanitaan Bu Henny hingga wanita itu harus bangkit lagi untuk mengimbangi permainan Andi telah melahirkan gairah yang selalu membara pada diri wanita itu. Tak bosan-bosannya mereka melakukan persetubuhan dimana mereka merasa aman dan nyaman. Hari-hari kedua insan yang mabuk kepuasan seks itupun berjalan lancar dan penuh kenikmatan. Bulan November tahun 1996, Andi meminta cuti selama satu minggu. Pemuda tampan itu telah sebulan sebelumnya merencanakan untuk menghabiskan liburan di sebuah pulau kecil lepas pantai Bali. Perusahaan tempat ia bekerja memberinya tiket gratis untuknya. Sementara di lain tempat, suami Bu Henny mendapat tugas ke luar negeri untuk jangka waktu yang cukup panjang. Hingga saat Andi mengatakan rencananya pada wanita itu Bu Henny langsung menyambutnya dengan penuh sukacita. Dengan gemas ia membayangkan apa yang akan mereka lakukan di pulau kecil itu. Dengan kemewahan hotel berbintang lima yang eksklusif, tak tertahankan rasanya untuk segera melakukan hal itu. Benaknya kian dipenuhi bayangan kebebasan seks yang akan ia tumpahkan bersama Andi.
Tiba saatnya mereka berangkat ke Bali, keduanya bertemu di airport dan langsung berpelukan mesra sepanjang perjalanan. Tak terasa penerbangan satu jam lebih itu telah membawa mereka sampai di tujuan. Bagaikan sepasang pengantin baru keduanya begitu mesra hingga feri yang membawa mereka menuju pulau Nusa Lembongan itu telah merapat di sebuah dermaga kecil tepat didepan hotel tempat mereka menginap. Keduanya langsung menuju lobby dan melakukan prosedur check in. Tergesa-gesa mereka masuk ke sebuah bangunan villa yang telah dipesan Bu Henny dan langsung menghempaskan tubuh mereka di tempat tidur. Dengan nafas yang terdengar turun naik itu keduanya langsung bergumul dan saling mengecup. Bibir mereka saling memagut disertai rabaan telapak tangan ke arah bagian-bagian vital tubuh mereka. Saat tangan Bu Henny meraba punggung Andi, pemuda itu dengan perlahan melepaskan kancing gaun terusan yang dikenakan Bu Henny hingga gaun itu terlepas dari tubuhnya. Kini tampaktubuh putih mulus dan bahenol itu terbuka. Dadanya yang membusung kedepan dengan buah payudara yang besar masih dilapisi BH putih berenda itu terlihat semakin menantang dan membuat nafsu Andi semakin tak tertahan. Disingkapnya BH itu kebawah hingga buah dada Bu Henny tersembul dihadapannya. Bibir Andi langsung menyambut dengan kecupan.
"aaaaahhhhhh....hhmmmmm.," desah Bu Henny,
kecupan Andi membuatnya merasakan kenikmatan khas dari mulut pemuda itu saat Andi mulai menyedot putingnya.
Perempuan itu terus mendesah sambil berusaha melepaskan celana yang dikenakan Andi, setelah berhasil melepaskan celana panjang itu tangan Bu Henny langsung meraih batang penis Andi yang telah tegang mengeras. Dirabanya lembut sambil mengusap-usap kepala zakar yang begitu disukainya itu.
"oooohhhhh...bu.ooohhhh," kini desahan Andi terdengar menimpali desahan Bu Henny,
kecupan pemuda itupun kini menuju kearah bawah dada Bu Henny yang terus menerus mendesah menahan nikmatnya permainan lidah Andi yang terasa menari dipermukaan kulitnya. Perlahan pemuda itu menuju ke daerah bawah pusar Bu Henny yang ditumbuhi bulu-bulu halus dari sekitar daerah kemaluannya. Dengan pasrah Bu Henny mengangkang membuka pahanya lebar untuk memberi jalan pada Andi yang semakin asik itu. Jari tangan pemuda itu kini menyibak belahan kemaluan Bu Henny yang menantang, dan dengan penuh nafsu ia mulai menjilati bagian dalam dinding vagina wanita paruh baya itu. Andi tampak begitu buas menyedot-nyedot clitoris diantara belahan vagina itu sehingga Bu Henny semakin tampak terengah-engah merasakannya.
"uuuuuhhhh...uuuuhhhh..uuuhhhh..oooooohhhhh...ooooo ooooooooohhhh..teruuuuusss sedooooot sayaaaaang oooooohhh pintaaar kamu Andi ooooohhhh...," kini terdengar Bu Henny setengah berteriak
Andi semakin terlihat bersemangat mendengar teriakan nyaring Bu Henny yang begitu menggairahkan. Seluruh bagian dalam dinding vagina yang berwarna kemerahan itu dijilatnya habis sambil sesekali tangannya bergerak meraih susu Bu Henny yang montok itu,dengan gemas ia meremas-remasnya. Kenikmatan itupun semakin membuat Bu Henny menjadi liar dan semakin tampak tak dapat menguasai diri. Wanita itu kini membalik arah tubuhnya menjadi berlawanan dengan Andi, hingga terjadilah adegan yang lebih seru lagi. Kedua insan itu kini saling meraih kemaluan lawannya, Andi menjilati liang vagina Bu Henny sementara itu Bu Henny menyedot buah penis pemuda itu keluar masuk mulutnya. Ukuran penis yang besar dan panjang itu membuat mulutnya penuh sesak. Ia begitu menyenangi bentuknya yang besar, penis yang selalu membuatnya haus. Buah penis itulah yang selama ini dapat memuaskan nafsu birahinya yang selalu membara. Dibanding milik suaminya tentulah ukuran penis Andi jauh lebih besar, penis suaminya tak lebih dari satu per lima ukuran penis pemuda itu. Ditambah lagi dengan kemampuan Andi yang sanggup bertahan berjam-jam sedang suaminya paling hanya dapat membuat wanita itu ngos-ngosan. Sungguh suatu kepuasan yang belum pernah ia rasakan dari siapapun seumur hidupnya selain dari Andi.
Belasan menit sudah mereka saling mempermainkan kemaluan masing-masing membuat keduanya merasa semakin ingin melanjutkan indehoy itu ketahap yang lebih hebat. Bu Henny bahkan tak sadar bahwa ia belum melepas sepatu putih yang dikenakannya dalam perjalanan.
Nafsu mereka yang telah tak tertahankan itu membuat keduanya seperti tak peduli akan hal-hal lain. Bu Henny kini langsung menunggangi Andi dengan arah membelakangi pemuda itu. Digenggamnya sejenak penis Andi yang sudah tegang dan siap bermain dalam vaginanya itu, lalu dengan penuh perasaan wanita itu menempelkannya dipermukaan liang vaginanya yang telah basah dan licin, dan sreeeeeppp bleeessss, penis Andi menerobos masuk diiringi desahan keras dari mulut mereka yang merasakan nikmatnya awal senggama itu.
"Oooooooooooooo.....hhhhhhhhh....," teriak Bu Henny histeris seketika merasakan penis itu menerobos masuk keliang vaginanya yang seakan terasa sangat sempit oleh ukuran penis pemuda itu.
"aaaaaaahhhhhhhh...Buu...enaaaakkkk.," Balas Andi sambil mulai mengiringi goyangan pinggul Bu Henny yang mulai turun naik diatas pinggangnya. Matanya hanya menatap tubuh wanita itu dari belakang punggungnya. Tangan Andi meraih pinggang Bu Henny sambil membelainya seiring tubuh wanita itu yang bergerak liar diatas pinggang Andi.
"Ohhhhh.Andi...oooohhh sayang.. Enaaaknya yah sayang ooohhhh.ibu suka kamu sayang oooohhh. enaknya And.. Ooooh aaahhhh uuuuhhh nikmatnya ooohhh ibu suka kamu Andi ooohhh sayang mmmmmm...kontol kamu enaaakkk.," desah Bu Henny sambil terus bergoyang menikmati penis Andi yang terasa semakin lezat saja. Andipun tak kalah senang menikmati goyangan wanita itu, mulutnya juga terdengar mendesah nikmat,"Aaaaaaauuuuu.ooohhh vagina ibu juga enak, oooh lezatnya oohhh bu, oooohhh goyang terus bu..,""sini tanganmu sayang remas susu ibu..," tangan Bu Henny menarik tangan Andi menuju buah dadanya yang menggantung dan bergoyang mengikuti irama permainan mereka. Andi meraihnya dan langsung meremas-remas, sesekali putting susu itu dipilinnya. Bu Henny semakin histeris,"Aaaaaauuuu..oooohh enaaak, remeeess teruuus susu ibu Andi oooohhh.enak...huuuuuhhhh aaaahhhh hhhuuuhhh aaaa ooooohhhh mmmmm aaaahhhh enaaakkk..ooohhh Andi,"
"ohhhh Bu Henny..ooohhh Bu enaknya goyang ibu ooohhh terus goyang ooohhh sampai pangkal bu oooohhh.tekan lagi ooohh angkat lagi ooohhh..mmmhhhh ooohhh vaginanya enaakkk bu ooohhhh,teriak Andi mengiringinya,
kamar villa yang luas itu kini penuh oleh teriakan nyaring dan desahan bernafsu dari kedua insan yang sedang meraih kepuasan seks secara maksimal itu. Bu Henny benar-benar seperti kuda betina liar yang baru lepas dari kandangnya. Gerakannya diatas tubuh Andi semakin liar dan cepat, menunjukkan tanda-tanda mengalami klimaks permainannya. Sementara itu Andi hanya tampak biasa saja, pemuda itu masih asik menikmani goyangan liar Bu Henny sambil meremasi payudara wanita itu bergiliran satu per satu.
Limabelas menit saja adagan itu berlangsung kini terlihat Bu Henny sudah tak dapat lagi menahan puncak kenikmatan hubungan seksual itu. Lalu dengan histeris wanita itu berteriak keras dan panjang mengakhiri permainannya,
"Ooooooooooooooooooooooooooooooooooouuuuuuuuuuuuu oooooooooooooo.....aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa...iiii hhhhhhhh...ibu keluaaaaaaaaaaaaaarrrrr...ooooooo nggak tahaaaaaaannn laaaaaagiiiiii enaaaaaaaaaaaaaaaaaaaknyaaa Andi ooooooohhhhhhhhh," teriaknya panjang setelah menghempaskan pantatnya kearah pinggang Andi yang membuat kepala penis pemuda itu terasa membentur dasar liang rahimnya, cairan kental yang sedari tadi ditahannya kini muncrat dari dalam rahim wanita itu dan memenuhi rongga vaginanya. Sesaat Andi merasakan vagina Bu Henny menjepit nikmat lalu ia merasakan penisnya tersembur cairan kental dalam liang kemaluan wanita itu, vagina itu terasa berdenyut keras seiring tubuh Bu Henny yang mengejang sesaat lalu berbah lemas tak berdaya,
"Ooooooooooohhhh An, ibu nggak kuat lagi.. Istirahat dulu ya sayang?" pintanya pada Andi sambil melepaskan gigitan vaginanya pada penis pemuda itu.
"baiklah Bu," sahut Andi pendek, ia mencoba menahan birahinya yang masih membara itu sambil memeluk tubuh Bu Henny dengan mesra.
Penis pemuda itu masih tampak berdiri tegang dan keras. Dengan mesra dicumbunya kembali Bu Henny yang kini terkapar lemas itu. Andi kembali meraba belahan kemaluan Bu Henny yang masih basah oleh cairan kelaminnya, jarinya bermain mengutil titik kenikmatan didaerah vagina wanita itu. Bibirnyapun tak tinggal diam, ia kembali melanjutkan jilatannya pada sekitar putting susu Bu Henny. Sesekali diremasnya buah dada berukuran besar yang begitu disenanginya itu. Kemudian beberapa saat berlalu, Bu Henny menyuruhnya berjongkok tepat diatas belahan buah dada itu, lalu wanita itu meraih sebuah bantal untuk mengganjal kepalanya. Ia meraih batang penis Andi yang masih tegang dan mulai mengulumnya, tangan wanita itu kemudian meraih payudaranya sendiri dan membuat penis Andi terjepit diantaranya. Hal itu rupanya cukup nikmat bagi Andi sehingga ia kini mendongak menahan rasa lembut yang menjepit buah penisnya. Sementara itu tangan pemuda itu terus bermain di permukaan vagina Bu Henny, sesekali ia memasukkan jarinya kedalam liang kemaluan itu dan mempermainkan clitorisnya sampai kemudian beberapa saat lamanya tampak Bu Henny mulai bangkit kembali.
"Hmmmm.Andi, kamu memang pintar sayang, kamu buat ibu puas dan nyerah, sekarang kamu buat ibu kepingin lagi, aduuuuh benar-benar hebat kamu, An," puji Bu Henny pada Andi.
"Saya rasa suasana ini yang membuat saya jadi begini Bu, saya begitu menikmatinya sekarang, nggak ada rasa takut, kuatir ketahuan suami ibu atau waswas. Ibu juga kelihatan semakin menggairahkan akhir-akhir ini, saya semakin suka sama badan ibu yang semakin montok,"
"ah kamu bisa aja, An. Masa sih ibu montok, yang bener aja kamu,"
"Bener lho, Bu. Saya begitu senang sama ibu belakangan ini, rasanya kenikmatan yang ibu berikan semakin hari semakin hebat saja,"
mungkin ibu yang semakin bersemangat kalau lagi main sama kamu, gairah ibu seperti meledak-ledak kalau udah main sama kamu. Tapi, ayo dong kita mulai lagi, ibu jadi mau main lagi nih kamu bikin. Iiiih hebatnya kamu sayang," kata Bu Henny sambil mengajak Andi kembali membuka permainan mereka yang kedua kali.
Masih diatas tempat tidur itu, kini Andi mengambil posisi diatas Bu Henny yang berbaring menghadapnya. Tubuhnya siap menindih tubuh Bu Henny yang bahenol itu. Perlahan tapi pasti Andi masuk dan mulai bergoyang penuh kemesraan. Di raihnya tubuh wanita itu sambil menggoyang penuh perasaan. Sepasang kemaluan itu kembali saling membagi kenikmatannya. Suara desahan khas mulai terdengar lagi dari mulut mereka, diiringi kata-kata rayuan penuh nikmat dan gairah cinta.
Kini Andi semakin garang meniduri wanita itu. Gerakannnya tetap santai namun genjotan pinggulnya pada tubuh Bu Henny tampak lebih bertenaga. Hempasan tubuh Andi yang kini turun naik diatas tubuh Bu Henny sampai menimbulkan suara decakan pada permukaan kemaluan mereka yang beradu itu. Bibir mereka saling pagut, kecupan disertai sedotan dileher keduanya semakin membuat suasana itu menjadi tegang dan menggairahkan. Teriakan-teriakan nyaring keluar dari mulut Bu Henny setiap kali Andi menekan pantatnya kearah pinggul wanita itu.
Beberapa saat lamanya mereka lalu berganti gaya. Bu Henny menempatkan dirinya diatas tubuh Andi, dibiarkannya Andi menikmati kedua buah dadanya yang menggantung. Dengan leluasa kini pemuda itu menyedot puting susu itu secara bergiliran. Tak puas-puasnya Andi menikmati bentuknya yang besar itu, ia begitu tampak bersemangat sambil sebelah tangannya meraba punggung Bu Henny. Buah dada besar dan lembut nan mulus itupun menjadi kemerahan akibat sedotan mulut Andi yang bertubi-tubi di sekitar putingnya. Sementara Bu Henny kini asik bergoyang mempermainkan irama tubuhnya yang turun naik bergoyang kekiri kanan untuk membagi kenikmatan dari kemaluan mereka yang sedang beradu. Penis Andi yang tegang dan keras itu seakan bagai batang kayu jati yang tak tergoyahkan. Sekuat wanita itu mendorong kearah pinggul Andi sekuat itu pula getaran rasa nikmat yang diperolehnya dari pemuda itu.
"Ooooohhh.oooohhh...oooohhh.ooohh.enaknya ooohh Andi ooohh enaknya kontol kamu sayang ooohh ibu ketagihan oohhhh lezatnya hhhuuuuuuhhh aaahhh..uuuuuhhh.uuuhhh uh hhhhoooohhhh...enaaaaaakk..mmmmhhhhsedooot teruuuus susu ibu oooohhh sayang ooohhh," desah Bu Henny bercampur jeritan menahan rasa nikmat dari goyang pinggulnya diatas tubuh Andi. Untuk kesekian kalinya sensasi kenikmatan rasa dari penis Andi yang besar dan panjang itu seperti bermain didalam liang vaginanya. Liang kemaluan yang biasanya hanya merasakan sedikit geli saat bersenggama dengan suaminya itu kini seperti tak memiliki ruang lagi oleh ukuran penis pemuda itu. Seperti biasanya saat dalam keadaan tegang penuh, penis Andi memang menjadi sangat panjang hingga Bu Henny selalu merasakan penis itu sampai membentur dasar liang rahimnya yang paling dalam. Dan keprkasaan pemuda itu yang sanggup bertahan berjam-jam dalam melakukan hubungan seks itu kini kembali membuat Bu Henny untuk kedua kalinya mengalami ejakulasinya. Dengan gerakan yang tiba-tiba dipercepat dan hempasan pinggulnya kearah tubuh Andi yang semakin keras, wanita itu berteriak panjang mengakhiri ronde kedua permainannya,
"aaaahhhh.ahhh.aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa aaaaaaaahhhhhhhhhhhh..ibu ke..lu.ar laaaaaagiiiiii...ooo oooooooohhhhh..kuatnya kamu sayang oooooohhhhhh..," jeritnya kembali mengakhiri permainan itu.
"Oooohh bu..enaaaak ooohh pepek ibu enak jepitannya oooh hhhh...," balas Andi sambil ikut menggenjot keras menambah kenikmatan puncak yang dialami bu Henny. Pemuda itu masih saja tegar bergoyang bahkan saat Bu Henny telah lemas tak sanggup menahan rasa nikmat yang berubah menjadi geli itu.
"aaaawww...geliiiiiiiiiiii...Andi stop dulu, ibu istirahat dulu sayang ohh gila kamu And, kok bisa kayak gini yah?"
"Habiiiiis ibu sih goyangnya nafsuan banget, jadi cepat keluar kan?"
"Nggak tahu ya An, ibu kok nafsunya gede banget belakangan ini, sejak ngerasain kontol kamu ibu benar-benar mabuk kepayang....," kata Bu Henny sambil menghempaskan tubuhnya disamping Andi yang masih saja tegar tak terkalahkan.
"sabar Bu, saya bangkitkan lagi deh.." seru pemuda itu sekenanya.
baiklah An, ibu juga mau bikin kamu puas sama pelayanan ibu, biar adil kan? Sini ibu karaoke kontol kamu..., aduuuh jagoanku...besar dan panjang ooooohhh...hebatnya lagi," lanjut Bu Henny sambil beranjak meraih batang kemaluan Andi yang masih tegang itu lalu memulai karaoke dengan memasukkan penis Andi kemulutnya. Andi kembali merasakan nikmat dari permainan yang dilakukan wanita itu dengan mulutnya, penis besarnya yang panjang dan masih tegang itu dikulum keluar masuk dengan buas oleh Bu Henny yang tampaknya telah sangt berpengalaman dalam melakukan hal itu. Sambil berlutut pemuda itu menikmatinya sembari meremas kedua buah payudara Bu Henny yang ranum ituTelapak tangannya merasakan kelembutan buah dada nan ranum yang begitu ia sukai. Dari atas tampak olehnya wajah wanita paruh baya yang cantik itu dengan mulut penuh sesak oleh batang penisnya yang keluar masuk. Sesekali Bu Henny menyentuh kepala penis itu dengan giginya hingga menimbulkan sedikit rasa geli pada Andi.
"Auuuww.enak Bu sedot terus aaahhhh, aduuuh enaknya,"
"mmmmmm..mmmmmmm..,"Bu Henny hanya bisa menggumam akibat mulutnya yang penuh sesak oleh penis Andi.
Andi terlihat begitu menikmati detik demi detik permainannya, ia begitu menyenangi tubuh bongsor wanita yang berumur jauh lebih tua darinya itu. Nafsu birahinya pada wanita dewasa seperti Bu Henny memang sangat besar. Ia tak begitu menyenangi wanita yang lebih muda atau seumur dengannya. Andi beranggapan bahwa wanita dewasa seperti Bu Henny jauh lebih nikmat dalam bermain seks dibanding gadis ABG yang tak berpengalaman dalam melakukan hubungan seks. Setiap kali ia melakukan senggama dengan Bu Henny ia selalu merasakan kepuasan yang tiada duanya, wanita itu seperti sangat mengerti apa yang ia inginkan. Demikian pula Bu Henny, baginya Andi-lah satu-satunya pria yang sanggup membuatnya terkapar di ranjang. Tak seorangpun dari mantan kekasih gelapnya mampu membuat wanita itu meraih puncak kepuasan seperti yang ia dapatkan dari Andi.
Sepuluh menit sudah Andi di-karaoke oleh Bu Henny. Kemudian kini mereka kembali mengatur posisi saat wanita itu kembali bangkit untuk yang ketiga kalinya. Ia yang telah terkapar dua kali berhasil dibangkitkan lagi oleh pemuda itu. Inilah letak keperkasaan Andi. Ia dapat membuat lawan mainnya terkapar beberapa kali sebelum ia sendiri meraih kepuasannya. Pemuda itu sanggup bermain dalam waktu dua jam penuh tanpa istirahat. Sejenak mereka bermain sambil berdiri, saling menggoyang pinggul, mirip sepasang penari samba. Namun kemudian dengan cepat mereka menuju kamar mandi dan masuk kedalam bak air hangat yang luas, sembari mengisi bak rendam itu dengan air mereka melanjutkan permainannya disitu, mereka masuk kedalam bak dan langsung mengatur posisi dimana Andi menempatkan diri dari belakang dan memasukkan penisnya dari arah pantat Bu Henny.
Adegan seru kembali terjadi, teriakan kecil menahan nikmat itu terdengar lagi dari mulut Bu Henny yang merasakan genjotan Andi yang semakin nikmat saja. Diiringi suara tumpahan air dari kran pengisi bathtube itu suasana menjadi semakin menggairahkan.
"aaaaahhhhh..enak An, aaahhhh...oooohh kontol kamu sayang oooohhh enaaak mmmmmmhhhh lezaaaatnya ooohh, genjot yang lebih keras lagi dong ooooohhh enaaak," teriak bu Henny sejadi-jadinya saat merasakan nikmat di liang vaginanya yang dimasuki penis pemuda itu.
Andi juga kini tampak lebih menikmati permainannya, ia mulai merasakan kepekaan pada penisnya yang telah membuat Bu Henny menggapai puncak dua kali itu.
"Ooooooohhh..Bu, pepek ibu juga enak sekali ooooohhh saya mulai merasa sangat nikmat oooohhh...mmmmhhhh.Bu ooooohhhh, Bu Henny oooohhh ibu cantik sekali ooooohhh pepek ibu nikmat oooohhh oooohhhh..saya merasa bebas sekali," oceh mulut Andi menimpali teriakan gila dari Bu Henny yang juga semakin mabuk oleh nikmatnya goyang tubuh mereka.
Keduanya memang tampak liar dengan gerakan yang semakin tak terkendali. Beberapa kali mereka merubah gaya dengan beragam variasi seks yang sangat atraktif. Kadang di pinggiran bathtub itu Bu Henny duduk mengangkang dengan pahanya yang terbuka lebar sementara Andi berjongkok dari depannya sambil menggoyang maju mundur, mulutnya tak pernah lepas menghisap putting susu Bu Henny yang montok dan besar itu. Bunyi decakan cairan kelamin yang membeceki daerah pangkal kemaluan yang sedang beradu itupun kini terdengar bergericik seiring pertemuan kemaluan mereka yang beradu keras oleh hempasan pinggul Andi yang menghantam pangkal paha Bu Henny.
Aduuuuuhh Annnndiiii..enaaaknya goyang kamu sayang ooohhh teruuuussshhhhh..aaahhh genjot yang keraassssshhh ooohhh sampai puaaaaassss hhhhhhhmmmmmm oooooo enaaakk sayangg..ooooohhhh..uuuuhhhh..susuku ooohhh sedoooot lagi oooohhh yang kanan sayang oooohhhhh..mmmmhhh nikma aaaaatttttnya ooooooohhhh..., uuuuuhhh enaknya genjotan kamu ooohhhhh..Andi sayang oooh kamu pintar sekali ooohh ibu nggak mau berhenti sama kamu ooohhh jagonya kamu sayang ooohhhh genjot terus yang keras,"
"Ohhhh Bu Henny, ibujuga punya tubuh yang enak, nggak mungkin saya bosan sama ibu, ooo.oohh apalagi susu ini.ooohhh mmmm..enaknya...baru sekali ini saya ketemu wanita cantik manis dengan tubuh yang begitu aduhai seperti ibu, oooh Bu Henny ... goyang ibu juga enak sekali oooooh meski ibu sudah punya anak tapi vagina ini rasanya nikmat sekali bu, ooohhh susu ibu juga mmmmmmmmm susu yang paling indah yang pernah saya lihat.., auuuuhhhh enaaknya pepek ini ooohhh kontol saya mulai sedikit peka bu," balas Andi memuji wanita itu.
Keduanya terus saling menggoyang sambil memuji kelebihan masing-masing, ocehan mereka berkisar pada kenikmatan seks yang sedang mereka alami saat ini. Andi memuji kecantikan dan kemolekan tubuh Bu Henny, sedang wanita itu tak henti-hentinya memuji keperkasaan dan kenikmatan yang ia dapatkan dari Andi. Beberapa saat berlalu, mereka kembali merubah variasi gayanya menjadi gaya anjing, Bu Henny menunggingkan pantatnya kearah Andi lalu pemuda itu menusukkan kemaluannya dari arah belakang. Terjadilah adegan yang sangat panas saat Andi dengan gerakan yang cepat dan goyang pinggul yang keras memnghantam kearah pantat Bu Henny. Wanita itu kini menjerit lebih keras, demikian pula dengan Andi yang saat ini mulai merasakan akan menggapai klimaks permainannya.
"ooohhh..oooohhh...oooohhh aaauuuuuuuhhhhhh..oo ooooohhh...aaaaaaaaahhhhh..iiiiihhhh..aaaaaahhhhhh a aaaahhhhh....ennnnnnaaaaaakkkkkkhhhhhaaaaa...hhhhh An di sayang oooohhhhh genjoooooott oooohhhh, uuuuuuuhhh..ibu mau keluaaar lagiiiiiii oooooohhh nggaak tahan lagi sayang ooooohhhhh enaaaknya koontoool kamu sayaaaangg oooohhh andi oooohhhh enaaakkkkk..nikmaaaaat oooohhh...," jerit nyaring Bu Henny yang ternyata juga sedang mengalami ejakulasi, vaginanya merasakan puncak kenikmatan itu seperti sudah diambang rahimnya. Ia masih mencoba untuk bertahan.
Demikian halnya dengan Andi yang kini sedang mempercepat gerakan pinggulnya menghantam pantat Bu Henny untuk meraih kenikmatan maksimal dari dinding vagina wanita itu. Kepala penisnya pun mulai berdenyut menandakan puncak permainannya akan segera tiba. Buru-buru diraihnya tubuh Bu henny sambil membalikkan arahnya menjadi berhadapan, lalu kemudian ia mengangkat sebelah kaki wanita itu keatas dan dengan gesit memasukkan buah penisnya kembali keliang vagina Bu Henny.
"oooooh Bu, saya juga mau keluar. Kita pakai gaya ini yah?! Saya mau keluarkan sekarang juga aaaaaauuuuhhh ooooohhh Bu Henny sayang ooooohhhh enaaaaaaakkkkk..ooohhhhh.pepek ibu njepit enaaakkk oooohhhhh.Bu Henny.aaaaahhhh," teriak Andi diambang puncak kenikmatannya, ia begitu kuat merasakan cairan sperma yang sudah siap meluncur dari penisnya yang dalam keadaan puncak ketegangannya itu. Kemaluannya terasa membesar sehingga vagina Bu Henny terasa makin sempit dan nikmat. Wanita itupun merasakan hal yang tak kalah nikmatnya, vaginanya seakan sedang merasakan nikmat yang super hebat dan membuat wanita itu tak dapat lagi menahan keluarnya cairan kelamin dari arah rahimnya...
"ooooooooohhh...aaaaaaaaaaaaauuuuuuuuuuuuuoooooooooo oooooooooooowwwwwwwwwww......aaaaaaaaahhhhh ibu keeeeeeeeeeeeeeeeeluuuuuuuuuuuaaaaarrrrrrr laaaagii..aaa aaaaaaahhhh enaaaaaaaaaaaaakkkkkk....Andiiiiiiiii," teriak Bu Henny mengakhiri permainannya, disaat bersamaan Andi juga mengalami hal yang sama. Pemuda itu tak dapat lagi menahan luncuran cairan spermanya, hingga penisnyapun menyemprotkan cairan itu kedalam rongga vagina Bu Henny dan membuatnya penuh, dinding vagina itu seketika berubah menjadi sangat licin akibat dipenuhi cairan kelamin kedua manusia itu. Andi tampak tak kalah seru menikmati puncak permainannya, ia berteriak sekeras-kerasnya,
"aaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhh.....saya keluaaarr juga Bu Henny oooooohhhhhhhhhh..ooohhhhh.oooohhhh oooohhhh air mani saya ooooooohhhhhh masukkk kedalam pepek ibu ooooohhhhhhhh ooooooohhhh lezaaat nya oooohhhh Bu Henny sayaanng ooohhhh Bu Henny oooooohhh Bu Henny ooooohhhh enaaaaaaklkkkk oooooooohhhh," jeritnya sambil mendekap wanita itu dengan keras dan meresapi sembuaran spermanya dalam jumlah yang sangat banyak. Cairan putih kental itu sampai keluar meluber kepermukaan vagina Bu Henny.
Akhirnya kedua insan itu ambruk dan saling mendekap dalam kolam air hangat yang sudah penuh itu. Mereka berendam dan kini saling membersihkan tubuh yang sudah lemas akibat permainan seks yang begitu hebat. Mereka terus saling mencumbu dan merayu dengan penuh kemesraan.
"Andi sayang...," panggil Bu Henny
"Ya, bu"
"kamu mau kan terus main sama ibu?"
"maksud ibu?"
"maksud ibu, kamu mau kan terus kencan gini sama ibu?"
"Oh itu, yah jelas dong bu, masa sih saya mau ninggalin wanita secantik ibu," jawab Andi sambil memberikan kecupan di pipi Bu Henny,
"Ibu pingin terus bisa menikmati permainan ini, nggak ada yang bisa memuaskan birahi ibu selain kamu. Suami ibu nggak ada apa-apanya kalau dibandingkan dengan kamu. Dulu sebelumnya ibu juga pernah pacaran sama pegawai bawahan suami ibu tapi ah mereka sama saja, hanya nafsu saja yang besar, tapi kalau sudah main kaya ayam, baru lima menit sudah keluar,"
"yah saya maklum saja bu, tapi ibu jangan kuatir. Saya akan terus nuruti kemauan ibu, saya juga senang kok main sama ibu. Dari semua wanita yang pernah saya kencani cuma ibu deh rasanya yang paling hebat bergoyang. Bentuk tubuh ibu juga saya paling suka, apalagi kalau yang ini nih..," kata Andi sambil memilin putting susu Bu Henny,
"Auuuuuw..Andi! geliiiii aaahhh.ibu udah nggak tahan..nanti lagi ah," jerit Bu Henny merasakan geli saat Andi memilin putting susunya.
Keduanya terus bercumbu rayu hingga saat beberapa puluh menit kemudian mereka mengeringkan badan lau beranjak menuju tempat tidur. Disana lalu mereka saling dekap dan hanyut dalam buaian kantuk akibat kelelahan setelah permaian seks yang hebat itu. Merekapun tertidur lelap beberapa saat kemudian. Masih dalam keadaan telanjang bulat keduanya terlelap dalam dekapan mesra mereka. Dua jam lamanya mereka tertidur sampai saat senja tiba mereka terbangun dan langsung memesan makan malam di kamar.
Hari pertama itu Andi dan Bu Henny benar-benar seperti gila seks. Permainan demi permainan mereka lakukan tanpa mengenal berhenti. Saat malam tiba keduanya kembali melampiaskan nafsu birahi mereka sepuas-puasnya. Klimaks demi klimaks mereka raih, sudah tak terkira puncak kenikmatan yang telah mereka lalui malm itu. Dengan hanya diselingi istirahat beberapa belas menit saja mereka kembali lagi melakukannya. Dari pukul delapan malam sampai menjelang jam empat pagi mereka dengan gila mengumbar nafsu seks mereka di villa yang luas itu. Berbagai macam obat kuat dan ekstasi mereka minum untuk memperkuat tenaganya. Minuman keras mereka tegak sampai mabuk untuk menyelingi permainan itu. Televisi yang ada di kamar itupun mereka putarkan Laser Disc porno yang telah mereka siapkan dari Jakarta, sambil melihat adegan seks di TV itu mereka menirukan semua gerakannya. Malam itu sungguh menjadi malam birahi yang panjang bagi kedua orang yang sedang mabuk seks itu. Begitu salah satu dari mereka merasa lemas mereka langsung menegak pil kuat pembangkit tenaga yang telah mereka siapkan. Belasan botol bir sudah habis ditegak Andi ditambah beberapa piring sate kambing untuk membuatnya selalu tegang dan panas. Barulah menjelang dini hari mereka terkapar lemas kemudian tertidur lelap tanpa busana. Kamar itupun tampak berantakan akibat permainan yang mereka lakukan di sembarang tempat, dari tempat tidur sampai kamar mandi, meja makan, sofa, lantai karpet, sampai toilet jongkok yang ada di kamar mandi.
Keesokan harinya mereka masih tampak terlelap sampai siang menjelang sore, tubuh mereka terasa penat dan malas.
"Huuuuaahhhmmmmm," terdengar Andi menguap
"Kamu sudah bangun sayang?" tanya Bu Henny begitu mendengar suara pemuda itu, ia lebih dahulu bangun untuk mengambil pesanan minuman yang ditaruh di meja teras samping kolam renang pribadi yang ada di villa itu. Secangkir kopi ia ambilkan untuk Andi lalu wanita itu beranjak keluar kamar menuju kolam renang di depan kamar mereka. Dengan bebas ia lalu membuka gaun tidur yang dikenakannya dan bermain di kolam renang itu. Andi hanya memperhatikan dari dalam kamar. Villa itu memang dibatasi oleh tembok tinggi bergaya tradisional Bali dengan halaman yang luas. Gerbangnyapun dapat dikunci dari dalam sehingga aman bagi tamu dari gangguan. Mereka juga telah memesan agar tidak diganggu selama hari pertama sampai ketiga agar mereka dapat menikmati kepuasan yang mereka inginkan itu secara maksimal.
Andi memandang tubuh Bu Henny dari kejauhan sambil membayangkan apa yang telah diraihnya dari wanita paruh baya yang telah bersuami itu. Betapa beruntungnya ia yang hanya seorang biasa pegawai perusahaan swasta itu dapat menggauli istri pejabat tinggi pemerintah yang biasanya sangat sulit didapatkan orang lain. Seleranya pada wanita dewasa yang berumur jauh diatasnya menjadikan pemuda itu sangat emnikmati hubungan gelapnya dengan Bu Henny. Tubuh wanita itu putih mulus dengan wajah manis menggairahkan, buah dada yang begitu menantang dengan ukuran yang besar ditambah lagi dengan goyang tubuhnya yang aduhai menjadikannya benar-benar sempurna di mata Andi. Dari jauh ia menatap tajam kearah Bu Henny yang kini duduk di pinggiran kolam itu, tampak jelas saat wanita itu sedikit mengangkang memperlihatkan daerah kemaluannya yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Itu adalah bagian yang paling disukai Andi, dalam setiap hubungan seks yang mereka lakukan Andi tak pernah sekalipun melewatkan kesempatannya untuk menjilati daerah itu. Aromanya yang khas dengan permukaan bibir vagina yang merah merekah menjadikannya selalu tampak menantang dan membangkitkan nafsu birahi. Umur Bu Henny sudah lebih dari empatpuluh tahun justru menambah gairah pemuda itu, ia merasa benar-benar mendapatkan apa yang ia inginkan dari Bu Henny. Gairah dan nafsu birahi yang selalu membara, kedewasaan berfikir maupun teknik bermain cinta yang begitu ia sukai semua ia dapatkan darinya. Kehangatan tubuh wanita bersuami itu sungguh cocok dengan selera Andi. Kehangatan yang tak pernah sekalipun ia dapatkan dari wanita muda, apalagi ABG yang sok seksi seperti yang banyak terdapat di kota-kota besar. Ia sudah bosan dan muak dengan anak-anak kecil yang murahan dan hanya mengenal seks secara pas-pasan itu. Namun hubungannya dengan Bu Henny kini seperti memberinya pengalaman lebih tentang seks dan segala misteri yang ada di dalamnya. Teknik-teknik menikmati senggama yang sebelumnya hanya ia baca dari buku tuntunan seks itu kini dapat ia praktikkan dan rasakan kenikmatannya dari tubuh Bu Henny. Bahkan Bu Henny seperti menuntunnya kearah kesempurnaan teknik seks yang hari demi hari semakin terasa memabukkan.
Beberapa saat memandangi tubuh bugil itu membuat Andi kembali terangsang. Ia pun kemudian beranjak bangun dari tempat tidur dan menyambar sebuah handuk lalu berjalan menghampiri Bu Henny di pinggir kolam itu. Sambil tersenyum Bu Henny menyambutnya dengan sebuah kecupan mesra, Andi merangkulnya dari belakang dan dengan perlahan kemudian mereka masuk ke kolam dan berenang dengan bebas. Mereka asik bermain dengan air, saling menyiram sambil sesekali menggelitik daerah vital. Keduanya bercanda puas dengan sangt bebas. Dunia bagaikan milik mereka berdua di tempat itu. Bu Henny memang sengaja memesan villa dengan bangunan dan lokasi khusus yang jauh dari keramaian, dengan segala fasilitas yang bersifat pribadi seperti kolam, taman dan pantai pribadi yang tertutup untuk tamu lain semua menjadi milik mereka berdua. Dengan sepuas hati mereka menghabiskan sisa waktu siang hari itu untuk bermain di kolam maupun di pantai, berenang kemudian saling berkejaran di pantai dan taman villa itu. Tak ketinggalan mereka melakukan hubungan seks yang cukup seru di kolam renang, hingga hari itu mereka benar-benar sangat ceria.
Senjapun tiba, kedua manusia yang dimabuk nafsu birahi itu rupanya sudah terlalu lelah untuk kembali melakukan senggama seperti yang mereka perbuat kemarin. Kini keduanya tampak duduk di sebuah sofa di teras villa itu sambil menikmati snack dan minuman ringan yang mereka pesan. Beberapa saat kemudian dua orang pelayan hotel mengantarkan makan malam yang mewah sekalian menata kembali kamar yang berantakan oleh permainan seks yang mereka lakukan hari sebelumnya. Kedua orang pelayan itu seperti heran melihat keadaan kamar yang cukup berantakan, tapi sedikitpun mereka tak berani mengeluh ataupun bercanda pada kedua tamunya karena Bu Henny memang membayar villa termahal ditambah dengan kondisi khusus yang membuat mereka menjadi tamu terpenting sang paling dihormati.
Setelah menghabiskan makan malam yang besar dengan menu penuh gizi disertai minuman energi untuk pemulih tenaga itu mereka beranjak naik ke tempat tidur. Bu Henny menyalakan televisi dan memprogram sebuah film horor dari laser disc. Sejenak kemudian mereka sudah terlihat asik saling mendekap sambil menyaksikan film itu hingga larut malam sebelum lalu mereka tertidur saling mendekap mesra.
Dua hari itu mereka habiskan dengan mengumbar nafsu birahi sepuas-puasnya hingga kini mereka perlu istirahat yang panjang untuk memulihkan stamina mereka. Hari ketiga mereka habiskan dengan membaca berita dari majalah yang disediakan hotel. Siang harinya mereka mengambil sebuah program hiburan menyelam di laut sekitar pulau itu untuk menyaksikan keindahan bawah laut berupa ikan hias dan karang yang beraneka ragam. Keduanya melakukan itu untuk melengkapi hiburang dan selingan dari tujuan utama mereka, meraih kepuasan seks bebas
Masih di pulau kecil lepas pantai tenggara pulau Bali, Bu Henny dan Andi menghabiskan liburan satu minggu mereka. Keduanya terlihat asik duduk menikmati matahari terbenam di ufuk barat. Warna kemerahan bercampur birunya laut semakin terlihat indah dengan terdengarnya lagu-lagu yang dimainkan grup hiburan hotel diiringi alat musik akustik spanyol yang eksotik. Pasangan itu mengambil tempat duduk di pojok kanan sebuah hamparan taman rumput dan bonsai yang indah, sedikit terpisah dari tamu yang lain. Mereka tampak sedang menikmati minuman ringan dan seporsi besar sea food berupa lobster dan soup kepiting kegemaran Andi. Sesekali keduanya tampak tertawa kecil bercanda ria membicarakan kisah-kisah lucu yang mereka alami.
Beberapa saat kemudian ketika mereka sedang asik bercanda seorang wanita cantik berumur kurang lebih sama dengan Bu Henny datang dari arah belakang mengejutkan mereka. Begitu dekat wanita itu langsung menepuk pundak Bu Henny yang sama sekali tak melihat kedatangannya,
"Selamat malam pengantin baru," ucapnya pada Bu Henny, wanita itu langsung membalikkan badan terkejut mendapat sentuhan tiba-tiba itu. Tapi sesaat setelah mengetahui siapa yang datang, matanya tampak berbinar penuh keceriaan,
"Eeeeeiiiihhh... Rani..aduuuuh jantung ku hampir copot uuuhh hampiiiir aja aku mati kaget Ran, eh ngapain kamu disini dan kok kamu tahu aku disini?"
"Aduh Hen, aku tuh nyari kamu dari rumah sampai ke kolong jembatan tahu nggak, susaaaah banget,"
"lantas siapa yang ngasih info kalu aku disini,"
"Lho kan kamu sendiri yang cerita sama aku sebelum berangkat, kalau kamu mau liburang kesini,"
"Oh iya aku lupa,"
"Jelas lupa dong, lha kamu lagi bulan madu kayak gini gimana nggak lupa daratan?" sahut wanita itu menggoda Bu Henny,
"idiiih kamu nyindir yah? Awas tak jitak kamu," lanjut Bu Henny sambil mengacungkan tangannya kearah wanita itu.
"Jitak aja, ntar aku buka kartu kamu di suami kamu, ya nggak?" sergahnya tak mau kalah,
"Alaaa.kalau yang itu sih lapor aja, aku sih sekarang sudah punya jagoan, ngapain takut mikirin si botak jelek itu, huh dasar tua bangka..moga aja dia mati ketabrak kereta api di Luar negeri, toh paling dia juga lagi nyari jajanan di jalan tuh, siapa nggak tahu sih pejabat pemerintah...., eh ngomong-ngomong aku sampai lupa ngenalin Andi sama kamu, nih dia Arjuna-ku yang sering kuceritakan sama kamu, Ran. Andi ini Tante Rani, teman akrab ibu dari sejak di SMA dulu,"
"Halo Tante.saya Andi," kata pemuda itu sambil mengulurkan tangan pada wanita rekan Bu Henny itu. Sedari tadi ia cuma memperhatikan kedua wanita yang tampak saling akrab itu.
"Halo juga Andi, Bu Henny pernah juga cerita tentang kamu,"
"Eh Ran, kamu ngapain kesini, pasti deh ada masalah penting di perusahaan, ada apa sih?" tanya Bu Henny penasaran pada Tante Rani, namun raut wajah wanita itu langsung berubah muram saat Bu Henny bertanya.
"Aku ada masalah lagi sama suamiku, Hen," jawabnya sambil menunduk, wanita itu tampak sedih.
"Ya ampuuun, Ran, aku kan sudah bilang sama kamu seribu kali, kalu suami kamu bikin ulah, kamu harus balas. Jangan bodoh gitu dong ah, jangan sok setia begitu. Eh tahu nggak biar kamu nggak cerita sama aku, tapi aku sudah tahu masalah kamu. Pasti suami kamu nyeleweng lagi kan? Eh Ran, Kamu harus sadar tahu nggak, semua yang namanya pejabat itu bangsat, denger yah, bangsat, nggak bisa dipercaya. Kamu susah amat jadi orang setia eeeehh suami kamu enak-enakan diluar sana tidur sama gadis-gadis muda, sadar Ran, kamu harus gitu juga, jangan kalah," oceh Bu Henny panjang pada Tante Rina yang masih tertunduk. Bu Henny melanjutkan omelan dan nasehatnya pada wanita itu dengan penuh amarah. Ia seperti tak tega jika teman baiknya itu dijadikan bulan-bulanan oleh sumai yang brengsek seperti umumnya pejabat pemerintah.
"Atau gini aja deh, aku nggak mau kamu jadi kusut kayak begini, sebagai sahabat dekat kamu, aku siap ngebantuin kamu supaya bisa ngelupain masalah ini, okay?" Bu Henny memberi alternatif pada Tante Rani yang sedari tadi hanya bisa terdiam seribu basa. Bu Henny melanjutkan kata-katanya dengan penuh semangat,
"Okay Ran, ini mungkin akan ngejutin kamu, tapi itupun terserah apakah kamu mau terima atau tidak ini hanya ide, kalu kamu terima ya bagus kalaupun nggak juga nggak apa-apa kok, dengerin yah...," sejenak ia menghentikan kata-katanya lalu beberapa saat kemudian ia melanjutkan,
"malam ini kamu boleh gabung sama kita berdua, maksudku Andi dan aku, aku nggak keberatan kok kalau Arjunaku harus melayani dua wanita sekaligus, toh aku sendiri rasanya nggak cukup buat dia, ya nggak An?" katanya sembari melirik pada Andi. Pemuda itu langsung terkejut, namun sebelum ia sempat berkata Bu Henny sudah kembali melanjutkan ocehannya,
"Tapi, Bu....," "Alaaa..nggak pakai tapi tapi lagi deh, toh kamu juga pasti senang kan?, lagi pula ibu ingin lihat apa kamu sanggup ngalahin kita berdua,"
"Tapi Hen," sergah Tante Rani,
"Eh kamu nggak usah malu-malu, pokoknya lihat saja nanti yah, ayo sekarang yang penting kita bisa senang sepuas puasnya, umbar dan raih kepuasan. Nggak ada yang berhak ngelarang kamu Ran," lanjut Bu Henny tak mau mengalah. Sementara Andi dan Tante Rani hanya terdiam dan saling melirik. Andi yang sejak pertama telah memperhatikan bentuk tubuh Tante Rani yang tak kalah indah dari Bu Henny kini merasakan dadanya berdebar keras. Sudah tergambar di benaknya tubuh dua wanita paruh baya yang sama-sama memiliki tubuh bahenol itu akan ia tiduri sekaligus dalam satu permainan segi tiga yang tak pernah ia lakukan sebelumnya. Dua orang istri pejabat pemerintah dengan wajah cantik manis dan kulit yang putih mulus itu akan ia nikmati sepuas hati.
Belum sempat ia berpikir banyak, Bu Henny tiba-tiba memecahkan keheningann itu,
"heh ngelamun kalian berdua yah, ntar aja di kamar lihat kenyataannya pasti asiiiik, ya nggak. Sekarang ayoh pesen minuman lagi, " katanya sambil melambaikan tangan pada pelayan bar.
"Duabir lagi yah, kamu apa Ran, oh yah kamu kan nggak biasa minum,"
"Apa aja deh, Hen,"
"Kasih Gin Tonic aja deh mas," lanjut bu Henny pada pelayan itu,
"Baik Bu, saya ulangi, Dua Bir dan Satu Gin Tonic," ulang si pelayan.
Sesaat kemudian mereka telah terlihat asik berbincang sambil tertawa-tawa kecil. Beberapa botol minuman telah mereka habiskan hingga kini ketiganya tampak mulai mabuk. Pembicaraan mereka jadi ngolor ngidur tak karuan diselingi tawa cekikikan dari kedua wanita itu.
Pukul setengah sepuluh lewat, mereka bertiga meninggalkan bar terbuka menuju ke villa tempat Andi dan Bu Henny. Ketiga orang itu tampak saling berpelukan sambil sesekali tangan-tangan nakal mereka saling mencubit. Obsesi mereka sudah dipenuhi bayangan yang sama akan apa yang segera akan mereka lakukan di kamar itu, hingga begitu masuk kamar ketiganya langsung saling menyerang diatas tempat tidur yang berukuran besar itu. Dengan nafsu menggelora dan nafas yang terdengar turun naik, ketiganya langsung saling melepas pakaian sampai mereka semua telanjang bulat dan memulai permainan segitiga itu. Andi berbaring telentang menghadap keatas lalu dengan cepat Bu Henny menyambar kemaluan Andi dan mempermainkan penis yang telah setengah tegang itu dengan mulutnya. Ia mulai menjilat kepala penis sebesar buah ketimun itu dengan penuh nafsu, sementara itu Andi menarik pinggul Tante Rani dan menempatkan wanita itu mengangkang tepat diatas wajahnya sehingga daerah sekitar kemaluan wanita itu terjangkau oleh lidah dan bibir Andi yang siap menjilatinya. Pemuda itu menarik belahan bibir vagina Tante Rani dan mulai menjilat dengan lidahnya.
Permainan segitiga itu mulai sudah, Bu Henny mengkaraoke penis Andi dan pemuda itu memainkan lidah dan menyedoti daerah vagina Tante Rani. Suara desahan kini mulai terdengar memecah keheningan suasana malam itu. Decakan suara lidah Andi yang bermain dipermukaan vagina Tante Rani mengiringi desahan wanita itu yang menahan nikmat dari arah selangkangnya. Sementara itu Andi sendiri mulai merasakan kenikmatan dari penisnya yang keluar masuk mulut Bu Henny. Adegan itu berlangsung beberapa saat sebelum kemudian Bu Henny dengan bernafsu mengambil posisi menunggang di atas pinggul Andi dan langsung memaksukkan penis pemuda itu ke dalam liang vaginanya. Sreeep blesss.penis besar dan panjang itu menerobos masuk kedalam liang vagina Bu Henny,
"Aaaaaahhhhhhh...enaaak," desahnya begitu terasa penis itu membelah dinding vagina yang seperti terlalu sempit untuk penis pemuda itu.
Lain halnya dengan Tante Rani yang sedari pertama terus mendesah keras menahan kenikmatan yang diberikan Andi lewat lidahnya yang menjilati seluruh dinding dan detil-detil alat kelamin wanita itu. Ukurannya tampak lebih tebal dari milik Bu Henny, belahan bibir vagina Tante Rani lebih lebar hingga liangnya tampak lebih nikmat dan menggairahkan.
Mengimbangi kenikmatan dari lidah Andi, Tante Rani kini meraih buah dada Bu Henny yang bergelantungan berayun seiring gerakannya diatas pinggul Andi. Kedua wanita yang berada diatas tubuh pemuda itu saling berhadapan dan saling meraihbuah dada dan saling meremas membuat adegan itu menjadi semakin panas.
"Oooooouuuhhh Hen, enak sekali ternyata oooohhh kamu benr Hen ooohh sedot terus vagina Tante, An, oooh enaaaaak," jerit Tante Rani merasakan nikmat itu, nikmat diselangkangannya dan nikmat di buah dadanya yang teremas tangan Bu Henny.
"Kamu mau rasain yang ini Ran? Uuuuh bakalan ketagihan kamu kalau udah kesentuh buah penis ini," Bu Henny menawarkan posisinya pada Tante Rani yang sejak tadi tampak heran oleh ukuran penis Andi yang super besar dan panjang itu. Ia kemudian mengangguk kegirangan sambil beranjak merubah posisi mereka. Matanya berbinar dengan perasaan setengah tak percaya ia memandangi buah penis itu.
"Uhhh besarnya kontol ini Hen, pantas kamu jadi gila seks seperti ini, ooh," serunya keheranan.
"Ayolah segera coba..," kata Bu Henny sambil menuntun pinggul wanita itu menuju kearah penis yang sudah tegang dan keras itu. Namun sebelumnya ia menyempatkan diri menjilati vagina Tante Rani yang tampak merah menggairahkan itu.
"Aduuuh.Ran, bagusnya bentuk vagina kamu.," seru wanita itu sambil menjulurkan lidahnya kearah kemaluan Tante Rani. Sejenak ia menyempatkan diri memberi sentuhan lidahnya pada vagina Tante Rani.
"Iiihh kamu Hen, aku udah nggak sabar nih katanya sambil menggenggam batang kemaluan Andi. Kemudian dengan gesit di tuntunnya penis itu sampai permukaan vaginanya yang tampak basah oleh air liur Andi dan Bu Henny. Dan..sreeeettt,
"Auuuuwwww Andiiiiiiiiii..vaginaku rasanya robeekk Henny aduuuh....," jeritnya tiba-tiba saat merasakan penis Andi yang menerobos masuk liang vaginanya. Lubang itu terasa sangat sempit hingga ia merasakan sedikit perih seperti waktu merasakan pecah perawan di malam pengantin barunya dulu. Namun beberapa saat kemudian ia mulai merasakan kenikmatan maha dahsyat dari penis besar itu. Ia mulai bergoyang perlahan, rasa perih telah berubah menjadi sangat nikmat.
"Uuuuuuuhhhhh aaaaahhhhh uuuuhhh aaaahhhh uuuuuhhh ooohhhhh enaaaakkk, Andi ooohh Hen, baru pertama kali aku ngerasain penis segede ini Hen, oooohh pantas kamu begitu senang berselingkuh, ooooh Hen, aku bakalan ketagihan kalu seperti ini nikmatnya..ooooohh," wanita itu mulai mengoceh saat menikmati penis besar Andi yang keluar masuk liang pepeknya
Sementara Bu Henny kini menikmati permainan lidah Andi pada permukaan vaginanya yang berada tepat diatas wajah pria itu. Andi sesekali menyedot keras klitoris Bu Henny yang merah sebesar biji kacang di celah vaginanya hingga wanita itu berteriak geli. Dua orang wanita itu kembali saling meremas buah dada. Keduanya dalam posisi berhadap-hadapan. Tangan Andipun sebelah tak mau ketinggalan meremas sebelah susu Bu Henny yang tak sempat diremas Tante Rani. Bergilir diraihnya payudara montok kedua wanita yang menidurinya itu. Penisnya yang tegang terus keluar masuk oleh gerakan naik turun Tante Rani diatas pinggulnya. Goyang wanita itu tak kalah hebatnya dengan Bu Henny, ia sesekali membuat putaran pada poros pertemuan kemaluannya dengan penis Andi sehingga kenikmatan itu semakin sensasional. Namun itu hanya dapat ia tahan selama lima belas menit, ketika Andi ikut menekan pinggangnya keatas menghantam posisi Tante Rani, wanita itu berteriak panjang dengan vagina yang berdenyut keras dan cairan kelamin yang tiba-tiba meluncur dari dasar liang rahimnya,
"Ooooooooooooooooooooooooooooooooooooohhhhhhh Annnnnnnnnnnnnnndiiiiiiiiiiiiiiiiii Taaaannnteeeeeeee keluaarrr ooohhhhh enaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkk, Heeeeennny akuuu ngak kuat lagi ooooohhh..nikmatnya oooohhh kontol ini ooh enaaakkkk," teriaknya panjang sebelum kemudian terkapar disamping Andi dan Bu Henny yang masih ingin melanjutkan permainan itu. Andi bangkit sejenak dan memberikan ciuman pada Tante Rani, lau mengatur posisi baru dengan Bu Henny,
"Ayo Bu, kita lanjutin mainnya..,istirahat dulu ya Tante," seru Andi pada Tante Rani,
"Baiklah, aku mau lihat kalian main aja," jawabnya sembari kemudian berbaring memandangi Andi dan Bu Henny yang kini saling tindih meraih kepuasan. Kedua orang itu sengaja menunjukkan gaya-gaya bermain yang paling hot hingga membuat Tante Rani terheran-heran menyaksikannya. Goyang tubuh Bu Henny yang begitu gesit diatas tubuh Andi sementara pemuda itu memainkan buah dada besar Bu Henny yang bergelantungan dengan penuh nafsu.
Suara desah nafas yang saling memburu dari keduanya terdengar sangat keras dan terpatah-patah akibat menahan
kenikmatan dahsyat dari kedua kemaluan mereka yang beradu keras saling membentur yang menimbulkan bunyi decakan becek. Daerah sekitar kemaluar mereka tampak telah basah oleh cairan kelamin yang terus mengalir dari liang vagina Bu Henny hingga semakin lama Andi merasakan dinding kemaluan Bu Henny semakin licin dan nikmat.
"oh anak muda ini begitu perkasanya...," benak Tante Rani berkata kagum pada pemuda itu. Ia begitu heran melihat keperkasaan Andi dalam bermain seks. Begitu tegarnya anak itu menggoyang tubuh bongsor Bu Henny yang bahenol itu. Andi seperti tak tergoyahkan oleh lincahnya pinggul wanita paruh baya yang bergoyang diatasnya penuh nafsu. Bahkan liang vagina Bu Henny yang sudah punya dua orang anak remaja itu seperti tak cukup besar untuk menampung batang penis Andi yang keluar masuk bak rudal nuklir. Bahkan kini hanya beberapa menit saja mereka bermain Bu Henny sudah tampak tak dapat lagi menguasai jalannya permainan itu. Wanita itu kini mendongak sambil menarik rambutnya untuk menahan rasa nikmat yang begitu dahsyat dari liang vaginanya yang terdesak oleh penis pemuda itu.
"Auuuuhhhh.auuuuhhh.oooohhh.oooohhh.ooohhhhhhh ooohhh.oooohhhh..uuuuuhhh...uuuuuuhhhh...mati akuu Ran, enaaaaaak.oooohh...Andi sayaaaaang..oooh remas terus susu ibu An," teriak wanita itu sembari menggelengkan kepalanya liar kekiri dan kanan untuk berusaha menahan rasa klimaks yang diambang puncaknya itu.
Tante Rani semakin terpesona melihat gerakan liar Bu Henny yang tampak begitu menggodanya untuk kembali mencoba tubuh Andi. Bu Henny tampak begitu menikmatinya dengan maksimal sampai sehisteris seperti yang ia lihat. Keinginannya seperti bangkit kembali untuk mencoba lagi kenikmatan dahsyat dari buah penis besar yang kini tambak semakin bengkak dan keras itu. Menyaksikan hal itu ia lalu bangkit dan mendekati kedua orang yang sedang bermain itu. Andi menyambut Tante Ranidengan mengulurkan tangannya kearah vagina wanita itu, ia langsung meraba permukaannya yang masih basah oleh caiiran kelamin, lau dua jarinya masuk keliang itu dan mengocok-ngocoknya hingga membuat Tante Rani merasa sedikit nikmat.Wanita itu membalas dengan kecupan kearah mulut Andi hingga mereka saling mengadu bibir dan menyedot lidah. Permainan itu menjadi seru kembali oleh teriakan nyaring Bu Henny yang kini terlihat sedang berada menjelang puncak kenikmatannya. Goyang tubuhnya semakin liar dan tak karuan sampai kemudian ia berteriak panjang bersamaan dengan menyemburnya cairan hangat dan kental dari dalam rongga rahim wanita itu.
"Oooooooooooooooouuuuuuuuuuuuaaaaaaaaaaaaaaaaakuuuuu keeeeeeluaaaarr....aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa aaahhh enaaaaaaaaak..oooooh ....," jeritnya dengan tubuh yang tiba-tiba kejang kemudian lemas tak berdaya.
"Ouuuh hebatnya anak muda ini," benak Tante Rani kagum pada Andi setelah berhasil membuat Bu Henny terkapar.
"Sialan Ran, aku kok cepat keluar kayak gini yah?" seru Bu Henny sambil melepas gigitan bibir vaginanya pada kontol Andi yang masih keras dan perkasa itu.
"Memang kamu bener-bener jago Andi...beri Tante kesempatan lagi buat menikmatinya..oooohhh, sini kamu yang di atas dongk sayang," ajak Tante Rani setelah Bu Henny selesai dan menyamping.
Ia kemudian berbaring pasrah membiarkan pemuda itu menindihnya dari arah atas. Andi sejenak memegangi kemaluannya yang masih tegang dan kemudian dengan perlahan mencoba masuk lagi kedalam liang vagina Tante Rani. Wanita itu mengangkat sebelah kakinya agak keatas dan menyamping hingga belahan vagina itu tampak jelas siap dimasuki penis Andi. Ia langsung terhenyak dan mendesah panjang saat kembali dirasakannya penis itu menerobos masuk melewati dinding vaginanya yang terasa sempit.
"Ohhhhhh...yang pelan aja An..enaaaaakknya," pinta Tante Rani sambil meresapi setiap milimeter pergesekan dinding vaginanya dengan buah penis Andi.
Andi mulai bergoyang dengan perlahan seperti yang diinginkan wanita itu. Tante Rani meremas sendiri buah dadanya yang ranum sementara Andi meraih kedua kakinya dan membentangkannya kearah kiri dan kanan sehingga membuka selangkangan wanita itu lebih lebar lagi. Tak ayal gaya itu membuat Tante Rani berteriak gila menahan nikmatnya penis Andi yang terasa lebih dalam masuk dan membentur dasar liang vaginanya yang paling dalam.
"Aaaaaaaahhhhh...ooooohhhh hebaaaatnya kamu Andi ooooooohhh Henny nikmat sekali hennn...ooouuuuuhhhh enaaaaakk..ooooh genjotlah yang keras An, ooooh semakin nikmat ooohhh pintaaar .ooooohhh yaaahh..ooohh yaaahh ooo hhhh yyaaah mmmmmm..lezaaatt...ooohh Andi..pantas kamu senang sama dia Hen...ooohhh.ya ampuuun enaknya oohhh pintar sekali kamu Andi.ooohhh," desah Tante Rani setengah berteriak. Pantatnya ikut bergoyang mengimbangi kenikmatan dari hempasan tubuh Andi yang kian menghantam keras kearah tubuhnya. Penis besar itu benar-benar memberinya sejuta sensasi rasa yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Kenikmatan dahsyat yang membuatnya lupa diri dan berteriak seperti orang gila.
Dijambaknya sendiri rambutnya yang tergerai indah sampai ia terlihat seperti orang yang sedang dimasuki roh setan. Tiba-tiba ia berguling dan segera menindih tubuh pemuda itu dan menggoyang turun naik sambil berjongkok. Jari telunjuknya berusaha meraba daerah kemaluannya sendiri untuk membuat itil clitoris sebesar biji kacang di celah bibir vaginanya mendapat sentuhan lebih banyak lagi dari kulit tebal penis Andi yang terasa begitu nikmat membelai permukaan vaginanya. Hempasan demi hempasan dari tubuh pemuda itu berusaha diimbanginya dengan berteriak menahan nikmatnya benturan penis Andi. Sesekali ia membalas dengan juga menghempaskan tubuh dan pantatnya dengan keras,namun gerakan itu justru semakin membuatnya tak dapat bertahan. Kenikmatan maha dahsyat itu kembali membuatnya menggapai puncak permainan untuk yang kedua kalinya. Tak dapat ditahannya akibat dari sebuah genjotan keras yang membuat clitoris sebesar biji kacang di celah vaginanya masuk kedalam liang itu dan tersentuh kedahsyatan penis Andi yang perkasa. Dengan sepenuh tenaga ia berteriak keras sekali sambil menghempaskan tubuhnya yang bahenol itu sekeras-kerasnya.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaauuuuuuuuuuoooooowwwwwwwwwwww.....ooooooooooooooohhhhhhh..aku ke luaaaaaaaaar lagiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii...oooooooooooooohhhhhhhh enaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak Andiiiii...ooohhhh uuuuhhhhhhh...air maniku tumpaaaahhh.oooohhh, enak sekali ooohhhh..nanti main lagi aaaaaahhhhh.ooohhh," teriaknya panjang.
Andi merasakan denyutan keras pada vagina Tante Rani yang sekaligus menyemburkan cairan hangat dan memenuhi rongga vagina itu. Liang kemaluan itu berubah menjadi sangat licin dan nikmat hingga Andi terangsang untuk terus menggoyang pinggulnya. Direngkuhnya pinggul itu, ia mendekap erat sambil terus menggoyang memutar poros pantatnya hingga penisnya seperti mengaduk isi dalam vagina Tante Rani. Namun wanita itu merasakan kegelian yang dahsyat. Kenikmatan yang tadinya begitu hebat tiba-tiba berubah menjadi rasa geli yang seakan membuatnya ingin melepaskan penis Andi dari dalam vaginanya. Namun pemuda itu tampak semakin asik menggoyang dan menciumi sekujur tubuhnya penuh nafsu. Hingga tak dihiraukannya gerakan meronta Tante Rani yang berusaha melepaskan diri akibat rasa geli yang tak dapat ditahannya lagi,
"Aaawwwwwwwgeeeeliiiiiii...ampun sayang Tante nyerah lepasin Tante dong...!!! geliiiiiii!!!!," teriaknya memohon pada Andi.Dengan sedikit perasaan kecewa Andi menghentikan gerakannya, dan melepaskan pelukannya pada pinggul Tante Rani yang langsung saja terjatuh lemas."Ohhhh.Tante nggak kuat lagi Andi..ooh hebatnya kamu, sudah dua kali tante kamu bikin keluar, gila kamu. Benar benar jantan, Hen, kamu sungguh beruntung, ooohhh nikmatnya," lanjutnya sambil membelai kemaluan Andi yang masih saja tegak tak tergoyahka,Dikecupnya kepala penis itu dengan lembut lalu ia meraih batangnya dan tanpa diminta mengkaraoke pemuda itu. Andi tersenyum melihatnya lalu memberikan belaian pada rambut wanita itu. Sementara Bu Henny masih terpaku menyaksikan kehebatan Andi, tak pernah sebelumnya ia bayangkan seorang lelaki muda seperti Andi membuat dua orang wanita paruh baya seperti dirinya dan Tante Rani menyerah pada keperkasaan dan kejantanannya. Bahkan ia telah membuat Tante Rani meringis dan memelas memohon Andi untuk berhenti, betapa dahsyatnya keperkasaan pemuda itu. Kini ia hanya memandangi Tante Rani yang tengah berusaha melanjutkan birahi anak itu yang belum juga tuntas. Dilihatnya jam dinding,
"sudah jam satu dini hari, ia sanggup bertahan selama itu, ooohh hebatnya," batin Bu Henny.
Tiga jam lebih pemuda itu mampu bertahan dari serangan ganas kedua wanita dewasa itu. Kini dengan sisa tenaganya Tante Rani dan Bu Henny kembali mencoba memuaskan Andi. Bergilir mereka melakukan karaoke sambil menunggu saat vagina mereka siap untuk menerima masuknya penis besar Andi. Secara bergilir juga mereka memberi kesempatan pada Andi untuk menjilati daerah kemaluan mereka untuk kembali membangkitkan nafsu birahi itu. Dan beberapa saat kemudian mereka berhasil dan memulai lagi permainan segi tiga itu. Masih bergilir kedua perempuan itu saling menukar posisi untuk mengimbangi kekuatan Andi. Bergantian mereka meraih kenikmatan dari penis besar sang pemuda perkasa itu, beragam gaya mereka pakai agar tidak cepat keluar. Namun keperkasaan Andi memang benar-benar dahsyat hingga salah satu dari mereka yaitu Bu Henny kembali terkapar meraih puncak kenikmatan dari penis Andi.
"Ohhhh Tante..sebentar lagi saya keluar.," kata Andi tiba-tiba saat memulai permainannya dengan Tante Rani setelah membuat Bu Henny terkapar."Ohhh kamu kuat sekali An, kalau nggak keluar sekarang mungkin Tante dan Bu Henny nggak sanggup lagi, Tante sudah kamu bikin keluar tiga kali, dan juga Bu Henny.., sekarang keluarin yah sayang..," rajuk Tante Rani pada pemuda itu.
"Baiklah Tante, saya nggak akan nahan lagi, ayo kita mulai," ajaknya sembari memeluk tubuh bugil Tante Rani dan langsung menusukkan kemaluannya dalam liang vagina wanita itu,Mereka kembali bermain, tapi kini dengan gerakan pelan dan mesra seperti dua orang yang saling jatuh cinta. Diiringi kecupan dan remasan pada payudara Bu Rani yang ranum itu Andi terus berusaha meraih kepuasannya secara maksimal. Hingga beberapa puluh menit kemudian ia tampak mulaui mempercepat gerakannya secara bersamaan dengan Tante Rani yang juga mengalami hal yang sama,
"naaaaahhh Tante..saya mau keluar.ooooh goyang yang keras.ooohhh tekan terus tante..ooohh pepeknya tante jepit lagi oooohhh enak enak enak enak oooohhh," terdengar pemuda itu menjerit pelan meresapi kenikmatan dari tubuh Tante Rani."Tante ju gaaaa..aaaaahdi.oooh kontol kamu panjang sekali ooohhh enaak nikmatnya oooohhhh..aaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhh enaaaaakkk ooooh remas yang keras susuku Andi oooohhhh susu tante ooohhhhh teruuuuuuuus...naah nah nah nah tan.te ke..lu aaaaaaaaarrrrr lagiiiiiiiii oooooooohhhhh.enaaaaakkknya," jerit Tante Rani. "Sa.ya ju ga ke lu aaaarrrrrrr Tan te oooooooooooooohhhh enakkknya kocok terus Tante ooooohhh aaaaaaaaaaaaaaahhhhhhh oooooooooooooohhhhhhhhh oooooooooooohhhh oooooooooohhh aiiiiir maniiiii saya mau nyemprooooooot aaaaaahhhhhhh," jerit Andi pada waktu yang bersamaan.
Tiba-tiba Bu Henny yang sedari tadi hanya melihat mereka bangkit dan mendekati Andi.
"cabut An sini semprot ke muka ibu, ibu pingin minum sperma kamu cepaaaat!!!" teriaknya "baik Bu ooooooohhhhh..oooohhh ooooohhhh ooooohhh ooohhhh minum bu oooohhhh...," teriak Andi sambil berdiri dihadapan Bu henny yang mendongak tepat dibawah penis yang menyemprotkan cairan sperma itu. Lebih dari empatkali ia menyemprotkan cairan itu kemulut Bu Henny yang menganga dan langsung ia telan, kemudian tak ketingggalan ditumpahkannya juga kearah muka Tante Rani yang masih tergolek lemas disampingnya. Wanita itupun menyambut dengan membuka lebar mulutnya, ia bahkan meraih batang penis itu dan mengocokkannya dalam mulut sehingga seluruh sisa cairan sperma pemuda itu ia telan habisAkhirnya tergapai juga puncak kenikmatan Andi yang begitu lama itu.Dengan diiringi teriakan panjang dari mulut Tante Rani, mereka bertiga terkapar lemas dan tak sanggup lagi melanjutkan indehoy itu.
Ketiganya kini saling bercanda ria setelah berhasil meraih kepuasan dari hubungan seks yang begitu seru, empat jam lebih mereka mengumbar nafsu birahi itu sampai puas dan kemudian tertidur kelelahan tanpa seutas benangpun melapisi tubuh mereka.
Liburan seminggu di pulau kecil itu memasuki hari kelima. Andi yang semula hanya ditemani Bu Henny yang memang sengaja merencanakan liburan itu tak pernah menyangka akan mengalami pengalaman hebat seperti saat ini. Seorang lagi istri pejabat pemerintah yang haus kepuasan seksual kini bergabung dan semakin membuat suasana menjadi lebih luarbiasa. Dua orang wanita paruh baya yang masing-masing memiliki pesona kecantikan dan tubuh yang sangat disukainya sekarang benar-benar dapat ia nikmati sesuka hatinya. Mereka melampiaskan nafsu seks yang membara itu sepuas hati tanpa ada yang menghalangi. Semua gaya dan tipe permainan cinta dari yang buas sampai yang lembut, satu lawan satu atau dua lawan satu mereka lakukan tanpa kenal henti. Hari-hari selama seminggu itupun penuh dengan pelampiasan birahi mereka yang tak pernah sedetikpun mereka rasakan dari suam-suami mereka, para pejabat pemerintah yang berlagak jago tapi hanya mampu bermain seperti ayam yang dalam waktu lima menit saja sudah berteriak menggapai puncak meski istri mereka baru sampai tahap pemanasan saja.
Tante Rani merasakan pengalaman pertamanya berselingkuh dengan anak muda itu sebagai mimpi indah yang tak akan dilupakannya. Setiap ia meminta Andi melayaninya tak pernah sekalipun ia dapat bertahan lebih dari limabelas menit sementara pemuda itu sanggup membuatnya menggapai puncak tak pernah kurang dari tiga kali dalam setiap permainannya. Pernah suatu saat ketika Bu Henny meninggalkan mereka berdua dalam villa untuk berjalan-jalan di sebuah pagi, Tante Rani meminta Andi untuk menggaulinya sepuas hati. Ia berusaha semaksimal mungkin untuk bertahan dari serangan pemuda itu. Dibiarkannya tubuh bahenol putih mulus itu dijadikan seperti bantal guling oleh Andi. Namun hasilnya tetap saja ia tak dapat membuat Andi kalah, meski telah dibiarkannya pemuda itu menggenjot dari segala arah, dibuatnya Andi bernafsu seperti binatang buas yang meraung. Tapi sia-sia saja, bahkan saat Bu Henny kembali ke villa itu setelah dua jam berjalan-jalan di pantai, Andi masih saja tegar menghantamkan penis besarnya dalam liang vaginanya yang sudah tiga kali menggapai puncak dalam satu ronde permainan anak itu. Hingga Bu Henny yang kemudian bergabunng sekalipun dapat ia robohkan dalam beberapa puluh menit saja. Bahkan sampai berulang-ulang lagi Bu Henny bangkit, ia belum keluar juga. Barulah setelah mereka berdua bergilir memberikan liang vaginanya dimasuki dari arah belakang pantat, Andi dapat meraih ejakulasi permainannya.
Waktu liburan mereka telah habis, ketiganya kembali ke Jakarta setelah melewati hari-hari yang begitu menggairahkan, hari-hari penuh teriakan kenikmatan hubungan badan yang maha dahsyat. Pengalaman seks di pulau kecil itu benar-benar seperti mimpi bagi kedua wanita paruh baya itu. Justru sekembalinya mereka dari pulau itulah, ada sedikit perasaan gelisah di dalam hati Tante Rani yang membayangkan dirinya kembali ke pelukan lelaki yang sebenarnya tak pernah ia cintai. Suaminya yang botak tua bangka, lelaki penuh nafsu besar dengan kemampuan seperti cacing itu kini membuat perasaannya muak ingin muntah.
Tak habis-habisnya mereka membicarakan seputar kenikmatan cinta dari Andi yang dialami Tante Rani dalam perjalanan pulang itu. Ada secercah harapan dalam benak Tante Rani saat Bu Henny memberinya ijin untuk boleh bergabung bersamanya menikmati kepuasan dari Andi kapan saja ia suka asalkan mereka melakukannya atas sepengetahuan Bu Henny yang secara resmi adalah pacar gelap Andi.
Pesawat yang membawa mereka kembali ke Jakarta telah mendarat, ketiganya berpisah di Bandara lalu pulang ke tempat tinggal masing-masing dengan hati yang riang dan kesan yang begitu kuat akan kenangan dan pengalaman hebat yang mereka lalui dalam seminggu ituSesampainya dirumah masing-masing, kedua wanita itu masih tak dapat melepas bayangan keperkasaan Andi, hingga saat mereka berkumpul dengan suami dan anak-anaknya suasana menjadi sangat dingin.
Sejak saat itu hari-hari bersama suaminya dirasakan Tante Rani seperti neraka. Setiap malam saat ia melayani suaminya di ranjang tak pernah dapat ia nikmati. Permainan suaminya yang seperti ayam kurang gizi benar-benar membuatnya muak, bahkan ingin muntah. Setiap kali dilihatnya tubuh lelaki itu seakan ia sedang menghadapi bangkai busuk saja.
Suatu malam saat suaminya baru pulang dari kantor, Tante Rani yang tampak baru saja selesai mandi dan sedang mengeringkan badannya diatas tempat tidur langsung disambar oleh lelaki botak itu."Ayo Ran, aku sudah satu minggu nggak main sama kamu, yuuk layani aku sebentar...," ajak pria itu.
Tante Rani diam saja tak beranjak dari tempat tidur, ia merasa malas menanggapinya.
"Ntar dulu dong pi, aku keringin badan," jawabnya acuh tak acuh, sementara lelaki botak itu mulau meraba pahanya yang mulus sambil mendaratkan ciumannya di pipi Tante Rani. "Ayo dong, aduuuuh aku nggak tahan nih...," pria itu merajuk genit sambil membelai bulu-bulu halus di permukaan kemaluan Tante Rani.
"Papi...!!!, sabar dong..!" Sengit Tante Rani agak sewot. "He.jangan marah dong sayang, aku kan suami kamu,"
"Huh.," ia berkesah sambil membuang sisir yang ada di tangannya, sementara lelaki itu melepas handuk yang melilit tubuh wanita itu dan langsung saja mengangkat paha istrinya dan membukanya lebar. Lalu lidahnya menjilat-jilat bagaikan anak kecil yang menikmati es krim. Tante Rani hanya memandanginya sambil tersenyum, tak sedikitpun ia menikmati permainan suaminya. Dibiarkannya lelaki botak itu menjilati permukaan vaginanya hingga becek. Tak puas sekedar menjilati, lelaki itu menusukkan dua jarinyanya kedalam liang kemaluan sang istri yang hanya memandangnya sinis dan tampak jijik. Beberapa saat kemudian ia beranjak duduk dipinggiran tempat tidur dan meminta sang istri untuk menyedot kemaluannya.
"Huuuuhhhhhh...ayo karaoke aku sebentar Ran," pintanya pada Tante Rani, nafasnya terdengar sudah turun naik tak tentu menandakan nafsu birahi yang sudah berkobar,"oooooooohhh enak..mmmmmm," desahnya begitu penis kecil dan pendek mirip kontol monyet itu tersentuh lidah Tante Rani.
"Huh.dasar botak, aku sangat berharap biar kamu cepat mati saja," benak Tante Rani dalam hati, ia sangat kesal menghadapi suaminya yang tampak sudah bagai sampah saja. Tak ada daya tarik selain harta dan kekayaan yang didapatkannya dari korupsi itu.
Sambil terus melayani lelaki itu ia membayangkan dirinya berada bersama Andi, hingga tampak wanita itu memejamkan mata sambil terus menyedot keras batang kemaluan sang suami. Namun hanya beberapa menit saja adegan itu berlangsung tampak pria itu sudah tak dapat menahan kenikmatan itu,"Oooooooooohhhh..ayo cepaaaaaat masukin, Ran, aku mau keluar aaaauuuuuhhhh..oooohh," tiba-tiba ia merengkuh tubuh Tante Rani dan menindihnya. Dengan ngawur ia berusaha memasukkan penis yang sudah akan muntah itu kearah liang vagina istrinya. Dan baru beberapa detik saja masuk, sebelum Tante Rani sempat bergoyang, penis itu memuntahkan seluruh cairan spermanya.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhh.aku keluarrrrrr..Raniiiiii...ooooohhhh," teriaknya saat merasakan cairan maninya meluncur dalam liang vagina sang istri yang sedari tadi hanya tersenyum sinis melihat tingkahnya yang sok jagoan.
Hanya beberapa menit saja persetubuhan itu berakhir dengan sangat mengecewakan Tante Rani. Dipandanginya lelaki botak itu yang kini tergolek lemas dan hanya bisa membelai permukaan vagina yang tak sanggup ditaklukkannya. Pria itu tampak malu sekali melihat istrinya yang kini terlihat memandanginya dengan senyum menyindir. Namun ia tak sanggup mengatakan apa-apa. Kemudian dengan tak tahu malu ia menutupi mukanya dengan bantal dan berusaha menyembunyikan dirinya dari perasaan malu itu. Beberapa menit kemudian lelaki botak itupun tertidur sebelum berhasil membuat istrinya puas. Namun bagi Tante Rani, yang terpenting adalah ia kini memiliki pasangan lain yang dapat membuatnya meraih kepuasan seks. Yang terpenting kini baginya adalah bahwasanya tidak hanya pria itu yang bisa mencari lawan selingkuh, namun dirinyapun berhak dan sanggup melakukannya. Tentunya dengan bentuk tubuh indah dan wajah manis yang dimilikinya seperti saat ini hal itu sangt mudah.
"Mengapa aku harus diam sementara para pejabat pemerintah itu dengan seenaknya mengumbar nafsunya dengan para gadis remaja atau pegawai bawahan di kantornya? Akupun sanggup membuat diriku puas dengan mencari pasangan main yang jauh lebih hebat, tak ada asiknya bermain dengan hanya satu pasangan seperti ini. Apalagi dengan laki-laki seperti ini, ciiiih jijik aku...," benaknya berkata sendiri sambil membalik arah badannya kemudian berlalu dan keluar dari kamarnya.
Itulah hari-hari yang kini dilalui oleh Tante Rani semenjak ia mengenal Andi dari Bu Henny. Kini hubungannya dengan dua orang itu menjadi semakin akrab saja. Hampir setiap hari mereka menyempatkan diri untuk saling menghubungi. Dengan rutin pula mereka menentukan jadwal kencan mereka seminggu sekali yang mereka lakukan di hotel-hotel berbintang dimana mereka bisa mengumbar nafsu sepuas-puasnya. Sampai kemudian kedua wanita itu memutuskan untuk membeli sebuah Villa mewah secara diam-diam di kawasan Puncak untuk mereka pergunakan sebagai tempat rendezvous yang aman dan nyaman.
Seiring dengan waktu berlalu dan hubungan cinta segitiga mereka yang semakin dekat saja dari hari ke hari, dua wanita istri pejabat itupun membuat sebuah perusahaan besar yang berbasis di bidang pengangkutan export import untuk semakin menutupi kerahasiaan hubungan mereka. Sehingga ketiga orang itupun tak perlu lagi mengatur alasan khusus pada suami mereka untuk dapat bertemu Andi setiap hari, hal itu karena mereka berdua menempatkan diri sebagai dewan komisaris dan diorektris pada perusahaan itu. Tiap hari kini mereka dapat melampiaskan nafsu birahi mereka pada Andi, di kantor di villa atau dimanapun mereka suka.
Kehidupan Pemuda itupun menjadi sangat bahagia, dengan kebutuhan seksual yang selalu dipenuhi oleh dua wanita sekaligus, ia sudah tak perlu memikirkan tentang wanita lagi. Kehangatan kedua wanita paruh baya yang benar-benar pas dengan seleranya itu sudah lebih dari cukup. Materi berupa harta sudah tak masalah lagi, kedudukannya sebagai direktur perusahaan itu sudah menjadikannya benar-benar lebih dari cukup. Hidupnya kini benar-benar bahagia seperti apa yang pernah ia cita-citakan
Buah surga
Ini adalah pengalaman pertama saya melakukan hubungan seksual. Kebetulan pula wanita itu juga baru pertama kali melakukannya. Dia adalah pacar saya. Sebutlah namanya Desi. Memang dia sudah beberapa kali saya ajak ke rumah saya. Tapi setiap kali ke rumah, kami hanya sekedar tiduran dan paling jauh cuma ciuman saja.
Ceritanya bermula ketika untuk kesekian kalinya dia saya ajak main ke rumah. Awalnya seperti biasanya kami cuma cium-ciuman saja. Cium pipi, cium bibir, hal biasa kami lakukan. Entah setan apa yang lewat di benak kami. Tangan kami mulai berani meraba-raba bagian lain, sebenarnya tidak pantas dilakukan oleh dua insan yang belum menikah. Ketika tangan saya meraba payudaranya (kami masih berpakaian lengkap), dia sama sekali tidak menolak. Ini membuat saya sedikit lebih berani untuk meremas payudaranya sedikit lebih keras. Ternyata dia menikmatinya. Saya mencoba untuk melakukannya lebih jauh lagi. Kali ini tangan saya perlahan-lahan saya arahkan ke bagian selangkangannya. Dia masih tidak menolak. Saat itu dia memakai celana panjang dari kain yang tipis, jadi saya bisa merasakan lembutnya bibir kemaluannya. Tanpa saya sadari tangannya juga telah mengelus-elus selangkangan saya. Mungkin karena pikiran saya terlalu tegang, sampai-sampai saya kurang memperhatikannya. Kurang masuk akal memang. Tapi itulah yang terjadi. Kepasrahannya semakin melambungkan kekurangajaran saya. Tangan saya mulai menyelinap ke balik pakaiannya. Saya kembali meremas-remas payudaranya. Kali ini langsung menyentuh permukaan kulitnya. Saya lakukan sambil mencium lehernya dengan lembut. Suara desahan lembut mulai terdengar dari bibirnya, disaat saya menyelipkan tangan saya ke balik celana dalamnya. Ada sedikit rasa ragu ketika meraba bibir kemaluannya secara langsung. Saya kumpulkan segenap keberanian saya yang tersisa. Jari tengah saya, saya tekan sedikit demi sedikit dan perlahan ke belahan kemaluannya. Saat itulah dia tersentak dan menahan tangan saya. Dia menatap mata saya.
"Jangan dimasukkan ya Mas", katanya. Saya hanya tersenyum dan mengangguk. Serta merta dia mencium bibir saya. Sementara jari saya masih mengelus-elus bibir kemaluannya. Lendir yang membasahi dinding vaginanya, mulai merembes hingga ke bibir kemaluannya. Saya mencoba memintanya untuk menyentuh dan memegang kemaluan saya. Ternyata dia tidak menolak. Terlihat jelas di raut mukanya, dia sedikit gugup ketika membuka rensleting celana saya. Dan seakan malu memandang wajah saya ketika dia mulai menggenggam kemaluan saya. Untuk mengurangi ketegangannya saya mencium bibirnya. Selama lebih dari setengah jam kami hanya berani melakukan itu-itu saja. Kemudian saya beranikan diri untuk mengajaknya menanggalkan semua pakaian. Dia terlihat ragu, dan hanya menunduk. Mungkin dia ingin menolak tapi takut membuat saya kecewa. "Kamu bener berani tanggung jawab", katanya lagi.
Saya terdiam sejenak dan kemudian mengangguk. Padahal dalam hati, saya bertanya-tanya, benarkah saya mampu bertanggungjawab? Dia menanyakannya sekali lagi. Dan saya mengiyakannya untuk kedua kalinya. Diapun mulai melepaskan kancing bajunya. Ketika saya membantunya, dia menolak.
"Biar Saya sendiri saja..., Kamu lepas bajumu.", sahutnya. Saya menurut saja. Dan tak lama kemudian, tak ada selembar benangpun pada tubuh kami. Telanjang bulat, walaupun dia masih menutupi payudaranya dengan tangan dan menyilangkan pahanya untuk menutupi kemaluannya. Saya memeluknya sambil berusaha menurunkan tangannya. Dia menurut, saat saya kembali meremas payudaranya dengan lembut. Kali ini tanpa diminta dia mau memegang kemaluan saya sambil mengelus-elusnya. Entah karena terangsang atau karena saya mengatakan mau bertanggung jawab tadi, dia menuntun tangan saya untuk mengelus selangkangannya. Agar dia tidak merasa malu, saya terus mencumbunya. Dia menikmatinya sambil menekan jari saya ke bibir kemaluannya, yang saya rasakan semakin basah oleh lendir. Dia kemudian merebahkan tubuhnya. Dan saya pun merebahkan tubuh saya di atas tubuhnya. Kami kembali bercumbu. Kali ini sedikit lebih liar. Suara desahan terdengar lebih nyaring daripada sebelumnya, ketika saya mencubit clitorisnya. Ketika saya sudah tidak tahan lagi, saya mencoba "minta ijin" padanya untuk berbuat lebih jauh. Dia mengangguk sambil sedikit meregangkan belahan pahanya.
Setelah "mendapatkan ijin", saya mencoba memasukkan kemaluan saya ke liang vaginanya. Tapi sulitnya luar biasa. Berkali-kali saya coba, tetapi belahan itu seakan-akan direkatkan oleh lem yang kuat. Ujung kemaluan saya sampai sakit rasanya. Dan dia pun meringis kesakitan, sambil sesekali memekik kecil, "Aduh..., aduh". Saya sedikit tidak tega juga. Saya hentikan sejenak usaha saya itu, sambil kembali mengelus bibir kemaluannya, agar sakitnya sedikit berkurang.
"Masih sakit?", tanya saya. "Udah nggak begitu sakit.", jawabnya. Saya mencobanya lagi. Kali ini saya minta dia membuka bibir vaginanya lebih lebar. Tetapi masih susah juga. Padahal kata teman-teman saya yang sudah sering berhubungan sex, kalau sudah basah pasti gampang. Kenyataannya ujung kemaluan saya sampai sakit gara-gara saya paksa masuk. Saya hampir putus asa. Kemaluan saya mulai lemas lagi karena saya menjadi kurang konsentrasi.
Tiba-tiba saya teringat bahwa saya pernah baca di majalah, ada jenis selaput dara yang sangat elastis dan relatif lebih tebal daripada yang normal. Kepercayaan diri saya mulai timbul lagi. Saya "mengusulkan" padanya, pakai jari saja dulu. Maksud saya supaya agak lebar lubangnya. Dia setuju saja. Walaupun saya sadar selaput dara itu justru akan robek karena jari saya, bukan karena kemaluan saya, cara itu tetap saya lakukan. Dari pada kami (terutama dia) kesakitan, lebih baik begini. Mulanya saya hanya menggunakan jari kelingking. Dia hanya mendesah sambil menggigit bibirnya. Kemudian saya lakukan dengan jari tengah, sambil menggerakkannya naik turun. Dia masih hanya mendesah. Kemudian saya masukkan jari tengah dan telunjuk ke liang vaginanya. Dia menjerit halus sambil menahan tangan saya agar tidak masuk lebih dalam. Setelah dia melepaskan tangannya baru saya lanjutkan lagi dengan sangat perlahan.
Setelah yakin sudah cukup, saya mencoba kembali memasukkan kemaluan saya ke liang vaginanya. Saya menyibakkan bibir vaginanya, sementara dia mengarahkan kemaluan saya. Memang sedikit lebih mudah sekarang. Tapi tetap saja dia merintih kesakitan. Sayapun masih merasakan sakit. Kemaluan saya seperti diperas dengan sangat keras. Setiap kali merasakan sakit (dan mungkin perih), dia menahan "laju" masuknya kemaluan saya. Sayapun hanya berani melakukannya dengan gerakan perlahan. Hati saya benar-benar tidak tega melihatnya merintih kesakitan. Tapi pada akhirnya kemaluan saya bisa masuk seluruhnya.
Saat pertama kali berhasil masuk, saya belum berani menariknya kembali. Kami hanya berciuman saja, supaya rasa sakit itu reda dahulu. Setelah itu baru saya berani menggerakkan pinggul saya maju mundur, tapi masih sangat pelan. Sementara tangannya tampak memegang erat ujung bantal, sambil terpejam dan mengigit bibirnya. Setelah beberapa lama, kami berganti posisi. Kali ini saya berada di bawah, sementara dia duduk di atas saya. Dia saya minta menggerakan pinggulnya naik turun. Dia hanya beberapa kali melakukannya. Dan berkata, "Aku nggak bisa", sambil berguling ke samping saya. Saya memeluknya dan mengelus rambutnya serta mencium keningnya. Kemudian kembali merapatkan tubuh saya ke atas tubuhnya. Saya memasukkan kembali kemaluan saya ke liang vaginanya. Kali ini gampang sekali. Di dorong sedikit langsung bisa masuk. Dan dia pun tidak lagi merintih kesakitan. Hanya mendesah halus. Saya kembali menggerakkan pinggul saya maju mundur. Saya coba lebih cepat. Rasanya licin sekali. Saya merasakan diantara kemaluan kami sangat basah oleh lendir bercampur keringat. Saya terus melakukannya sambil mencium bibirnya. Kali ini dia lebih erotis. Dia sangat suka menghisap-hisap lidah saya, yang sengaja saya julurkan ke dalam mulutnya. Sementara tangannya tak henti-hentinya mengelus punggung dan pantat saya. Sesekali saya jilati puting susunya dengan lidah saya. Namun dia lebih suka kalau saya menghisap putingnya itu. Sebenarnya saat itu saya kurang berkonsentrasi. Pikiran saya masih terbagi. Saya masih berpikir agar tidak membuat dia kesakitan. Mungkin karena itu saya bisa bertahan agak lama. Kalau tidak mungkin saya sudah mengalami ejakulasi.
Setelah cukup lama, tiba-tiba dia menyentakkan pinggulnya ke atas sambil menekan pantat saya. Saya tidak tahu apakah saat itu dia mengalami orgasme atau tidak. Tapi yang jelas dia menahan posisi itu cukup lama. Setelah itu dia bilang bahwa dia capek. Saya pun mengerti, dan walaupun belum mengalami ejakulasi, saya mengeluarkan kemaluan saya dari liang vaginanya, dan tidur terlentang di sampingnya. Sekilas saya lihat, di bibir kemaluannya ada lendir putih yang ketika saya pegang terasa kental dan lengket, namun tidak kesat seperti halnya sperma.
Sepertinya dia tahu kalau saya belum puas (yah namanya juga kurang konsentrasi). Dia duduk di sebelah saya sambil kemudian menggenggam kemaluan saya. Perlahan-lahan dia menggerakan tangannya naik turun. Saya sangat menikmati perlakuannya ini. Payudaranya kembali saya elus-elus. Sesekali saya permainkan putingnya dengan jari. Kali ini saya tidak bisa bertahan lama. Ketika gerakan tangannya semakin cepat, saya merasakan geli yang luar biasa di ujung kemaluan saya. Dan saya pun akhirnya mengalami ejakulasi. Dia menampung sperma saya dengan telapak tangannya. Kemudian membersihkan sisanya dengan tissue. Setelah mencuci tangan serta kamaluannya, dia kembali ke kamar dan mencium saya. Dia kemudian merebahkan kepalanya di dada saya. Sementara saya mengelus-elus rambutnya.
Saat membenahi kamar sebelum mengantarnya pulang, pandangan saya tertuju pada bekas tissue yang sebagian juga digunakan untuk membersihkan sisa lendir kemaluannya. Terlihat bercak-bercak merah pada beberapa lembar tissue, tetapi tidak banyak. Saya memandangnya dan bertanya, "Masih berdarah nggak?". Dia menggeleng, dan menjawab, "Sudah nggak lagi, tadi sudah aku cuci".
Setelah itu saya mengantar dia pulang. Kalau tidak salah waktu itu sudah sekitar jam sembilan malam. Saat perjalanan kembali pulang, saya berpikir. Dia sudah mengorbankan miliknya yang paling berharga kepada saya. Dia berkorban karena dia percayapada saya. Belum pernah dalam hidup saya, ada orang yang begitu percayanya pada saya. Bahkan jauh melebihi kepercayaan orang tua saya, yang lebih sering memberikan uang belaka daripada sebuah kepercayaan yang tulus. Kepercayaan yang diberikannya adalah pemberian yang tak ternilai harganya. Saya berharap kebersamaan kami dapat terjalin selamanya.
Buku itu aku pinjam

Waktu itu aku masih SMA kelas satu, kebetulan aku punya tetangga wanita yang sekolahnya di SMEA dekat sekolah aku. Dia itu 1 tahun diatas umur aku. Orangnya putih, mulus rada bongsor, payudaranya lumayan gede, pinggulnya sedeng, pantatnya rada nonggeng. Sewaktu aku habis pulang sekolah aku lihat dia lagi santai-santai didepan rumahnya, aku samperin dia terus aku bilang : "Da..! (namanya Farida) aku punya buku bagus, elo mau liat enggak?" dia nya tanya lagi ke aku : "Buku bagus apa'an Ga?". "Pokoknya asyik sudah, kalau elo baca kagak bakalan nyesel, yakin sudah" jawabku. "Aku pinjem doong", "Kalau mau liat bareng sini sama aku.." aku menantangnya, eh tahunya dia bangun terus nyamperin aku. Aku yang kebetulan memang sudah lama cari kesempatan buat megang-megang payudaranya. Pas dia samperin aku bilang lagi sama dia : "Elo mau lihat, tapi elo jangan bilang-bilang sama siapa-siapa yah..", " Iya deh..." sudah gitu aku ajak dia ke rumah tetanggaku yang kebetulan lagi kosong, memang biasanya aku suka nongkrong di rumah itu.

Pas sampai di halaman rumah tetangga aku itu aku ajak dia ke teras depannya. Terasnya rada adem karena banyak pohon-pohon dan lagi kagak terlalu kelihatan dari jalan. Terasnya nggak punya bangku, jadi aku dan dia duduk di lantainya. Terus aku tunjukkan buku yang kumaksud, Buku "Penthouse" Dia sempat kaget!. Kagak disangka, "Sini deketan lagi kalau mau lebih jelas" aku bilang ke dia. Mungkin karena penasaran juga dia merapatkan duduknya dekat aku. Aku buka gambar-gambarnya, eh dia tambah mau lihat lagi. Sudah gitu aku pegang tangannya sambil aku remes-remes jarinya, sementara tangan aku satunya lagi buka gambar lainnya. Dia kelihatannya rada 'terangsang' juga. Kepalanya sampai nempel ke kepala aku sampai-sampai aku bisa cium wangi rambutnya. Tanganku lama-lama ngusap ke atas tangannya sampai ke bahunya, terus ke punggungnya, aku lama juga ngusapnya. Pas waktu itu ada gambar orang wanita lagi ngisep 'barang' cowok. Aku sempat bilang sama dia : "Elo pengen enggak ngerasain kayak gitu?". Dia diam saja, tapi aku tahu dia juga lagi kontrol nafsunya (napasnya kayak berat gitu). Tahu-tahu tanganku sudah sampai dan nyelusup lewat tangan t-shirtnya yang longgar, remes-remes payudaranya (dia masih pakai BH). Pentilnya sudah tegang. Barangku sendiri juga sudah tegang, kelihatan dari celana seragam SMA-ku. Aku ciumi pipinya yang mulus, terus ke bibirnya. Rupanya dia juga sudah enggak sabaran saat itu. Kami berciuman lama juga, lidahnya kumain-mainkan sampai ke langit-langit mulutnya eh.. dia tambah enggak bisa kontrol. Aku lepas ciumannya sambil tangganku melepasi BH-nya dari belakang, nah sekarang dia enggak pakai BH lagi. Kuangkat bagian depan t-shirtnya kukulum payudara kirinya, sementara tangan kananku memainkan payudara satunya lagi.

Sambil gitu aku dorong dia supaya dia bisa tidur telentang biar aku gampang ngisap pentilnya. Berapa kali dia melenguh tanda dia juga suka. aku sudah enggak tau bukunya sudah ada dimana deh..! payudaranya kujilati terus turun sampai ke perutnya yang putih banget (aku belum pernah liat perut putih, waktu itu). Dia pakai celana pendek jeans sementara tangan kananku sudah sampai ke ritsluiting jeansnya siap-siap mau turunin celananya. Dia dorong kepalaku lebih kebawah lagi, sekarang kepalaku sudah ada didepan selangkangannya tapi masih ada celana dalamnya, jeansnya sudah turun sampai ke dengkul. Aku tetap jilatin perutnya, tanganku dua-duanya melorotin celana dalamnya. Uiih... aku baru liat yang namanya vagina tuch kayak gitu. Dia kayaknya juga makin enggak bisa kontrol 'rangsangan'nya. Dia makin sesepin kepalaku ke barangnya. Dia bilang : "Sggh... Ga... aku sudah nggak tahan nih", tapi aku masih bisa mengontrol lidahku untuk menjilati barangnya (bulunya sedikit dan rada bule). Kulebarkan pahanya pakai tangan dan terus kuhisap kelentitnya. Barangnya sudah basah banget, kucolok pakai jari tengah ehh... masih rapet loh!! aku sempat nanya :" Da... elo masih perawan yah...?", dia enggak jawab tapi tangannya pegang tanganku dan supaya jari tanganku bisa masuk lebih dalam lagi. Jariku sekarang keluar masuk vaginanya dan tambah banjir tuh vaginanya. Dia masih pakai t-shirt tapi bagian bawahnya sudah total telanjang. Kira-kira 2 menit aku gituin dia kayaknya dia sudah mau klimaks :"uuhh... Ga saya mau keluar ga...". Sambil ngomong gitu dia jepit jariku sama pahanya. Ternyata dia sudah sampai, dan jariku masih di dalam vaginanya merasa kayak di pijit-pijit. Kuperhatikan mukanya, kayaknya dia rada malu sama aku, tapi juga puuaass... kubangunkan dia terus aku bilang : "Kamu mau enggak mainin penisku?", dia enggak banyak omong langsung tangannya buka ritsluiting celanaku, dia dorong badanku supaya telentang dan dia tarik celana seragamku sampai ke paha, terus meloroti celana dalamku. Barangku dikeluarkan, terus dia usap-usap pakai tangannya, aku baru setengah tegang, dia bilang : "Kok kamu punya kecil sih Ga..?", aku bilang : "Aku masih belum lagi tegang Da..., kocok dulu dong...". Aku lihat tangannya mulai mengocok penisku makin lama makin gede. Tiba-tiba kepalanya maju sampai dekat penisku. Ehh... mulutnya sudah menganga dan sudah mulai ngisep kepala penisku. Aku baru pernah merasakan penis dihisap, mulutnya menelan separuh batang, dia terus memompa sambil air liurnya di keluarin. Tangan kanannya tetap megang batangku dan tangan satunya lagi pegang barangnya sendiri. Enggak lama di situ aku bilang sama dia : "Da... elo mau aku masukin yah...?", " Sakit enggak sih?" tanyanya lagi, aku jawab : "Aku enggak tau... habis aku sendiri belum pernah sih!". Dia langsung stop ngisep dan berbaring telentang dan pantatnya dialasi majalah, sambil membuka pahanya lebar-lebar. Aku sempat lihat vaginanya yang merah muda sudah basah, aku setengah berdiri, badanku menindih badannya. Tangannya megang penisku yang tegang 100 persen. Dia bimbing penis aku untuk bisa masuk ke vaginanya. Pas... sudah mau masuk kira-kira sekepala penis, aku cabut lagi dia kayaknya enggak tahan, dia tarik pinggangku, " Ga... jangan dilepas donng, aku enggak tahan... Sggh". Batangku sudah masuk 1/4 ke barangnya yang masih sempit tapi licin aku cabut lagi, dia tarik lagi pinggangku, sekarang ini sudah 3/4 batang tenggelam ke vaginanya. "uuggh... Dalam banget Ga...", "Belum semuanya Da... masih ada sisanya... teken lagi yah... Uughh" aku juga sudah enggak tahan untuk enggak masukin semuanya. Begitu semuanya masuk aku sempet denger kayak ada suara robek. Prreek... Gitu. Dia sempet ngejerit kecil, " oougghh... Riga barang kamu enak banget deehh.".

Aku sudah mulai kocok dia keluar-masuk vaginanya yang sempit. Aku enggak sempet hitung berapa kali aku pompa dia. Lidahku memainkan lidahnya. Aku merasa enggak lama lagi aku mau keluar, aku bilang : "Aduuh.. Da.. Saya sudah mau keluar nih...", "Ouuggh Ga... jangan dilepas ga... saya juga sudah mau sampai lagi.. Ssgghh". "Daa, enggak tahan... saya buang di dalam saja yah..", " Iyaah... asal enggak dicabut ajaa". Enggak lama keluar deh spermaku, sreet... Srett... Srett, sambil aku teken biar lebih dalam ke vaginanya. Berbarengan waktunya dia juga klimaks "oouughh... Gaa saya juga keluar Ga...". Saat itu aku ngerasa batang penisku seperti di pijat-pijat di dalam vaginanya. "Riga... sperma kamu kok anget sih ngalir di barang saya". Aku cuma nyengir saja dia bilang begitu. Sehabis begituan aku cabut penisku dari vaginanya, dan kuperhatikan ada darah yang mengalir sedikit dari vaginanya, jatuh membasahi majalah yang dijadikan alas. Ternyata itu adalah darah perawan Farida. Aku sempat melap barangku memakai celana dalamnya sebelum aku memakai celana lagi, dia keliatannya puas betul. Dia bilang : "Riga.. ternyata ngewe itu enak ya..., aku enggak nyesel deh diperawanin sama elo, habis elo pinter sih muasin aku..". Sehabis kejadian itu aku makin sering bersetubuh sama dia sampai dia pindah rumah kira-kira 2 tahun setelah kejadian pertamanya. Untungnya lagi biar aku keluarin sperma di dalam, dia tuh enggak pernah hamil. Aku sempat tanya kenapa sih dia enggak pernah hamil meski juga sering main sama aku, ternyata jawabnya kalau dia milih hari-hari tidak subur kalau mau main. Untungnya lagi kejadian pertama itu adalah hari-hari mendekati dia mau menstruasi. Sebab kalau enggak bisa lain lagi ceritanya.
Bulan madu

Pengalaman menarik ini kami alami sewaktu kami berbulan madu di Pulau Bali dan Lombok. Waktu itu sedang low session jadi keadaan tidak seramai kalau sedang hari libur, dimana kami melakukan hubungan sex di tepi pantai yang sepi sambil membuat film dokumentasi adegan kami tersebut, juga sewaktu kami di hotel kegiatan kami sempat diintip oleh seorang pegawai hotel. Saya dan Vonny senang sekali bereksperimen dalam melakukan hubungan sex, dari segala macam gaya, alat-alat bantu sex sampai membuat foto dan film hubungan sex kami. Vonny istriku itu kukenal sejak masih SMA, ia adik kelasku, hingga setelah selesai kuliah ia akhirnya kunikahi. Sejak SMA kami sudah sering melakukan hubungan sex, apalagi sewaktu kuliah, karena kami berada di kota Malang meskipun tidak sekampus tetapi karena tempat kostku yang bebas jadi kami sering melakukan hubungan sex di tempat kost. Sebenarnya kami juga mempunyai cerita yang menarik sewaktu masih kuliah dulu, tetapi saya ingin menceritakan pengalaman yang satu ini dahulu.

Siang hari sekitar pukul 1.00, akhirnya kami berdua sampai di Pulau Bali, dari airport kami di antar taksi untuk mencari hotel di daerah Kuta, sejenak kami melepas lelah, setelah itu kami jalan-jalan di sepanjang jalan di Kuta, Vonny rupanya tertarik untuk membeli beberapa potong bikini untuk dipakai nanti di pantai. Model yang ia beli sangat menggairahkan, kainnya tipis berwarna terang hingga kalau dipakai lalu kena air, dipastikan apa yang dilapisinya akan terlihat dengan jelas, sengaja ia beli itu untuk membuat aku terangsang, lalu ada celana yang hanya ada secungkup kain kecil untuk menutupi rambut kemaluannya, modelnya hanya bertali satu bagian belakangnya hingga belahan pantatnya jelas bebas terlihat, begitu juga penutup dadanya hanya sekedar untuk menutupi putting buah dadanya, selain itu banyak juga yang lain yang ia beli, pokoknya modelnya yang merangsang.

Semalam kami di Bali, keesokan harinya kami menyeberang ke Pulau Lombok yang pastinya lebih alami dibanding Bali. Sesampainya di Lombok kami masih harus menyeberang ke Pulau kecil di sebelah Pulau lombok yaitu di Gili Meno. Tempatnya sangat cocok untuk berbulan madu, kami menempati sebuah cottage yang asri, setelah berkemas kami segera menuju ke pantai untuk berenang, mula-mula Vonny masih mengenakan kaos rangkap untuk menutupi bikininya, sesampai di pantai yang berjarak sangat dekat dengan hotel, kami mencari tempat yang enak untuk berenang, kami melihat sepasang bule yang sedang asyik bercumbu ria di pinggir pantai yang landai dan berpasir putih itu sehingga kami bisa melihat kalau mereka berdua dalam keadaan telanjang bulat.
"Von, kamu berani nggak seperti mereka itu", tanyaku.
"Berani aja, pokok ada kamu aku mau aja", sahut Vonny.

Setelah menemukan tempat yang tepat segera kami berdua berenang di air laut yang jernih itu. Kulihat Vonny mengenakan bikini yang transparan hingga menampakkan bayang rambut kemaluannya di pangkal pahanya, sewaktu ia masuk ke air aku tidak dapat menahan nafsuku yang timbul melihat tubuh Vonny yang memakai bikini transparan itu. Payudaranya yang kencang menantang jelas terlihat di balik bikininya, ujung payudaranya yang berwarna coklat kemerahan membayang jelas terlihat. Segera saja penisku kerediri tegak melihat pemandangan yang indah itu, segera kuabadikan dengan Handycamku tubuh Vonny dari segala sudut dan segala lekuk tubuhnya.
"Von, kamu lepasin aja bikinimu itu, kan sama aja kamu seperti nggak make apa-apa kalau kamu pake bikini itu", sahutku.
"Enggak ah, malu aku", jawab Vonny.
"Malu ama siapa, kan nggak ada orang yang tahu di sini, kan sepi", sahutku.
Ia melihat sekelilingnya nggak ada orang kecuali sepasang bule yang sedang asyik main kuda-kudaan.
"Iya deh aku lepas ya", jawab Vonny.

Tak kusia-siakan sewaktu ia melepas bikininya kurekam terus dengan handycamku hingga ia telanjang bulat di tepi pantai, kulepas sekalian celana renangku hingga penisku yang sudah berdiri tegak tadi meloncat keluar seolah merasa bebas dari kurungannya. Tampak olehku tubuh telanjang Vonny. Rambut kemaluannya tampak kontras sekali dengan kulit tubuhnya yang putih mulus, serta dua gumpalan buah dadanya yang tegak mengacung membuat nafsu ini menjadi berkobar. Ujung payudaranya yang berwarna coklat kemerahan itu tampak mengencang karena basah oleh air laut, ingin sekali kuremas-remas dan kuhisap ujung payudaranya itu. Kuabadikan semua tingkah laku Vonny yang telah telanjang bulat itu, ia bermain di air yang jernih sambil sekali-kali ia menoleh ke kiri dan kanan melihat kalau kalau ada yang melihat tubuhnya yang telanjang bulat itu. Ia berbaring terlentang di pasir pantai dengan posisi kakinya mengangkang hingga tampak belahan lubang vaginanya yang berwarna merah kehitaman itu, kurekam terus adegan ini sambil arah kamera kuarahkan ke bagian vaginanya yang terbuka lebar itu. Tanganku yang satu sambil mengurut penisku yang sudah berdiri tegak sambil sesekali meraba dan meremasi payudara Vonny yang sudah mengencang itu.

Rupanya Vonny juga sudah mulai terangsang ketika kuraba vaginanya dan kumainkan clitorisnya, ia lalu meraih penisku dan mengocoknya perlahan sambil mendesah keenakkan, "Ughh..., Ninoo..., gelii, enakk...", sambil tangannya semakin kencang mengocok penisku, akhirnya kutaruh handycamnya di suatu tempat yang tepat agar segala adegan kami dapat direkam dengan jelas, selintas terpikir olehku andai ada seseorang yang mau membantu untuk mengambil gambar dengan handycamku pasti akan lebih bagus lagi hasilnya. Kulihat ke arah pasangan bule itu, ternyata mereka juga sedang melakukan hubungan sex di pasir pantai, kulihat Vonny juga asyik menyaksikan adegan itu dan tangannya yang satu meremasi payudaranya sedang tangannya yang lain dengan dua jarinya tampak sudah berada di dalam vaginanya yang tampak licin mengkilat karena cairan nafsunya tampaknya sudah membasahi liang vaginanya.

Kuhampiri Vonny yang terlentang di atas pasir pantai itu segera ia meraih penisku dan mengarahkannya ke mulutnya yang mungil dan selanjutnya bagai anak kecil yang sedang makan ice cream, dijilatinya seluruh batang penisku dari ujung kepala sampai ke buah penisku tak lupa dikulumnya sambil sesekali di sedot dengan kuat. "Ufffffff enak sekali Von..., terusin isapnya..., isap yang kenceng", karena sudah bangkit nafsunya, Vonny dengan kuat menyedot ujung kepala penisku sambil sesekali menggunakan ujung lidahnya memainkan lubang kencingku, rasa yang ditimbulkan sangat nikmat sampai ke ubun-ubun. Segera kubuat posisi yang memungkinkan aku bisa menjilati dan menghisap vagina Vonny yang sudah terbuka itu, ketika kujilati clitorisnya ia menggelinjang kenikmatan sambil kepalaku di jepit dengan kedua belah pahanya, ia rupanya ingin agar aku lebih lama menjilati vaginanya. Dengan dua jariku, jari tengah dan telunjuk kumasukkan ke dalam vaginanya dan mengocok dengan lembut hingga ia tampak mengerang-erang keenakkan, penisku di genggamnya erat sambil terus menghisap-isap ujung penisku.

Cukup lama kami saling isap dan jilat hingga aku melihat ke arah pasangan bule itu dan ternyata mereka sedang menyaksikan adegan kami. Kukatakan pada Vonny kalau kita sedang diperhatikan oleh pasangan bule itu.
"Biarin aja, biar mereka terangsang melihat permainan sex kita".
Bukannya malu tapi Vonny malah lebih ganas dan agresif dalam permainan ini. Kini posisiku terlentang di pasir dan Vonny berada di antara ke dua pahaku yang terlentang, ia tampak begitu menikmati penisku yang kini sudah basah terkena air liurnya, tak henti-hentinya ia mengisap dan menggigit kecil ujung penisku sehingga aku kelojotan merasakan geli yang luar biasa, kurasakan desakan yang akan keluar dari penisku, segera aja kutarik kepala Vonny agar ia melepaskan penisku dari mulutnya, dan kini kurebahkan ia lalu kuhisap ujung payudaranya sebelah kanan sambil ujung yang satunya kumainkan dengan jariku, Vonny tampak menikmati permainan ini sambil tangannya sendiri memainkan ujung clitorisnya, kedua belah pahanya di buka lebar dan setengah diangkat agar lebih mudah dirinya memasukkan jarinya sendiri.

"Ninoo..., ayo masukin penismu di vaginaku dong..., aku udah kepengen nihh", pinta Vonny sambil mengarahkan penisku ke arah lubang vaginanya. Sambil dituntun tangannya kumasukkan ujung penisku ke lubang vaginanya. Vonny yang tampaknya memang sudah kepingin dengan mengangkat pantatnya ia sengaja membuat agar seluruh batang penisku masuk ke dalam vaginanya.
"Acchh..., uufffffhh", desah Vonny ketika seluruh penisku masuk ke dalam vaginanya. Kedua pahanya dilingkarkan di badanku agar penisku tetap menancap di vaginanya, kutarik sedikit keluar lalu kumasukkan dalam-dalam, kutarik lagi kumasukkan lagi dengan ritme yang berirama membuat Vonny mengerang-erang keenakkan.

Kini dengan ritme yang lebih cepat kutekan-tekan sekuat tenaga hingga mulut Vonny menganga tanpa bisa mengucapkan sepatah katapun karena nikmat yang dia rasakan membuat ia hanya sanggup mengelinjang-gelinjang keenakan. Kulihat payudaranya bergerak naik turun seirama dengan kocokan penisku di vaginanya. "Niinnoo..., egghh..., aacchh..., aakuu pengen puass dulu ya", pinta Vonny.
Tanpa kujawab ia lalu kini berada di atas tubuhku, penisku yang berdiri tegak itu dituntunnya ke liang vaginanya, lalu dengan jeritan kecil Vonny, "Aauu...".

Seluruh batang penisku kini amblas masuk ke dalam vagina Vonny yang semakin licin itu, kini ia sepenuhnya bebas menguasai penisku, sperti orang naik kuda semakin lama semakin cepat gerakannya sambil tanganku meremas-remas kedua bukit payudaranya yang indah itu, ia ingin kedua payudaranya itu kuremas-remas dengan kuat hanya dengan begitu ia merasakan nikmat yang sebenarnya, kini ia tidak lagi bergaya seperti naik kuda, tetapi tetap seperti posisi semula hanya kini ia menggesek-gesekkan vaginanya maju mundur sambil ia meremasi sendiri payudaranya hingga akhirnya ia tampak mengejang-ngejang beberapa saat sambil menggigit bibirnya dan matanya terpejam merasakan nikmat yang tiada tara itu, akhirnya ia terkulai di atas tubuhku beberapa saat.

Lalu ia kembali mengocok penisku dengan vaginanya, kurasakan kini vaginanya lebih seret dari yang tadi sehingga menambah kenikmatanku, segera kuminta agar ia berjongkok aja, posisi doggie style adalah posisi kegemaranku, segera Vonny berjongkok sambil membuka lebar pahanya hingga kulihat dengan jelas lubang kenikmatan itu terbuka di hadapanku, vaginanya sangat merangsang sekali, rambutnya tidak terlalu lebat hingga seluruh bagian dalam vaginanya dapat terlihat dengan jelas.

Kini kepala penisku kuarahkan ke dalam lubang itu, dengan sekali dorongan, masuklah sebagian penisku ke dalam vagina Vonny. Vonny menjerit kecil ketika sebagian penisku masuk ke vaginanya, kini ia memundurkan pantatnya hingga amblaslah seluruh batang penisku ke dalam vagina Vonny. Dengan kuat kudesak-desak seluruh batang penisku dengan irama yang beraturan hingga Vonny merasa kegelian lagi. Sambil mendesis ia memintaku agar jariku di masukkan ke dalam anusnya, kubasahi jari telunjukku dengan ludah dan sebagian lagi kubasahi pula lubang anusnya dengan air ludahku. Sambil terus menggoyang kumasukkan jari telunjukku ke anusnya hingga seluruh jariku masuk ke dalam anusnya, sambil kutekan ke bawah hingga kurasakan geseran penisku di dalam vagina Vonny, ia tampak menikmati sekali permainan ini, berulangkali ia memintaku agar lebih keras lagi goyangannya sambil ia membuat gerakan maju mundur pantatnya.

"Uufffgghh..., Enak Vonn, vaginamu enak banget, orang lain pasti pengen ngrasain vaginamu ini, soalnya enak banget sih", Kataku.
"Iya dong, lain kali kita coba ya, mungkin orang lain pasti udah keluar duluan sebelum aku puas", sahut Vonny.
"Bener..., kamu pengen coba penis orang lain?", tanyaku.
"Iya..., itu kalau kamu kasih ijin lho, tapi kamu harus ada juga di situ melihat aku main ama orang lain", jawaban itu semakin membuatku terangsang hingga kupercepat kocokan penisku sambil menekan kuat kuat jariku yang ada di dalam anusnya, hingga akhirnya kurasakan ada desakan yang kuat yang akan menyembur keluar dari penisku, rupanya Vonny juga mengerti kalau aku mau keluar, kucabut keluar dan segera oleh Vonny diraihnya penisku dan segera ia menghisap kuat penisku sampai akhirnya aku tak kuat lagi menahan rasa nikmat ini hingga akhirnya, "Cett..., crett.., crett", keluarlah cairan kenikmatanku, dengan lahap Vonny menghisap setiap tetes cairanku itu, lalu dengan lidahnya ia membersihkan ujung penisku hingga seluruh batang penisku mengkilat oleh air liurnya.

Apa yang kami lakukan itu ternyata di saksikan oleh sepasang bule tadi, bule cowoknya mengacungkan ibu jarinya ketika melihat kami kini tergeletak kelelahan di pasir pantai, kubalas dengan acungan jempol pula lalu ia tertawa. Kuingat tadi handycam yang sejak tadi merekam adegan kami itu, lalu segera kuambil dan kusimpan film tadi sebagai kenang-kenangan yang indah. Dengan tetap telanjang bulat kami bermain di air sambil membersihkan diri dari pasir pantai yang menempel di seluruh tubuh kami, kami tetap di pantai itu sampai menunggu matahari terbenam, karena dari pantai itu kami dapat menyaksikan indahnya peristiwa alam itu, terlebih peristiwa yang baru kami alami tadi.
Bulikku Yang Manis


Aku sekarang tinggal di ibu kota, bekerja di suatu perusahaan telekomunikasi asing di kawasan Sudirman. Kisahku ini terjadi ketika aku masih 17 tahun, kelas dua SMA di kota Y. Aku tinggal di suatu kampung di pinggiran kota Y. Di samping rumahku tinggal keluarga kecil dengan dua anak yang masih kecil-kecil. Kebetulan keluarga ini masih famili dengan keluargaku tepatnya masih adik sepupu dengan Ibuku. Paklikku bekerja sebagai kepala sekolah SMP di kota. Setiap hari, beliau sudah pergi bekerja pagi-pagi sekali, dan pulangnya juga sudah sore, karena jauhnya tempat bekerja. Kasihan juga! Bulikku (tanteku) bekerja di Puskesmas yang tidak terlalu jauh dari rumah. Bulikku ini orangnya ramah, supel, dan cukup manis. Sudah lama aku membayangkan dapat tidur dengannya, tapi itu cuma impian semata. Kalau ingat dia pasti aku langsung onani. Tiap pagi Bulik menyapu halaman belakang , aku pun demikian. Suatu pagi kami dapat bersama beberapa saat di halaman belakang ketika kami sama-sama lagi menyapu. Kami ngobrol-ngobrol sebentar. Bulikku ini nakal juga pikirku. Dia pake kaus oblong warna putih, dan nggak pake beha, ahh. Aku ereksi habis waktu itu. Dengan nakal Bulik memperhatikan selangkanganku, begitu juga aku meperhatikan dadanya yang membusung itu. Tampak jelas putting susunya yang berwarna coklat itu. “Koq ngaceng, kenapa sih Mas.” Bulikku kalau manggil aku pake panggilan Mas, karena anaknya juga begitu kalo panggil aku. Dengan malu-malu aku jawab, “ Habis Bulik nggak pake beha, jadinya kelihatan itunya.” Mendadak aku dipanggil ibuku, karena sudah siang dan aku harus berangkat sekolah. Buru-buru aku mandi, dan nggak lupa coli, enaakkk. Oh Bulikku, biarkan aku mengulum susumu yang montok itu, begitu imajinasiku tiap hari. Tapi nggak ada keberanian untuk itu. Pada akhir semester ganjil Paklik pergi bertamasya ke Bandung, mengantar anak didiknya. Bulik tidak ikut karena tidak bisa meninggalkan pekerjaannya. Wah ini kesempatan besar buatku, begitu pikirku, Paklik nggak ada, aku juga libur, ahaa… Aku sudah susun rencana. Aku akan pura-pura main ke rumah Bulik buat baca koran, maklum rumahku nggak langganan koran. Pagi itu Bapak Ibuku pergi ke Rumah kakakku, buat nengok cucunya, wah makin asyik aja nih. Bolak-balik aku baca koran, nggak ada berita yang menarik, habis pikiranku sudah nggak di koran lagi. Bulikku lewat didepanku, membawa sabun dan perlengkapan mandi, mau mandi kayaknya. Aku jadi nggak karu-karuan waktu itu. Pingin rasanya aku ngintip, tapi takut ketahuan. Lalu aku lanjutkan baca koran. Mendadak Bulikku memanggil aku dari kamar mandi. “ Mas, tolong ambilkan handuk di kamar Bulik, ya”. Yessssss, aku langsung berjingkat ke kamar Bulik dan mendapatkan handuk di balik pintu kamar. Kamar Bulik harum sekali dan bersih bukan main, semua perabot tertata rapi, dan spreinya tampak tertata dengan baik. Aku langsung ke kamar mandi membawakan handuk. Bulik membuka pintu kamar mandi sedikit saja, aku jadi penasaran. Handuk aku berikan. Deg degan juga aku. Waktu handuk sudah di tangan Bulik, aku mematung memandangi Bulikku yang terlihat sebagian. Kenapa Mas, tanya Bulikku,. Aku terkaget, napasku agak sesak. Dengan keberanian yang cuman sedikit aku baranikan ngomong. Aku pingin, aku pingin Bulik. Bulik tahu apa yang aku maksud, dia tertegun beberapa saat. Lalu pintu ditutup dan sebentar kemudian Bulik keluar dari kamar mandi dengan handuk membalut tubuhnya. Mlongo saja aku, malu campur napsu. Bulik menuju ke kamar tidur buat ganti baju, karena hari sudah siang dan harus segera berangkat kerja. Aku dipanggil ke kamar Bulik. Aku nurut saja. Bulik sudah berganti dengan pakaian kerja. “Kenapa kamu punya pikiran mau tidur sama Bulikmu ini.” Aku sayang sama Bulik, Bulik cantik, seksi. Dia tersenyum dan ketawa kecil. Sesaat kemudian suasana jadi hening. Bulik membisu. Bulik bilang, “ Aku juga pingin Mas, sudah lama Paklikmu tidak pernah tidur sama Bulik, sudah hampir satu tahun. Aku pegang tangan Bulik, diam saja, aku remas-remas tangannya, tetap diam saja. Tanpa ba bi bu lagi kami sudah berpagutan, saling melepas keinginan yang sudah lama tertahan. Aku ciumi bibir Bulikku dengan nafsu kesetanan. Bulik membalas dengan gelora asmara yang sudah lama tertahan. Kami bergumul di lantai beberapa saat, aku ciumi lehernya, kupingnya, ahhhh Mas, aku pingin. Bulik membuka baju kerjanya, Behanya aku yang lepas. Dua gunung kembar menanti remasanku, langsung saja tanganku meremas susu sebelah kiri, dan aku sedot yang sebelah kanan. Bulik menggeliat nggak karuan. Bulik mendesah agak keras, ahhhhhhh ahh…Aku bilang jangan terlalu keras, nanti didengar tetangga. Aku sudah nggak tahan lagi, maklum pertama kali. Rok Bulik aku lepas dari belakang. Bulik tinggal pake CD warna krem. Aku juga segera telanjang. Aku lepas semua pakaianku, berikut CDku aku lepas, Bulik terkaget melihat penisku yang sudah cukup besar. Punyamu besar juga Mas. Aku nggak peduli lagi dengan omongan Bulik, aku lepas Cdnya dan terlihat dengan jelas rambut hitam legam dan sangat lebat menutupi lubang yang aku impikan. Aku langsung saja serbu. Aku ciumi lagi bibir Bulik, Saling sedot, saling remas. Aku nggak kuat lagi. Aku tidurkan Bulik di tempat tidur. Bulik menolak, soalnya tempat tidurnya dari kayu, yang berderit derit kalau dipake begituan. Lalu kasur aku tarik ke lantai, Bulik langsung berguling di kasur, aku serbu lagi. Ahh…ahhhhhh. Aku nggak mau lama-lama lagi. Aku arahkan penisku ke vagina Bulik, Bulik tersenyum. Aku coba masukkan, tetapi gagal, meleset. Lalu Bulik pegang penisku dan diarahkannya ke lubangnya. Aku masukkan pelan-pelan sambil aku nikmati gesekan penis dengan dinding vaginanya, nikmat sekali. Aku genjot pelan-pelan dan Bulik menikmatinya, merem melek dia.Ahhh ahh…Bulik menoleh ke kiri, ke kanan. Susunya aku hisap dengan lahap, Bulik semakin terbuai dengan hentakan dan hisapanku, aku juga demikian. Setiap aku menusuk, aku rasakan kenikmatan yang tiada tara. Kami bercinta tidak lama, cuman empat menitan, soalnya diujung penisku sudah berdenyut-denyut. Aku bilang sama Bulik, “ Di dalam apa di luar, Bulik?” Di dalam saja, nggak apa-apa. Lalu aku pacu lagi, Bulik menggoyang juga. Beberapa detik sebelum ejakulasi, aku tekan dalam dalam penisku di vaginanya, Bulik tahu harus bagaimana, dia goyang pinggulnya dengan ritmis, aku nggak tahan lagi, sperma ku muncrat di dalam vagina Bulikku ini. Nikmatnya….. Aku tahu Bulik nggak puas, sebentar sih… Setelah itu kami berciuman lagi, aku bilang kalau aku pingin begituan lagi dengan Bulik, dia setuju, tersenyum. Aku remas susunya. Lalu dia berdiri dan make baju kerjanya, aku disuruh merapikan kamar tidur. Lalu Bulik berangkat kerja, Oh…Bulikku yang manis.

2 komentar:

  1. Interesting :) Get the best Strap-On harness now and experience the pleasure only a quality product can bring! Wild Hide harnesses are made from the finest quality materials for fit, comfort and sensual enjoyment.

    BalasHapus