Selasa, 23 Desember 2008

cerita hanya sekedar iseng

Pengalaman pertamaku inilah yang membawaku kadang-kadang ingin menikmati kembali, tapi hingga kini aku belum menemukan pengganti Anieku sayang, Anieku yang hilang.
Pada waktu itu kami menempati kontakan bersama adikku yang sedang kuliah di kota S. Aku sendiri sudah bekerja apa adanya sambil kuliah di perguruan tinggi swasta pada sore harinya. Kami mempunyai tetangga, yang biasa dipanggil Bu Anie, namun atas kesepakatan bersama, aku memanggil Bu Anie dengan sebutan Mbak, karena dia lebih muda, dan dia memanggilku Mas, tapi kalau didepan banyak orang aku tetap memanggilnya Bu!, dan dia memanggilku Om Feby, menirukan panggilan anak-anak. Mbak Anie orangnya masih muda dan cantik, walaupun sudah mempunyai seorang anak. Waktu itu anaknya ikut di rumah neneknya sehingga Mbak Anie hanya tinggal berdua dengan suaminya yang sering dinas di luar kota.
Suatu saat Mbak Anie memintaku mengajari komputer karena alasan dia sedang ikut kursus untuk bekal bekerja (Mbak Anie sedang melamar di Perusahaan Swasta) dan sebentar lagi ada ujian komputer. Aku menyanggupinya tapi hanya pada saat aku tidak ada kegiatan kuliah.
Hari pertama Mbak Anie belajar komputer tidak ada yang perlu diceritakan, namun pada hari-hari berikutnya terjadilah cerita-cerita erotis ini. Saat itu Mbak Anie sedang mencoba belajar Excel, aku duduk di kursi tamu yang jaraknya kira-kira 3 meter dari jarak meja komputer.
Mbak..., kapan ujiannya", tanyaku.
"Besok!, Mas!, sini dong..
"Ada apa Mbak", sahutku.
"Ini lho, cara ngasih blok ini gimana toch?.
"Ochh..., itu toch, gini klick mouse kiri tekan terus dan geser sampai cell yang dikehendaki kemudian lepaskan", begitu kataku sambil memberikan contoh.
Selanjutnya Mbak Anie segera mencoba dan berkali-kali gagal. Aku membimbing dengan memegang tangan Mbak Anie, tangan Mbak Anie memegang mouse sementara tanganku di atas tangannya. Tanpa terasa perutku menempel di bahu Mbak Anie. Aku lihat tidak ada perubahan apapun di wajah Mbak Anie dan akupun pura-pura tidak tahu. Agar lebih leluasa aku ambil kursi dan duduk di sebelahnya. Sambil mengajar, kedua tanganku ikut main, tangan kanan mainkan mouse dan tangan kiri memegang pantat Mbak Anie. Melihat tidak ada reaksi dari Mbak Anie, aku mulai berani lebih jauh, tanganku mulai meraba pinggangnya. Ia diam saja. Sambil meremas-remas pinggangnya, aku mendekatkan hidungku ke tengkuknya.
Sampai akhirnya hidungku menempel di belakang telinga kanannya. Sementara tanganku mulai merayap naik dari pinggangnya. Jari-jemariku menyusupkan ke dalam celah di bawah kemeja pendeknya, memberikan kehangatan pada pinggang dan perutnya yang langsing dan kencang, terus perlahan-lahan merayap ke atas. Mbak Aniek menarik nafas dalam-dalam hingga kedua bukit di dadanya makin membusung dan memenuhi kemeja ketatnya pada saat itu pula, tangan kananku tiba di bukit halus di dada kanannya, mengusap, memijit, dan meremas pelan, membuat nafas Mbak Anie kian memburu, ia memutar wajahnya ke kanan.
"Uhh...n Mass jangan!", desahnya.
"Kenapa Mbak, mumpung sepi, nggak ada yang lihat".
"Jangan ach, saru..., aku pulang dulu yach", kata Mbak Anie sambil membereskan buku excel yang dibawanya.
"Mbak, boleh nggak, kalau aku minta punyanya Mbak Anie?".
"Minta apa...", tanyanya penasaran.
"Aku ingin merasakan punya Mbak Anie, kalau boleh Mbak ke sini hari Rabu, kira-kira jam 10.00 pagi, Kutunggu".
Aku sengaja memilih jam tersebut, karena saat-saat seperti itu di lingkungan kami relatif sepi, karena ditinggal sekolah anak-anak, sementara ibu-ibu sibuk di dapur. Tak ada jawaban dari bibirnya yang aduhai, maka kuulangi lagi.
"Bagaimana Mbak?".
"Ach..., Aku pulang dulu yach", hanya itu jawaban darinya.
Hari Rabu yang kutunggu datang juga, aku minta ijin pada boss seolah-olah ada keperluan keluarga. Hatiku rasanya berdebar-debar menunggu kedatangan Mbak Anie, ada rasa was-was kalau ternyata yang ditunggu-tunggu ternyata tidak datang. Berkali-kali aku lihat keluar, dia belum juga keluar dari rumahnya. Kulihat lagi..., uch dia keluar, hatiku berdebar, jantungku berdetak lebih cepat, semakin dekat jarak kami rasanya detak jantung ini makin cepat pula.
"Masuk Mbak", bisikku mempersilahkan.
"Mass, aaku geemetaar".
"Aaakuuu juga", sambil kutarik tangan Mbak Anie ke kamarku.
"Mass".
Tiba-tiba kata-katanya terhenti dan nafasnya tertahan, saat kupeluk dan kuciumi lehernya yang jenjang itu. Dan selang beberapa detik kamipun tenggelam dalam ciuman yang sangat bernafsu itu beberapa menit. Dan tangankupun mulai menggerayangi seluruh tubuhnya. Sambil berdiri kami berdua masih saling melumat dan tangankupun mulai menggerayangi dari leher, ke bahu dan pada akhirnya bertumpu di dua gunung kembar milik Mbak Anie.
Kini jari-jariku telah menemukan puting kecil di puncak bukit kenyal di dada kanannya dan mulai mengusap-usapnya. Ibu jariku mengusap puting dadanya yang kanan, sementara jari tengah aku melakukan hal yang serupa di dadanya yang kiri. Tangan kiriku membuka kancing dan ritsluiting celana kulotnya, menyusup ke dalam, menemukan rambut-rambut ikal. Mbak Anie memejamkan matanya dan menahan nafas, ekspresinya menunjukkan rasa geli dan birahi. Secara refleks, tangannya membuka kancing-kancing kemejanya, hingga dua bukit yang dari tadi berdesakan dalam ruang sempit itu terbebas. Indah sekali, aku dapat melihat bahwa ibu jari dan jari tengah tangan kananku kini sedang memijit-mijit dua buah puting yang tegang, berwarna coklat muda.]
Kemejanya tersingkap di sebelah kanan, menunjukkan pundak yang sangat halus dan indah, aku langsung mengoleskan lidahku di situ berkali-kali. Tangan kiriku terus menggali ke dalam rambut-rambut ikat itu hingga celana Mbak Anie melorot sedikit demi sedikit dan akhirnya jatuh di bawah kakinya. Jari tengah tangan kiriku pun langsung menyentuh sesuatu yang hangat dan lembab, mengusapnya, menjentik-jentikkannya. Membuat tubuh Mbak Anie yang cukup jangkung itu bergetar, sulit berdiri tegak, kakinya goyah, dadanya naik turun mengikuti nafasnya yang terengah, keringat membasahi keningnya, dan sesuatu mulai membasahi jari tangan kiriku di tengah selangkangannya, berdirinya semakin goyah, tangan tangan dan mulutku makin giat bekerja, tungkai indahnya makin gemetar.
"Ohhh..., Massss.., ohhh..., aku nggak tahan geli", rintihnya sambil terengah.
Aku segera menelentangkan tubuhnya di atas ranjang. Kuulangi menghisap putingnya bergantian. Tangan kananku menggosok-gosok vaginanya. Kuciumi, kujilati dan kuhisap-hisap semua bagian yang menurut instingku bisa membangkitkan gairahnya. Bibir, lidah, telinga, kuping leher, dada, perut, pusar, paha, vagina, betis sampai ke jari dan telapak kakinya. Tubuh Mbak Anie bergelinjangan tak karuan dadanya naik-turun kelojotan. Mulutku naik lagi ke atas menyusuri betis dan paha hingga akhirnya berhenti di vaginanya. Dengan kedua tanganku kusibak pelan bulu vaginanya. Kulihat belahan vaginanya yang memerah berkilat dan bagian dalamnya ada yang berdenyut-denyut. Kuciumi dengan lembut, bau vaginanya membuat sensasi yang aneh. Dengan hidung kugesek-gesek belahan vagina Mbak Anie sambil menikmati aroma bahunya. Erangan dan gelinjangan tubuhnya terlihat seperti pemandangan yang indah menggairahkan.
"Aaahhk..., eeekhh..., enak sekali Mass, Teruuuss", rintih Mbak Anie.
Kujulurkan lidahku, kujilat sedikit vaginanya, ada rasa asin. Lalu dari bawah sampai atas kujulurkan lidahku menjilati belahan vaginanya. Begitu seterusnya naik turun sambil melihat reaksi Mbak Anie.
"Akkhhh..., akkkhh..., akkkhh..., ngghhh", Mbak Anie terus merintih nikmat, tangannya mencari tangan kananku, meremas-remas jariku lalu membawanya ke payudaranya. Aku tahu dia ingin yang meremas payudaranya adalah tanganku. Begitu kulakukan terus, tangan kananku meremas payudaranya, mulutku menjilati dan menghisap-hisap, menyedot vaginanya, sementara tangan kiriku menyentik-nyentik clitorisnya. Diapun bergelinjang-gelinjang kenikmatan.
"Masss aduuh..., enaak sekalii", erang Mbak Anie.
"Nggghh..., nggghh...", Aku hanya bisa mendesah, kakinya yang tadinya belum terbuka lebar, tanpa dia sadari dia telah merenggangkan kedua pahanya sambil kakinya ditekuk. Maka semakin lebar kemaluannya terbuka aku semakin leluasa memainkan vaginanya.
Setelah menyedot bibir vagina milik Mbak Anie, lalu aku mulai menjulurkan lidahku ke dalam vaginanya yang mulai basah itu. Kujilati clitoris milik Mbak Anie yang merah itu, terkadang lidahku kujulurkan masuk ke dalam lubang vaginanya. Diapun mendesah terus menerus, "Aaaccch, oooccchh, aaaccchh, oooccchh". Mendengar desahan Mbak Anie aku semakin beringas menjilatinya hingga vaginanya basah.
"Masss..., nggghh..", Mbak Anie mendesah sambil tangannya menggapai mencari-cari penisku.
Aku bangkit dan kuletakkan penisku di lembah diantara dua bukit yang kenyal itu, lalu kugesek-gesekkan penisku, sementara Mbak Anie menggeliat-liat sambil tangannya ikut mengusap-usap kepala penisku.
"Masss..., nggghh..", desah Mbak Anie.
Tangannya menarik penisku, sementara lidahnya menjilat-jilat bibirnya yang sensual. Kusorongkan penisku ke bibir Mbak Anie, Dia mulai mengelus-elus, menjilati dari kantung yang berisikan dua biji pelir hingga sampai pada kepala penisku. Setelah puas dia menjilati lalu dia memasukan penisku ke mulutnya, menghisap dan mengocok-ngocok dengan mulutnya seirama dengan desahan Mbak Anie.
Lama sekali dia mempermaikan penisku hingga aku secara tidak sadar menggeliat-geliat sambil mendesah, "Ooohh, ooohh, yaaacch, yaaacch".
Aku sudah tidak tahan, penisku yang sedang di kulum-kulum di mulut Mbak Anie, kucabut. Aku mengangkat kedua tungkainya, meletakkannya di bahuku, dan pelahan-lahan dengan hati-hati kupegang penisku dan kugesek-gesekkan di belahan bibir vaginanya beberapa kali, kemudian kutekan ke dalam dan..., "Bleeess", penisku memasuki vaginanya dan segera kusodokkan dalam-dalam dengan kencang.
"Aduuhh...", Mbak Anie menjerit pelan.
"Sakit Mbak..", tanyaku dan Mbak Anie kulihat hanya menggelengkan kepalanya sedikit dan ketika dia menciumi di sekitar telingaku kudengar dia malah berbisik, "enaaak..., Maaas".
Kuciumi wajahnya dan sesekali kuhisap bibirnya sambil kumulai menggerakkan pantatku naik turun pelan-pelan, dan makin lama semakin cepat. Tangan Mbak Anie mencengkeram dan menekan pantatku. Wajahnya tampak memelas, matanya terkatup rapat, bibir tipisnya terbuka, namun giginya terkatup, keringat membasahi sekujur tubuhnya yang kini bergerak terkocok dalam kecepatan tinggi. Aku merasakan jepitan vaginanya sungguh luar biasa. Begitu lembab, lengket, licin, namun ketat mencengkeram mengurut-ngurut kejantananku. Ia pun merasakan nikmat yang luar biasa, vaginanya terjejali dengan benda yang keras dan hangat dengan ukuran yang tepat, menggesek dinding liang vaginanya, tiap gesekan makin membuatnya melayang-layang.
Aku menurunkan kaki kanannya dari bahu kiriku, dan memutar tubuhnya ke kiri, sehingga posisi kami jadi menyilang, penisku kini menyentuh bagian yang lebih dalam dari vaginanya. Mbak Anie kian histeris, menggeliat-geliat, punggungnya terangkat-angkat dari kasur, matanya terpejam makin rapat, dan mulutnya mendesis, mengerang, dan mengaduh tidak menentu. Tangan kanannya kini memegangi tanganku yang sedang mencengkeram pinggulnya. Aku membungkukkan badan dan mulutku menangkap puting kanan Mbak Anie, mengolesinya dengan lidahku, menghisap-hisapnya, namun puting itu tidak dapat menjadi lebih tegang lagi karena sudah begitu tegang. Tubuh kami terus saling berhempasan, penisku terasa menyodok-nyodok ujung liang vaginanya. Sampai tiba-tiba kedua tangannya mencengkeram sprei, wajahnya meringis, dan tubuhnya meregang sampai punggungnya terangkat tinggi dari ranjang, "Uggghh..., Masssh..., ohhhh", rintihnya.
Beberapa detik tubuhnya meregang seperti itu, otot-otot vaginanya terasa kuat sekali menggenggam penisku, lalu tiba-tiba tubuh langsingnya terkulai lunglai, seperti tak berenergi.
"Mbak Anie, bisa tahan sebentar saja?", tanyaku.
Ia mengangguk lemah sambil tetap lunglai seperti orang mau pingsan. Aku segera dengan cepat mengocokkan penisku, kutekankan dalam-dalam, dan kutarik dengan cepat, begitu terus. Hingga ekspresi Mbak Anie menunjukkan rasa ngilu kesakitan, namun ia diam saja, membiarkanku mencapai klimaks. Dan akhirnya, aku merasa sesuatu keluar dari penisku, "crottt..., crottt..., crottt..., ach".
Aku mencabut penisku dari vagina Mbak Anie dan berbaring di sampingnya. Mendekapnya, memeluknya. Ia pun memelukku dengan mesra, seolah kami merupakan suami istri yang saling memiliki.
Sejak kejadian itu kami jarang ketemu apalagi ngobrol, karena Mbak Anie sudah lulus kursus, apalagi setelah Mbak Anie mulai kerja, sementara aku disibukkan dengan urusan kuliah dan pekerjaan, praktis kami tidak sempat ketemu lagi.
Pengalamanku dengan Mbak Anie membuat aku sering tergoda jika melihat ibu-ibu seksi. Aku ingin pengalamanku terulang, tapi tidak bisa. Mbak Anie sudah pindah menempati rumah sendiri bersama suaminya yang kebetulan belum ada jaringan telepon. Aku ingin nekat ke rumahnya, namun tidak berani, malu kalau tidak ada alasan yang jelas.
Suatu saat tanpa diduga aku bertemu dengan suami Mbak Anie, kami ngobrol dan dengan basa-basi kutanyakan apa sudah ada jaringan telepon di rumahnya, ternyata sudah ada dan di rumahnya juga sudah dipasang. Dengan berbekal nomor yang dikasihkan, aku mencoba menghubungi Mbak Anie, berdebar juga rasanya jantung ini.
"Hallooo", terdengar suara yang sudah saya kenal baik itu.
"Ini Mbak Anie, yaa?", tanyaku.
"Och..., Mas Feby toch", sahut Mbak Anie dengan nadanya yang renyah.
Kami ngobrol lama, aku gunakan kesempatan ini untuk membangkitkan kenangan masa lalu. Aku rayu dia, supaya sewaktu-waktu ada kesempatan kami bisa mengulang masa laku kami. Namun sayang Mbak Anie mengaku sudah insaf dan dulu merupakan kekhilafan yang jangan sampai diulang. Akhirnya aku menyerah, tapi sudah kepalang basah, aku menceritakan terus terang dan minta tolong pada Mbak Anie.
"Mbak, kalau toch Mbak Anie nggak mau lagi, baiklah nggak apa-apa, tapi aku minta tolong..., tolong bantu aku Mbak!.
"Apa yang bisa ku bantu Masss!.
"Begini Mbak.., terus terang sejak kejadian itu, aku sering melamun dan sering tergoda jika melihat ibu-ibu yang kelihatan seksi, aku akhirnya hanya bisa menahan dan kalau toch terpaksa kuambil sabun dan main sendiri. Mbak tolonglah aku..., jika Mbak punya kenalan yang kebetulan kesepian dan menginginkan kenikmatan, kenalkan padaku yaach, aku ingin memberikan kenikmatan seperti yang pernah aku berikan kepada Mbak Anie".
"Mas, kok jadi begini..., tapi yach, akan aku usahakan, tapi aku nggak berani menjanjikan lho!.
Sampai sekarang Mbak Anie tidak pernah memberi kabar. Aku juga tahu diri mungkin Mbak Anie tidak setuju apa yang akan aku perbuat, sehingga dia tidak pernah memberi kabar apapun. Akhirnya akupun sampai sekarang tidak pernah menghubungi lagi Mbak Anie. Aku menganggap Mbak Anieku hilang, yah Mbak Anieku sayang, Mbak Anieku yang hilang. Namun aku masih tetap mengharap menemukan Mbak Anie yang lain.
Antara Aku, Lie Chun dan Hera


Namaku sebut saja Handy (nama samaran) atau lebih sering disebut sebagai Andy. Aku adalah anak pertama dari tiga bersaudara, orangtua ku berasal dari daerah timur (Flores) sehingga maklum kalau penampilan ku berkesan hitam namun macho seksi dan gagah perkasa (setidaknya itu kalimat pujian yang sering di ucapkan oleh para wanita yang pernah tidur dengan ku). Tinggi tubuhku sekitar 185an dengan berat sekitar 80 Kg lengkap dengan gumpalan otot yang keras di sekujur lengan, dada dan bagian tubuhku yang lainnya, termasuk alat kelaminku yang berdiameter besar dan sangat keras, kokoh dan berurat. Potongan rambut ku tipis klimis sehingga berkesan seperti Anggota ABRI saja, namun demikian aku memotong rambutku tipis supaya tidak terlalu kentara potongan rambut asliku yang agak keriting.
Pada bagian ini akan aku kisahkan awal mula petualangan sex ku dengan para wanita chinese yang membuatku ketagihan menikmati tubuh putih sexy dan mulus tersebut sehingga aku tidak berniat lagi untuk bercinta dengan wanita lain kecuali dengan kaum tersebut.
Aku adalah alumni salah satu perguruan tinggi negeri terkemuka di kota kembang, dan aktif dalam perkumpulan pencinta alam tatkala tengah menuntut ilmu pada masa perkuliahan dulu. Di ruang senat fakultas ku, aku sering menghabiskan waktu ku dengan kegiatan keorganisasian mahasiswa sekaligus untuk menjalin keakraban dengan para mahasiswi yang memang cantik-cantik itu. Ya bisa dikata sambil menyelam minum greenspot deh ha.... ha..... ha.....
Di antara para mahasiswi itu aku mengenal beberapa yang tergolong cantik dan sexy salah satunya bernama Hera dari FISIP dan satunya lagi bernama Lie Chun anak Fakultas Ekonomi jurusan akuntansi. Keduanya tergolong makluk langka di kampus ku karena selain keturunan tionghoa mereka juga sangat cantik, bertubuh sexy putih dan mulus, terlebih bentuk tubuh mereka yang sangat kencang dan proporsional sehingga tidak salah jika banyak jejaka yang berlomba untuk menaklukan hati mereka. Di banding dengan fisik ku, tubuh mereka berdua tergolong mungil meskipun mereka sendiri memiliki tinggi tubuh sekitar 170an namun karena aku lebih besar dan kekar sehingga saat bersetubuh, tubuh mereka tetap terlihat ringkih terutama saat menahan serbuan birahi ku yang mereka katakan seperti banteng yang sedang mengamuk (namun mereka ucapkan dengan di iringi pancaran wajah dan mata yang penuh kepuasan birahi). Nah kalian tentu bertanya bagaimana aku dapat bersetubuh dengan primadona kampus tersebut padahal aku berbeda jauh dengan mereka baik secara fisik maupun status sosial. Inilah kisahnya.
Pada suatu pagi cerah di bulan Juli sehari sesudah ujian semesteran, kelompok pencinta alam di kampus kami mengadakan acara pendakian dan kemping bersama untuk semua mahasiswa dan mahasiswi baik yang ikut dalam kegiatan pencinta alam maupun bukan. Hera sebagai salah satu aktivis organisasi pencinta alam di kampus ku getol mengajak teman-teman kostnya yang kebetulan satu kampus agar ikut dalam kegiatan tersebut, Lie Chun sebagai salah satu mahasiswi perantauan asal Jakarta (seperti Hera) nampaknya tertarik mengikuti acara tersebut. Hal ini agak mengherankan karena berbeda dengan Hera, Lie Chun kurang akrab dengan berbagai kegiatan kemahasiswaan, banyak yang mengatakan bahwa ia tergolong anak mami yang sehabis kuliah langsung pulang. Namun demikian aku selaku panitia koordinator acara tidak mempersoalkan masalah tersebut, bahkan kuanggap hal itu membantu mensukseskan acara tersebut karena otomatis peserta terutama kaum pria menjadi lebih banyak yang mendaftar untuk ikut. Dan tepat seperti dugaanku, pagi itu peserta yang datang membludak bahkan nyaris melampaui dari jumlah yang telah kami perkirakan (karena ada beberapa yang terlambat mendaftar sehingga kami salah menghitung kapasitas angkutan yang telah di siapkan). Namun demikian berkat kesigapan panitia bagian transportasi, segala urusan dapat di selesaikan dengan baik.
Akhirnya setelah menunggu kurang lebih selama satu jam rombongan pun dapat segera berangkat menggunakan beberapa truk carteran milik salah satu kesatuan militer yang berada di daerah Bandung. Selama perjalanan tak henti-hentinya candaan dan senda gurau riuh rendah memenuhi truk-truk tersebut apalagi dalam perjalanan tersebut rombongan antara mahasiswi dan mahasiswa bercampur baur dengan alasan agar ada yang dapat menjaga keselamatan para mahasiswi tersebut dan juga agar perjalanan tidak terasa jenuh.
Sesampainya di kaki gunung, rombongan mendapat petunjuk singkat dari diriku selaku panitia dan sesudahnya kami pun segera berangkat menuju salah satu bumi perkemahan yang terletak tak jauh dari lokasi tempat kendaraan kami berhenti. Sesudah selesai mendirikan tenda, kami pun beristirahat dan berbenah serta bersenda gurau guna menghilangkan kepenatan selama dalam perjalanan. Kesempatan itu ku pergunakan guna berbincang-bincang dengan para panitia lainnya termasuk Hera guna mengkoordinir langkah selanjutnya yang akan ditempuh. Setelah segala urusan kepanitiaan tersebut usai, kami para panitia pun membubarkan diri dan turut beristirahat. Aku sengaja beristirahat agak jauh dari yang lainnya karena selain tidak ingin terganggu, juga karena agak lelah akibat perjalanan dan persiapan acara tersebut.
Sedang asyik-asyiknya aku duduk santai di depan tenda besar milikku, tiba-tiba Hera datang menghampiri diriku. Dan menyodorkan makanan kecil ke hadapan ku, "And, ini gue ada cemilan kamu mau nggak?". Aku yang udach agak sedikit lapar langsung saja memasukkan tangan ku dan meraup agak banyak potatoes chips tersebut. Hera pun lantas ikut duduk di sisiku di atas tikar yang ku gelar di depan tenda. Sambil asyik makan, sesekali Hera menoleh mengamati diriku, meskipun aku agak cuek terhadap dirinya, namun lantaran terus di amati demikian aku pun merasa risih, lantas aku pun bertanya "Ada apa sich Ra? Koq kamu ngeliatinnya seolah-olah aku ini makhluk planet gitu? Dari tadi kamu terus ngamatin aku, emang gue manimal yach yang lagi ganti-ganti wujud?" Ujarku sambil tersenyum. Hera pun turut tersenyum, lantas berkata "Ah .... Enggak koq And. Nggak ada apa-apa koq, gue cuman takjub aja kalau kamu bisa cool gitu, biasanya cowo tuh kalau ada banyak cewe ngumpul suka gimana gitu, rada-rada over acting lah, ini kamu malah asyik sendiri di kejauhan". "Ohhh... itu sich emang aku yang kurang suka begitu koq, lagian aku juga rada capek" ujarku. Lalu kami terdiam agak lama. Lantas tiba-tiba Hera memecah kesunyian sambil berkata, "And, kamu .... Sebenarnya udach punya cewe belum sich? Koq anak-anak banyak yang naksir kamu, tapi kamunya cuek bebek githu?" ujarnya sambil menatap dalam wajah ku. Aku menoleh padanya lantas berkata, "Ahh... enggak ah ... emang aku lagi malas koq mikirin urusan gituan, lagian mana ada waktu lagi buat urusan kampus kalau udach punya cewe, berapa banyak sich cewe yang bisa ngerti kesibukan ku Ra? Paling-paling pertamanya aja bilang ngerti, nanti kalau dach lamaan dikit juga nuntut ini-itu dan mulai larang-larang." sahutku asal-asalan. Mendadak obrolan kami terpecahkan oleh kehadiran Lie Chun dari belakang tenda ku yang terletak agak naik sedikit ke arah bukit, rupanya anak itu habis jalan-jalan ke atas sebentar. "Nah yach berduaan aja, rupanya berduaan emang udach janjian nich." Ujarnya sambil tersenyum-senyum lucu.
Aku lantas tersenyum dan berkata, "Lie Chun, ayo duduk yok, nggak usah malu-malu koq, aku kan sama Hera dach temenan lama, lagian kita emang lagi ngobrol aja koq". Lie Chun pun ikut duduk sementara Hera diam saja. Lantas Hera berkata, "And, aku balik dulu yach, mau tidur dulu ngantuk nich". Aku menjawab, "Lho koq buru-buru Ra, tidur aja di dalam tendaku, lagian nanti juga kita mesti kumpul lagi khan buat bikin permainan dan makan malam? Toh kamu udah mandi sore khan?". Hera diam saja lantas sesaat kemudian bangkit dan masuk ke dalam tenda ku. Akhirnya setelah agak lama ngobrol sama Lie Chun, akupun bangkit berdiri dan membangunkan Hera karena hari sudah mulai gelap dan acara sebentar lagi akan di mulai.
Usai acara dan makan malam, aku lantas kembali ke arah tenda ku dan hendak santai tidur-tiduran pada acara santai yang tengah berlangsung usai makan malam. Ketika tengah berbaring mendadak tenda ku di buka dan wajah Hera menyembul dari balik pintu masuk tendaku. "Ndy sorry, aku numpang nongkrong yach di tempat kamu, soalnya tenda panitianya agak rame sama anak-anak yang lain", sahut Hera. Aku agak bingung karena biasanya Hera sangat ceria dan antusias dengan acara kumpul-kumpul berbeda dengan diriku yang walaupun aktif dalam berbagai kegiatan organisasi namun untuk acara kumpul-kumpul dan bersantainya aku lebih suka memilih duduk sendiri sambil menikmati ketenangan ataupun keindahan alam.
Aku bertanya, "Tumben Ra, koq kamu nggak ikut ngumpul ikut acara biasanya kamu hobby ngumpul?". "Nggak Ndy, aku lagi agak malas, nggak mood, lagian juga udah keramaian sich", ujarnya asal-asalan. "Hayooo..... rame apa rame nich .... kepengen dekat-dekat dengan Bang Andy yach?" sahutku sambil menggodanya. Mendengar itu Hera mencibir dan berkata "Huuu .... geer tuh" namun kalimat itu di ucapkannya sambil sedikit menahan senyum. Terus terang sebenarnya aku agak curiga apakah Hera memang memendam hati kepadaku atau tidak, karena untuk tiap kegiatan organisasi yang aku ikuti dia pasti ada namun untuk kegiatan yang tidak ada keberadaan diriku walaupun dirinya diminta menjadi pengurus pun tetap ogah, lagipula dalam tiap acara ia selalu memilih berada dekat dengan diriku. Namun aku tidak mau di cap sebagai cowo geeran meskipun ku akui bahwa akupun sangat tertarik dengan dirinya, namun aku tidak mau jika ternyata salah sangka sebab berbekal pengalaman terdahulu aku pernah salah sangka dengan seorang wanita yang dekat kepadaku yang ternyata hanya menganggapku sebagai kakaknya belaka.
Agak lama kami berdua sama-sama terdiam sambil memandang api unggun, lantas mendadak Hera bertanya "Ndy, menurut kamu, kalau ada cewe yang naksir sama kamu, kamunya gimana?". Terus terang aku sama sekali tidak menyangka bakal mendapat pertanyaan semacam itu karena walaupun sebelumnya Hera pernah bertanya hal-hal yang menyerempet ke arah sana terutama dengan pertanyaannya sore tadi, namun untuk hal yang ini agak mengejutkan diriku karena aku sama sekali tidak siap dengan jawabannya. Namun secara diplomatis aku menjawab, "Ya kalau dianya baik, dan orangnya kebetulan termasuk tipe ku, kenapa tidak di coba jalanin bersama-sama?". Hal itu aku ucapkan sambil menatap lembut ke arahnya (buat para cowo hati-hati jangan terpengaruh dengan cerita bahwa banyak cewe yang menyukai tatapan elang, itu bullshit, yang ada doi malah bisa ketakutan dan nganggap elo lagi ngamuk). Agaknya Hera sedikit takjub dengan jawabanku dan dia menatap heran ke arahku, lantas ia kembali bertanya, "And, memangnya tipe kamu tuh seperti apa sih?" (Nah loh kepancing deh, biasanya kalau udah dapat sinyal begini cewe tuh suka kehilangan kontrol dan lupa kalau dia mesti pura-pura nggak punya perasaan apa-apa). Aku terdiam sejenak ..... lantas menarik nafas agak panjang dan menghembuskannya perlahan-lahan ...... "Ngghhh ..... gimana ya Ra, tipe ku tuh ya yang penting pengertian lah sama diriku termasuk kesibukan ku ini, mungkin kalau di tanya gimana nyari cewe yang seperti itu ya aku palingan bisanya jawab ya sebisa mungkin dapatnya dari anak yang juga aktif di dalam organisasi biar setidaknya dia bisa lebih maklum barangkali anak yang aktif dalam organisasi semacam kamu yang lebih mendekati kriteria ku" ujarku sedikit rada lega karena akupun harus bisa berpura-pura tidak terpengaruh dengan jawabannya (aku terus terang agak sedikit kesal kenapa manusia untuk bilang suka aja mesti pakai acara berbelit-belit seperti ini termasuk diriku, kenapa justru yang tipe tembak langsung malah seringan di tolak .... Soalnya pernah ngalamin sih he... he.... he......) Kayaknya lebih bahagia binatang deh kalau suka langsung kawin, kalau nggak ya nggak jadi and mereka juga lebih gentle dengan penolakan tidak ada acara perkosaan seperti manusia. Kayaknya pemerkosaan itu lebih biadad dari pada binatang deh .... Loh koq malah jadi ngelantur.
Anyway sesudah mendapat jawaban seperti Hera tampaknya agak sedikit lega dan matanya terlihat bersinar-sinar ..... lama kami saling terdiam lantas aku berkata, "Memangnya kenapa kamu nanya seperti itu Ra? Emang ada yang mau?" Terus terang ini jenis stupid question karena yang ada cewe kalau di giniin bisa malah batal jadiannya. Di tanya begitu Hera cuman menjawab "Ya enggak sih, cuman mau nanya aja". "Kalau aku sih Ra terus terang carinya yang seperti kamu, ya baik, supel, aktif dalam organisasi dan pengertian" ujarku buru-buru untuk menutup kekeliruanku. Hera tampaknya agak sedikit kaget dan menoleh ke arahku dan menatap agak tajam ke mataku tampaknya seperti ingin menyelidiki kebenaran jawabanku. Lantas aku sadar bahwa dalam acara begini sebagai cowo aku mesti ambil inisiatif duluan kupikir daripada keburu lepas mendingan buruan di jadiin apalagi momentnya udah tepat cuman berduaan di depan api unggun di perkemahan yang jauh dari keramaian dan udaranya agak dingin lagi. Akupun berkata "Ngghhhh..... Sebenarnya aku udah lama suka sama kamu Ra, tapi terus terang aku nggak tau isi hati kamu, terus terang aku mencintai kamu" wah kacau deh gara-gara keburu nafsu jadi salah strategi deh semua di umbar gitu aja. Eh tapinya Hera cuman diam aja dan menatap ke wajah ku agak lama, lantas buru-buru aku menambahkan "Terus terang aku kepingin kita lebih dari sekedar teman, tapi kalau kamu keberatan, aku bersedia tetap menjadi teman kamu dan melupakan apa yang barusan aku ucapkan" .... Belum selesai aku berbicara Hera menempelkan telunjuknya yang lentik itu ke bibirku dan berkata, "Ssstttt, nggak usah kamu ucapkan Ndy ..... Hera juga sayang sama kamu ...." Lantas tanpa ku duga sama sekali ia mencium lembut pipiku terlebih dahulu ..... amboiii makkkkk gile deh kapan lagi ada bidadari secantik Hera mau cium orang se gahar gue he..... he.... he......
Malam itu mungkin menjadi malam terindah bagiku dan mungkin juga bagi Hera, di bawah terangnya sinar bulan purnama lama kami saling memandang dan bertatapan tanpa ada kata-kata yang keluar sama sekali, pokoknya kalau ada yang bilang bahasa cinta mungkin itulah bahasa yang sedang kami lakukan, bahasa tanpa kata-kata he.. he... he... tapi tentu saja no sex man, mana ada lagi orang baru jadian terus langsung ngesex kecuali memang si cewe teman selingkuh atau ngesexnya (terlepas apakah ia seorang pelacur atau wanita non pelacur). Malam itu Hera menumpang tidur di tendaku untungnya aku punya persediaan sleeping bag cadangan kalau tidak bisa mati beku doi he... he.... he...... terlihat manis dirinya tertidur dengan nyaman dalam sleeping bag ku yang besar dan juga mengenakan jaket gunungku yang besar itu. Pagi harinya kami bangun dan kudapati Hera sudah bangun terlebih dahulu, ia pamit ke tendanya sebentar untuk mengambil barang-barang keperluan mandi untuk mandi di pancuran air terjun yang berada tidak jauh dari tendaku. Sebenarnya sih bukan air terjun hanya pancuran air biasa namun air yang turun terlihat seperti air terjun karena ketinggian mata airnya cukup jauh dan di bawahnya terdapat seperti telaga kecil dengan ke dalaman sekitar 1,5 m tidak dalam sih namun buat orang yang pendek (sorry) lumayan terasa seram juga. Kebanyakan anak-anak wanita mandi di kali kecil yang mengalir di bawah perkemahan kami, hanya sedikit yang mengetahui pancuran air ini selain aku dan Hera serta beberapa anak pencinta alam. Tapi kebanyakan tidak mau mandi di sana karena letaknya agak tinggi dan mungkin agak berkesan seram padahal menurut ku sangat indah dan eksotis terutama karena penduduk pun tidak ada yang pergi ke sana sebab letaknya cukup tinggi dan di atasnya masih hutan belukar. Aku sendiri sih sebenarnya kepingin mandi bareng juga tapi nggak mungkin lah yauw he... he.... he.... lagian bisa-bisa baru jadian nantinya malah jadi putus karena dianggap kurang ajar, jadi yach aku mandi di aliran sungai kecil yang letaknya sedikit di bawah telaga tempat Hera mandi tidak jauh dari tenda ku. Untung letak sungainya agak tertutup rerimbunan pohon dan kedalamnya sekitar 1 meter kalau tidak kan tengsin juga kelihatan si Junior yang berukuran super jumbo lagi ngaceng kedinginan he... he... he.... jadi lah aku mandi sendirian di situ. Ketika sedang asyik-asyiknya mandi tiba-tiba aku mendengar pekikan kecil dari arah atas, ku dengar seperti suara Hera, tanpa pikir panjang aku langsung lompat keluar dari air dan berlari memanjat ke atas kulihat Hera sedang mengigit jari-jari kukunya dan memandang ke arah air terjun, langsung aku loncat ke dalam telaga dan berjalan menghampirinya, aku bertanya, "Ada apa Ra?" "Itu ........ kodok" ujarnya dengan nada tertahan, aku hampir saja tertawa kalau tidak melihat ekspresi mukanya yang pucat, untung saja aku bisa menahan diri. Tapi beberapa saat kemudian Hera sepertinya sadar bahwa kami berdua sedang dalam keadaan bugil berduaan di dalam telaga dan ia berbalik memandang ku dan berkata, "Kamu ngapain And?" "Loh kan kamu tadi teriak Ra ... aku kirain kamu kenapa-kenapa jadi ya aku langsung ke sini nggak sempat pakai pakaian lagi" ujarku agak panik juga takut doi nantinya malah teriak nanti bisa-bisa di sangka aku mau coba perkosa anak orang lagi he... he.... he...... Akhirnya kami sama-sama terdiam. Hera memandangku agak lama sambil menatap tajam sepertinya ingin menyelidiki kebenaran alasanku tapi lama-kelamaan tatapan matanya berubah menjadi lembut dan kami kembali bertatapan mesra seperti malam barusan, lalu entah siapa yang terlebih dahulu memulai kami tahu-tahu sudah saling berdekatan dan detik berikutnya tahu-tahu bibirku dan bibir Hera saling bersentuhan lembut, lidah saling bertautan, mulut saling melumat dan selanjutnya bisa ditebak deh kelanjutannya. Yang jelas acara mandi itu berubah menjadi acara percintaan kami dan tanpa banyak cincong dari apa yang kami lakukan tampaknya baik aku maupun Hera sudah sama-sama mafhum bahwa kami sudah sama-sama tidak suci lagi jadi yach lancar-lancar aja tuh malah kami sampai melakukannya sebanyak tiga kali hingga tak terasa mentari telah berada di puncaknya dan perut kami berdua terasa lapar dan tubuh pun terasa sangat lelah. Akhirnya aku dan Hera sama-sama keluar dari telaga "asmara" itu dan kami sama-sama mengepak pakaian kami yang tergeletak di pinggiran tentu saja aku sambil hanya berbalut handuk Hera harus jalan ke bawah sedikit untuk mengambil pakaianku yang tertinggal. Untungnya tidak ada satupun yang naik-naik hingga ke atas sini dan bagusnya juga tidak semua orang tahu tentang lokasi strategis ini. Kami sesudahnya saling merapikan diri di tendaku (nggak pakai acara ngesex lagi loh, kan udah capai main tiga ronde di telaga he... he... he.....) lalu kami berdua jalan turun ke bawah untuk mengikuti acara selanjutnya dan tentu saja hal yang paling di tunggu oleh orang yang habis bercinta adalah makan he.. he.. he.. buat yang udah sering gituan pasti pada tau deh abis bercinta pasti pada laper banget khan? Begitupula kami berdua, aku dan Hera makannya bisa di bilang paling lahap deh sampai-sampai ada yang ngeledekin "kalian berdua emang habis ngapain koq makannya kayak tukang becak gitu" tapi terus terang baik aku dan Hera tidak perduli dan lagipula tidak ada yang curiga karena sesuai komitment malam sebelumnya bahwa aku dan Hera sepakat untuk merahasiakan jadiannya kami berdua selama perkemahan dan baru akan mengumumkannya sekembalinya kuliah nanti. Jadi saat menuruni bukit dari lokasi tendaku pun kami tidak saling bergandengan tangan meskipun baru saja mengalami saat-saat paling intim.
Sepulang dari acara kemping tersebut kurang lebih seminggu kemudian kami kembali disibukkan oleh kegiatan rutin di kampus dari mulai perkuliahan yang menjemukan hingga kegiatan senat, namun yang menggembirakan hatiku adalah kenyataan bahwa aku berhasil mendapatkan Hera, bidadari kampus ku yang terkenal dengan pesona orientalnya yang khas. Terus terang sesudah kami resmi sebagai sepasang kekasih hari- hari ku terasa sangat berbeda, terutama kegairahan ku untuk berangkat ke kampus dan mengikuti acara perkuliahan jauh lebih termotivasi utamanya karena dorongan untuk segera bertemu dengan Hera dan berduaan dengannya. Terus terang kesannya mungkin jadi agak norak karena jadi kayak ABG yang baru pacaran saja, tapi memang begitulah yang kualami dan kurasakan sendiri. Namun rupanya kemesraan kami berdua bukan saja menimbulkan kesirikan di sebagian besar cowo-cowo di kampus kami namun juga para wanitanya. Bahkan Lie Chun pun terang-terangan secara demonstratif menunjukkan sikap cemburunya terhadap Hera dengan tidak mau lagi pergi bersama dengannya. Untungnya Hera adalah tipe wanita yang tidak terlalu ambil perduli dengan itu semua jadi sikapnya biasa saja menghadapi perubahan sifat Lie Chun. Hal ini semakin menambah rasa geer dalam hatiku. Namun aku sedikit khawatir, takut-takut Lie Chun malah menjadi membenci diriku dan akan berdampak buruk bagi semangat belajarnya. Maklumlah namanya juga cewe perantauan, kalau sampai kenapa-kenapa bisa-bisa aku dituduh membuat prestasinya jeblok. Untuk itu aku segera mengambil inisiatif untuk menyapa Lie Chun terlebih dahulu. Kupikir tidak ada salahnya bersikap ramah. Bukankah wanita umumnya lebih bisa menerima penolakan yang bersifat halus (oh iya salah seorang sahabat baik ku / wanita chinese tentunya, pernah berkata bahwa wanita memang tidak bisa menerima penolakan cinta apalagi yang blak-blakan). Jadi kalau ada di antara kalian yang kebetulan ditaksir cewe and kebetulan nggak mood ya harap hati-hati aja nolaknya jangan sampai si cewe sakit hati, karena kabarnya yang suka nyantet karena sakit hati lebih banyak cewe daripada cowo (ini data statistik tidak resmi loh he... he... he...). Untuk itu seusai jam kuliah MKDU Kewiraan, aku sengaja menunggu Lie Chun bergegas pulang melewati deretan bangkuku. Hal ini tentu saja karena aku kebetulan memang satu kelas dengan Lie Chun untuk mata kuliah MKDU. Ketika ia melewati diriku aku yang memang sengaja belum beranjak berdiri segera memasang tampang seramah mungkin dan menyapanya. Namun Lie Chun bersikap seolah tidak melihat kehadiranku dan bergegas berlalu dengan sikap secuek mungkin. Terus terang aku agak kesal juga. Kupikir ini anak belagu amat sih, apa lantaran anak orang kaya jadi sifatnya manja dan sombong begini? Tapi tentu saja aku tidak menyerah begitu saja. Bukan karena ada maksud tapi memang semata ingin berusaha mencairkan suasana perang dingin yang mengkristal di antara kami bertiga. Lagipula apa enaknya bermusuhan. Bukankah siapa tahu suatu saat bisa saja aku membutuhkan bantuannya? Untuk itulah aku segera bergegas bangkit berdiri dan berjalan agak cepat untuk memburu Lie Chun agar jangan sampai ia keluar dari gerbang kampus. Lagipula kebetulan hari itu Hera tidak masuk kampus karena memang sedang tidak ada kuliah. Jadi kupikir aku tidak perlu terlalu khawatir akan ada kecurigaan macam-macam darinya. Tahu merasa dirinya di buntuti Lie Chun malah semakin mempercepat langkahnya dan setengah berlari langsung naik ke angkot yang kebetulan melintas di depan gerbang kampus kami. Terus terang aku agak gondok, tapi biarlah buat apa siapa tahu ia memang butuh waktu untuk cooling down. Jadi aku membiarkan angkot itu berangkat disertai debu yang terbawa oleh angin. Aku kembali masuk ke dalam kampus. Kebetulan memang sedang ada rapat senat yang akan di gelar sejam lagi. Jadi aku mengambil kesempatan jeda waktu satu jam itu untuk beristirahat sambil makan di kantin. Seusai rapat senat kurang lebih menjelang jam lima sore, aku bergegas ikut naik motor Bram sahabatku (nanti akan ada kisah mengenai dirinya). Kebetulan pacar Bram sudah pulang duluan karena ada acara bersama teman-temannya jadi aku bisa ikutan nebeng. Sembari duduk di atas motor Bram yang melaju perlahan, ia sedikit menginterogasiku dengan berbagai pertanyaan yang intinya mempertanyakan sifat Lie Chun yang terlihat aneh saat berhadapan denganku di kelas saat kuliah pagi tadi. Terus terang aku mengatakan tidak tahu karena memang aku tidak merasa punya masalah dengannya. Untungnya Bram bukan tipe biang gosip jadi pembicaraan pun beralih ke topik lainnya antara lain ke masalah hubungan antara aku dengan Hera dan seputar dunia senat. Sesampai di rumah aku segera masuk ke kamar mandi dan membasuh muka yang terasa sangat kotor dan lengket terutama karena tadi bersama dengan Bram aku kebagian helm yang tidak ada kaca penutupnya (helm chips) seperti yang dipakai polantas. Jadi maklum aja kalau keringat bercampur debu di jalan harus segera dibasuh bersih kalau tidak bisa tambah hancur aja penampilanku terkena jerawat akibat debu dan kotoran yang menyumbat pori-pori muka. Selagi asyik membasuh wajah mendadak telfon dari ruang tengah berdering. Sambil agak sedikit mengomel aku berjalan menghampiri masih dengan waslap (lap pembersih utk mandi) di tangan aku mengangkat gagang telfon. "Ya hallo, selamat sore," ujarku. "Sore, maaf bisa bicara dengan Handy, Mas?" ujar suara lembut dan empuk yang tidak asing lagi di telingaku. "Ya saya sendiri," ujarku dengan nada riang karena mengetahui Hera menelefonku. "Ohhh ... ini kamu ya And? Tumben koq suaranya agak lain?" "Iya nih Ra ... abis sambil bersihin muka sih," ujarku. "Ohhh sorry baru pulang ya. Gini And, tadi siang si Lie Chun nelfon. Dia bilang kamu ngikutin dia pulang ya, katanya dia takut sekali. Sepertinya kamu hendak berbuat sesuatu kepadanya. Katanya dia sampai berlari melompat ke dalam angkot yang sedang melaju?". Nah loh apa-apaan lagi nih ... Skenario macam apa yang tengah di garap oleh Lie Chun pikirku. Wah jangan-jangan dia bermaksud membuat hubunganku dengan Hera bubar pikirku. "Hah? Memangnya dia ngomong begitu ya Ra?" ujarku dengan agak jengkel, namun tak urung aku agak khawatir juga takut-takut Hera sampai percaya dengan omongan Lie Chun. Maklumlah hubunganku dengan Hera belum lama masih terhitung baru sedangkan Hera dan Lie Chun telah kenal lumayan lama semenjak di bangku SMP sih kalau tidak salah. "Iya sih, maka dari itu aku nelfon ke kamu, soalnya aku tidak percaya. Lagipula buat apa kamu ngejar-ngejar dia iya nggak? Lagian dia khan tidak ikut aktif di senat jadi ada keperluan apa kamu ngejar dia. Begitu pikiranku Ndy. Jadi aku konfirm ke kamu takutnya kamu tidak tahu omongan apa yang terjadi di belakang," ujar Hera. "Syukurlah Tuhan, Hera tidak terpengaruh," ucapku dalam hati. Puji syukur juga punya pacar yang baik dan pengertian seperti Hera ini yach; mana cantik and sexy lagi. Wah kupikir tak akan kulepas deh, semoga jadi istri nantinya harapku dalam hati. "Ra, aku juga terus terang tidak mengerti kenapa dia ngomong begitu sama kamu. Terus terang tadi di kelas aku cuman menyapanya dan kulihat ia malah menghindar dan bergegas pergi. Kupikir ada masalah apa. Tapi waktu kudekati ia malah semakin cepat melangkah dan malah sampai separuh berlari. Terus terang aku nggak enak ia bersikap demikian. Kamu kan sendiri tahu sikap dia belakangan terhadap kita bagaimana. Jadi aku menegur dia ya untuk mengetahui duduk permasalahannya," ujarku berusaha meyakinkan Hera. "Iya sih. Maka dari itu aku nelfon kamu salah satunya juga untuk minta tolong agar kamu berusaha meluruskan masalah ini. Soalnya aku jadi nggak enak masa hanya karena kita jadian sampai harus kehilangan teman lama. Tolong deh kamu ke kostnya kalau sempat. Oke deh aku mau mandi dulu ya, bye Andy", ujar Hera mengakhiri topik pembicaraan, lalu setelah saling mengecup mesra lewat telfon kami pun segera mengakhiri pembicaraan. Akhirnya sore itu setelah beristirahat sejenak dan seusai mandi sore akupun berangkat ke tempat kost Lie Chun selepas magrib.
Setibanya aku di tempat Lie Chun hari telah mulai gelap (benarnya sih dah gelap banget), tapi berhubung sudah di niatin ya tetap saja aku nekat bertandang. Aku turun dari MB Brabus S73 (CL600 Body) milik pamanku (karena aku kost di rumahnya). Padahal amit-amit seumur hidup aku belum pernah naik mobil setan itu (karena larinya seperti setan dan harganya mungkin cuman utk orang yg sekaya setan). Lagipula aku terbiasa berangkat kuliah naik angkot jadi rada kagok juga. Tapi berhubung udah malam dan mulai jarang ada angkot yg lewat serta kebetulan mobil yg ada cuman itu jadi kupinjam saja dengan alasan isi bensin. Perlahan kubuka pagar pekarangan tempat kostnya yg terletak di kawasan elit kota Bandung. "Hmm nampaknya tidak di kunci nih" pikirku, lalu perlahan aku berjalan masuk. Sebenarnya sih rada ragu-ragu juga apalagi di pintu pagar depan di tempel tulisan "Awas Anjing Galak" lengkap dengan gambar herder yg lidahnya menjulur seperti kena rabies. Tapi kupikir masuk sajalah tokh pengalamanku bertandang ke rumah Hera yang pagar depannya ada gambar serupa juga ternyata cuman bohong- bohongan belaka. Akan tetapi kalau Hera sih memang si Blecky udah mati di culik sama orang Lapo Tuak dekat rumahnya... kemana lagi kalau nggak udah jadi ampasnya orang Batak, he... he... he... (sorry buat yg Batak aku masih ada keturunan Batak juga koq). "Hmm... terus terang perkarangan rumahnya terlihat sepi, waduhhh kacau juga nih... nggak ada orang entar dikirain rampok lagi," runtuk diriku. Tapi karena ada cahaya yg lumayan benderang dari dalam rumah berarsitektur Belanda tersebut jadi ya aku terus saja berjalan masuk. Pintu masuk yang terbuat dari kayu kuno yang sangat besar tersebut tampak kokoh dan terkunci rapat. Perlahan kuketok-kan ... "waduh keras juga nih, dari kayu jati rupanya", pikirku. Lama tak ada tanggapan. Lalu perlahan ku dengar langkah kaki setengah agak di seret seperti orang malas berjalan ke arah pintu... lalu dengan suara agak berderit pintu di tarik terbuka... dan alangkah terkejutnya orang tersebut karena melihat yang datang adalah aku. Akupun tidak kalah terkejut karena yang membuka ternyata adalah Lie Chun sendiri. Sejenak kami saling terlongo dan terdiam tidak tahu harus berkata apa. Mungkin lebih kayak dua orang yang sama-sama naksir dan nggak nyangka ketemuan. Tapi terus terang ini keadaannya beda karena aku dan Lie Chun bukan sepasang kekasih ataupun orang yg diam- diam sedang kasmaran tapi malu-malu meskipun di salah satu pihak ada rasa cinta. Lantas aku berinisiatif terlebih dahulu membuka suara. Kupikir tokh mendingan ngomong duluan daripada dianya keburu banting pintu. Apalagi dalam pikiranku Lie Chun belum cukup dewasa terutama dalam menerima kenyataan hidup. "Lie... aku datang ke sini untuk..." lalu "Plakkk..." belum sempat kata-kataku selesai kurasakan pipiku panas dan pedas di iringi kata-kata "bangsat...." Dari bibir mungil milik Lie Chun yang langsung berlari masuk ke dalam tanpa sempat menutup pintu lagi. Terus terang aku sempat terlongo-longo mendapat perlakuan seperti itu. Belum pernah ada yg memaki aku seperti itu apalagi sampai menampar segala, perempuan lagi. Namun kesadaranku segera pulih terutama karena mengingat misiku ke tempat ini adalah untuk meluruskan persoalan sekaligus memenuhi mandat dari Hera kekasihku yang menginginkan agar hubungan kami bertiga pulih kembali seperti dulu saat aku belum jadian dengan Hera. Aku segera mengejar masuk ke dalam sembari menutup pintu agar tidak terlalu mencolok terlihat ke luar kalau-kalau kebetulan ada yg melihat. Namun Lie Chun terus berlari ke tangga utama dan naik ke atas. "rupa-rupanya kamarnya di atas nih," pikirku sambil berjalan cepat mengikutinya. Namun ketika Lie Chun masuk ke dalam kamarnya ia segera membanting pintu kamar tersebut sehingga langsung tertutup. Dalam hati aku menjadi ragu. "Di terusin nggak ya? Kalau di terusin terus entar teman-teman kostnya teriak rampok bisa celaka aku, tapi kalau entar masalahnya tambah kacau gimana?" pikirku dalam hati. Sedang ragu berfikir demikian tiba-tiba aku mendengar isak tangis dari dalam kamar Lie Chun. "Waduh celaka deh nih anak sudah pakai acara nangis segala," umpatku kesal dalam hati. Lalu aku segera membuka pintu kamarnya secara perlahan-lahan agar tidak terdengar dan kututup secara perlahan juga. Kulihat Lie Chun sedang berlutut di tepi ranjang dengan kepala yang di benamkan ke dalam bantal. Perlahan dengan tangan agak bergetar dan juga rasa ragu-ragu kusentuh pundak Lie Chun. Namun ia malah semakin membenamkan wajahnya dalam bantal dan menangis sekeras-kerasnya. "Wah kalau sudah begini mampus deh", pikirku dalam hati. Terus terang aku tidak punya pengalaman meredakan tangis wanita terutama karena ibuku sendiri jarang menangis ataupun terlihat menangis. Juga karena aku sebagai seorang anak lelaki pertama yang memiliki jarak kelahiran yang cukup jauh dari adik-adikku. Jadi sebelum mereka menjadi remaja aku sudah keburu merantau ikut paman sejak SMA. Jujur saja aku sebenarnya sudah bingung sekali menghadapi ulah Lie Chun apalagi di tambah pakai acara nangis bombay kayak gini. Mending nonton film "Salam Bombay" daripada liat orang nangis bombay begini. Di antara kebingunganku akhirnya kunekatkan untuk membelai rambut Lie Chun yang kala itu sedang tidak di ikat atau di gulung ke atas seperti biasanya. Rambut yang halus panjang terurai sebahu itu ku belai-belai dengan lembut. Tercium oleh ku semerbak harum rambutnya. "Wahhh koq malah jadi kayak begini sih" pikirku menyadari apa yang sedang kuperbuat. Namun ku rasa apa yang kuperbuat belum bisa di kategorikan sebagai bentuk penyelewangan ataupun ngelaba, karena niatku benar- benar tulus untuk meredakan tangisnya. Karena meskipun gahar dan macho begini aku terus terang paling tidak kuat mendengar tangis perempuan. Rasanya seperti mendengar ibu sendiri yang sedang menangis. Oke lanjut ke cerita semula. Namun tangis Lie Chun tetap keras terdengar sehingga semakin menambah kepanikan dan kebingunganku saja. Akhirnya sembari membelai lembut rambut Lie Chun akupun mati-matian menenangkannya "Lie Chun... diam dong... kamu koq nangis sih... Memang ada masalah apa... Aku terus terang minta maaf kalau seandainya menyakitimu." ujarku sembari berusaha menenangkannya. Kata-kata itu dan beberapa kata-kata lainnya ku ucapkan berulang kali agar ia tenang dan mau meredakan tangisnya. Syukurlah perlahan-lahan tangis Lie Chun pun mereda. Akhirnya ia hanya terisak-isak perlahan saja dengan wajah yang masih dibenamkan di dalam bantal. Aku hanya diam sambil terus membelai rambutnya agar ia semakin tenang. Setelah beberapa menit kemudian, nampaknya Lie Chun sudah bisa tenang. Hanya sesekali ia sesungukan. Akan tetapi wajahnya masih belum di angkat. Kupikir ia pasti merasa malu. Namun agar tidak menjatuhkan mentalnya aku tetap diam duduk di sisi ranjang sembari terus mengelus rambutnya yang wangi itu. Cukup lama juga kami dalam posisi seperti itu di mana kami berdua saling diam-diaman sembari aku tetap mengelus rambutnya dan ia tetap membenamkan wajahnya di bantal yang sudah basah oleh air matanya. Sampai akhirnya tangisnya berhenti dan ia perlahan mulai mengangkat wajahnya. Nah pembaca, kelanjutan seperti apakah yang akan terjadi? Tulis harapan, kritik dan komentar kalian akan cerita saya. Tolong jangan mereply cerita saya dengan email kosong yg isinya cuman tulisan saya, karena pasti langsung saya delete tiap email kosong ataupun junk mail yang tidak bermutu. Salam, Dewa Asmara.
ANTARA NAFSU DAN CINTA


Kejadiannya dimulai 4 atau 5 tahun yang lalu. Waktu itu produksi sedang booming sehingga diadakan penerimaan karyawati baru. Diantara sekian banyak pelamar ada satu yang jelas aku lihat sangat berbeda. Kulitnya putih bersih, raut wajahnya cantik, dan bulu-bulu halus tampak jelas hitam kontras dengan warna kulitnya.. Aku segera ke bagian personalia meminta data-datanya, setelah aku lihat CV-nya yang cukup baik, aku meminta kepada personalia utk dijadikan assistenku, akhirnya setelah melewati proses yg cukup rumit akhirnya dia menjadi assistenku. Mula pertama dia bekerja, aku sudah dapat melihat kecerdasannya dalam menangani pekerjaan, semua pekerjaan yang aku berikan dapat diselesaikannya dengan baik. Seperti pepatah jawa bilang "witing tresno jalaran soko kulino" Kebersamaan akan memumbuhkan rasa sayang, begitu pula yang terjadi denganku. Aku yang pada mulanya sudah tertarik pada pandangan pertama kian jatuh dalam perangkap asmaranya.. Aku coba mengakrabkan diri dengannya, keluar makan bareng sering kami lakukan, tapi sampai saat itu aku belum berani macam-macam kepadanya, karena dia pernah mengungkapkan bahwa dia sudah mempunyai pacar. Memang sejak saat dia ungkapkan dia sudah punya pacar, keinginanku utk menjadikannya sebagai kekasih sudah hilang.. Setelah melewati masa pendekatan yang cukup panjang, akhirnya aku bisa mengajaknya Weekend. Karena saat itu katanya pacarnya sedang ditugaskan keluar kota. Aku bawa dia menuju pantai Ancol yang romantis, Sambil menyantap nasi goreng kami mengobrol panjang lebar, dari situ aku ketahui bahwa ternyata dia berasal dari keluarga Broken, ayahnya kawin lagi saat usianya baru 3 tahun, hingga dia merasakan kurang kasih sayang dari ayahnya. Aku rengkuh dia dalam pelukanku, ku belai rambutnya yang hitam. Ombak di laut semakin beriak menyaksikan kemesraan kami. Perlahan ku kecup keningnya, dia memejamkan matanya, bibirnya yang sensual sedikit terbuka seakan mengundangku untuk melumatnya, namun aku tidak berani gegabah, aku hanya mencium pipinya. "San, boleh bapak mengekspresikan rasa sayang bapak" bisikku lembut ditelinganya. Dia hanya diam mungkin masih mencerna arti kalimatku. "Kalau bapak memang sayang sama Santi, jangan sekali-kali bapak mengecewakan Santi" jawabnya manja. "Bapak tidak pernah mengecewakan wanita, sayang" jawabku lembut. Aku rapihkan rambutnya yang diterpa angin laut dengan jari-jariku, tiba-tiba Dia mengambil tanganku dari keningnya dan mencium dengan bibirnya "Santi sayang sama bapak !, Santi nggak mau kehilangan bapak" air matanya terasa hangat dijari-jariku. Ku seka air matanya dengan sapu tanganku, "Bapak tidak akan meninggalkan Santi ",janjiku. Bibirnya tersenyum tipis mendengar janjiku. Perlahan aku daratkan bibirku di bibirnya, terasa hangat menjalar ke suluruh tubuhku, aku melumat bibirnya dengan perlahan, "Kenapa Santi tidak membalas ciuman Bapak" "Santi tdk mengerti, pak!" Aku hanya diam dan berfikir, benarkah anak jaman sekarang belum mengenal arti ciuman. "Memangnya Santi tidak pernah melakukannya dengan pacar Santi?" "Belum, pak" Akhirnya setelah saya ajarkan secara singkat, dia mulai dapat membalas lumatan dan permainan lidahku.. Tanganku mulai menjalajahi dadanya, kuremas perlahan dengan gerakan memutar, sementara bibirku mulai menjelajahi lehernya yang indah. Kubuka kancing bajunya yang paling atas, jari-jariku segera menerobos kedalam bajunya yang sudah terbuka, aku merasakan tonjolan lembut, tidak besar namun halus sekali, Jari- jariku berputar mencari puting buah dadanya, sementara bibirku sudah sampai di belakang telinganya. Susah sekali mencari puting buah dadanya, karena masih belum tumbuh, putingnya masih mungil dan rata dengan gundukan buah dadanya, pertanda belum terjamah oleh siapapun. Perlahan tapi pasti putingnya mulai mencuat keatas, jari-jariku semakin aktif memilinnya dengan gerakan memutar. Sementara tangannya menekan tanganku sehingga tekanan pada buah dadanya semakin keras. "Pak,,, nik..mat, teruskan ..." erangan yg keluar dari mulutnya semakin membuatku semangat, tapi aku masih sadar bahwa aku di tempat terbuka. Aku segera menghentikan aktivitasku dan merapikan kancing bajunya yang terbuka.. "Kenapa, pak?" "Ini kan tempat umum sayang, bagaimana kalau kita sewa cottage saja" "Tidak mau!, Santi takut" "Nggak apa, bapak tidak akan berbuat macam-macam terhadap Santi" aku merayunya. "Santi tidak akan mau, pak!" tegasnya. Aku tidak memaksa lebih lanjut, aku hanya diam "Bapak marah ya sama Santi" "Tidak sayang, bapak hanya sedikit pusing " Aku rengkuh dia dalam pelukanku. "Kenapa?"tanyanya polos. Aku sungguh bingung menjelaskannya, aku pusing karena sedang "on", Batang kelakianku terasa berdenyut-denyut terus. "Bagaimana kalu kita teruskan di mobil sayang" ajakku. Dia mengangguk. Setelah setelan jok aku rebahkan, aku kembali mencumbuinya, meneruskan kemesraan yang tadi tertunda meskipun didalam mobil sempit tapi tidak ada seorangpun yg dapat melihat kami. Bajunya sudah aku tanggalkan sehingga aku dengan bebas dapat mencumbui dadanya, saat lidahku yang hangat dan basah menjilati puting buah dadanya yang masih mungil, erangan lirih semakin sering keluar dari bibirnya. "Jangan berisik, sayang" aku mengingatkannya, karena aku takut terdengar keluar. Tapi hanya sebentar saja, kembali mulutnya mengeluarkan erangan, terlebih saat puting buah dadanya aku hisap dan kugigit pelan. Gundukan buah dadanya yang halus aku hisap kuat-kuat sehingga meninggalkan bercak merah sesudahnya. Tanganku segera bergerak mengangkat rok-nya. Aku merasakan kulit pahanya yang ditumbuhi bulu-bulu halus, aku pilin-pilin pahanya yang gempal, dan saat tanganku bergerak menarik celana dalamnya, tangannya menahan tanganku. "Jangan, pak, yang satu itu jangan" Aku yang sudah dikuasai nafsu tak memperdulikannya. Aku terus berusaha menanggalkan celana dalamnya tapi cekalan tanganya semakin kuat menahan gerakan tanganku. Aku tidak memaksa lagi "Kenapa?" " Santi tidak sayang bapak?" "Bapak boleh mencumbu apa saja, tapi yang satu itu jangan, saya masih perawan, pak!, " "Tapi dari erangan yang keluar, sepertinya Santi sudah pengalaman" "Santi sendiri tidak sadar, pak. Bahkan pernah saat Santi masturbasi dikamar, ibu menegur Santi, karena erangan Santi terdengar keluar kamar, Santi sampai malu waktu itu, pak" Aku hanya mengangguk, berarti erangan-erangannya yg heboh tadi hanya bawaan sifat saja. "Ya, sudah!, Santi bisa buat bapak orgasme dengan tangan, bisa kan?" aku menyerah, pikiranku cuma satu, bagaimana melepaskan air maniku yg rasanya sudah mengumpul penuh di buah zakarku. "Santi belum pernah, pak!" "Coba dulu dong, katanya Santi sayang sama bapak" "Iya pak" Aku ajarkan kepadanya cara onani yang membuat nikmat lelaki, setelah aku rasa dia bisa. aku segera mngeluarkan senjataku yang sudah tegang. "Aw......, besar banget pak" "Nggak apa, sini" aku bimbing tangannya ke senjataku. Aku mulai merasakan genggamannya yang hangat, perlahan jari-jarinya yang lentik bergerak keatas-kebawah mengocok batang kelakianku, aku mulai merasakan nikmat, sembari rebahan di jok aku memejamkan mata membayangkan bahwa saat itu senjataku sedang terbenam didalam kemaluan Tamara Blezinky artis idolaku. Berfikir seperti itu senjataku semakin mengeras dan berdenyut-denyut. "Pak, tangan Santi capek,pak!" tiba-tiba saja Santi membuyarkan khayalanku. Aku yang sudah spanning langsung merangkuh lehernya dan membenamkan mukanya kedadaku. "Lakukan seperti yang tadi Bapak lakukan terhadap Santi" sambil mengarahkan mulutnya yg mungil kedadaku. "Loh, bapak kan lelaki" "sama saja, San, laki juga perlu rangsangan biar cepat orgasme" Tanpa dikomando dua kali mulutnya yang mungil mulai menciumi dadaku sementara jari-jarinya terus mengocok batang kelakianku, perlahan aku merasakan nafasku semakin memburu, butir-butir keringat membasahi seluruh tubuhku. "Terus, San... bapak mau keluar" Gerakan tangannya semakin cepat, kepala kemaluanku semakin mengkilat oleh pelumas yang dikeluarkan penisku, sementara lidahnya yg runcing dan hangat terasa menggelitik puting dadaku bahkan dihisapnya, membuat sensasi tersendiri di seluruh aliran darahku. Setengah jam berlalu..... aku merasakan batang kelakianku semakin menggembung, akhirnya berbarengan dengan hisapan kuat diputing dadaku, kukeluarkan spermaku hingga muncrat dan mendarat diperutku. "Sudah san, bapak sudah keluar" aku melepaskan genggaman tangannya di batang kemaluanku. "Capek sekali tangan Santi, pak!, rasanya sudah tak sanggup lagi digerakkan" "Bapak lama sih keluarnya" Aku hanya diam dan mencium keningnya sebagai ungkapan rasa sayang dan puas atas segalanya. Sepanjang perjalanan pulang, kami semakin akrab dan mesra, kami membuat perjanjian bahwa kami boleh berpacaran dengan siapapun asalkan kebersamaan kita tidak akan hilang sampai kapanpun. Aku hanya mengangguk setuju. Bagaimanakah kelanjutannya ? Berhasilkah Aku mendapatkan kegadisannya? Asal tahu saja, sampai detik ini, aku masih bersama dengannya meskipun dia sekarang sudah menikah.
Setelah kejadian di pantai itu, sikap Santi terhadapku semakin manja, kini dia tidak menyebutku dengan panggilan bapak lagi, panggilannya berubah menjadi "Kak Jer". Memang usianya hanya terpaut 3 tahun denganku. Dua sampai tiga kali dalam seminggu, setelah pekerjaan selesai kami selalu pergi berduaan, mulai dari Mall, fastfood, bahkan sampai motel. Tapi sampai saat itu dia hanya membatasi Sekwilda saja alias sekitar wilayah dada, padahal aku penasaran sekali ingin melihat kemaluannya, kalau melihat dari bulu-bulu halus yg tumbuh di tangan dan kakinya, aku bisa membayangkan bagaimana rimbunnya kemaluan Santi. Setelah melalui waktu dan perjuangan yang cukup lama akhirnya kesempatan itu aku dapatkan juga. Waktu itu setelah pulang bekerja, kami merencanakan untuk mampir ke motel di daerah Depok. Setelah sampai di dalam kamar, Santi yang kulihat agak lusuh ingin mandi, aku yg biasanya membiarkannya mandi dengan bebas, kali ini berniat mengintipnya. Setelah Santi masuk ke dalam kamar mandi, aku segera mengambil kursi dan naik diatasnya, Kini aku dapat dengan jelas melihat ke bagian dalam kamar mandi. Santi mulai melepaskan baju dan roknya, Mataku mulai melotot melihat kemulusan seluruh tubuhnya. Pelan tapi pasti dibukanya seluruh pakaian yg melekat di tubuhnya. Dan saat Santi membuka penutup akhir bagian tubuhnya, darahku berdesir melihat rambut kemaluannya yang sangat lebat hitam bahkan bulu halusnya membentuk sudut segitiga kearah pusarnya. Pikiranku mengkhayal tak karuan. Bagaimana rasanya membelai dan menjilati kemaluan seperti itu..... Santi mulai menyiramkan air ke seluruh tubuhnya dan menyabuninya, busa sabun melimpah menutupi kemulusan tubuhnya yang laksana gitar. pikiranku semakin mengembara tak tentu arah. sampai tak sadar, Santi telah selesai mandi. Aku segera kembalikan kursi ketempat asalnya dan kembali duduk di pinggiran ranjang dengan santai. Tak lama Santi keluar dengan hanya melilitkan handuk saja... "Tumben kamu tidak pakai pakaian kamu di dalam" "Percuma, habis tadi aku sudah di intip sama kakak" Wah, berarti dia tahu tadi aku ngintip, aku malu sekali, tapi aku nggak mau kalah set. "Habis, kakak penasaran sih nggak pernah dikasih lihat" "Ya, sudah. nih sekarang lihat : sambil tangannya melepaskan handuk yg melilit tubuhnya.. Kini di depan mataku terpampang tubuh mulus tanpa sehelai benangpun yg melekat, Mataku tak berkedip memandangnya sungguh sempurna, mulai dari bibirnya yg mungil, lehernya yg jenjang, buah dadanya yg masih kencang meskipun tdk terlalu besar, perutnya yg rata, pinggangnya yg kecil, dan pinggulnya yang membengkak ditambah dengan bulu-bulu halus membuatku harus memberikan nilai 8 utknya, apalagi ditunjang dengan tubuhnya yang cukup tinggi dengan betis yg mbunting padi. "Tapi, kakak janji ya, jangan masukin punya kakak ke punya Santi, ya?" Aku hanya mengangguk.... "Santi juga ingin merasakan orgasme seperti kakak, setiap kali selama ini kan hanya kakak saja yg puncak, Santi belum pernah" "Gimana caranya, kalo nggak dimasukin ?", aku pura-pura bertanya bodoh. "Kan, bisa pakai mulut": jawabnya manja... "iya, deh" "sini dong sayang" Perlahan Santi mendekati aku, aku bangkit berdiri dan memeluknya mesra, ku kecup keningnya, matanya, dan kulumat bibirnya mesra. Santi membalas dengan beringas. Tangannya yang lembut membuka kancing- kancing bajuku, dan mencampakkannya ke lantai. "Kakak , buka dong celananya, masih Santi aja yang telanjang ?" suaranya manja terdengar ditelingaku. Tidak buang waktu lagi, aku segera membuka celanaku. Senjataku yang sedari tadi sudah mencuat kini terlepas dari penutupnya, kami berpelukan kembali, senjataku menekan-nekan perutnya,, sambil memainkan lidah di dalam mulutnya, aku tarik tubuhnya ke ranjang. Ciuman kami makin lama makin panas, tanganku bergerak membelai buah dadanya, meremas dan memilin-milin putingnya, sementara tanganku yg satunya sudah tak sabar segera menuju ke arah kemaluannya. Sementara tangan Santipun tak kalah lihainya, sama seperti yang aku lakukan Santi pun membelai mesra dadaku dan tangan yang satu lagi menggenggam dan mengocok lembut senjataku. Kami berdua melancarkan serangan demi serangan, nafas kami mulai tak beraturan, erangan yang keluar dari mulut Santi semakin keras, sehingga semangatku untuk membawanya ke puncak semakin tinggi. Kutelusuri semua centi demi centi permukaan tubuhnya. Lidahku bermain main di daerah buah dadanya, sementara tanganku meremas-remas pantatnya yg kenyal... Puas meremas pantatnya, ku belai dengan lembut permukaan kemaluannya, bulu-bulunya yg lebat terasa di tanganku, ku sibakkan rambut kemaluannya, ku gesek-gesekan klistorisnya dengan jariku... "Aw,,,,,, ah...... nikmat kak...... terus..............." sambil mulutnya mengeracau tubuhnya digerakan kekiri kekanan membuat nafsuku semakin memuncak.. Sementara kocokan pada batang kemaluanku semakin cepat dan membuat seluruh aliran darahku semakin cepat, perlahan aku mulai mengarahkan usapan lidahku kearah hutannya yang rimbun, melewati perutnya yang ramping, saat lidahku sampai dan menyentuh klitorisnya, mulutnya semakin keras mengerang penuh kenikmatan, apalagi saat klitorisnya kuhisap-hisap membuat seluruh tubuh Santi bergetar menahan kenikmatan atas perlakuanku. Selagi aku asik memainkan klitorisnya tak kusangka dengan gerakan elastis dia menggeserkan badannya dan mulutnya tepat berada di depan batang kemaluanku.. Kini posisi kami 69, kami saling melumat, menghisap, ..... Setengah jam berlalu, nafas kami sudah seperti lokomotif tua yg menarik beban berat, sementara AC di dalam kamar tidak sanggup lagi menahan keluarnya butir-butir keringat ditubuh kami... Aku segera berbalik, ku buka pahanya dengan pahaku, aku segera mengarahkan senjataku ke celah kemaluannya,,,, "Jangan, kak. Santi takut" pahanya dirapatkan kembali sehingga aku semakin sulit menembusnya... Penolakannya tidak membuat usahaku mundur, aku terus mendesakkan batang senjataku,,, tapi Santi malah menangis... "Kak, kalau memang kakak menghendaki, jangan di situ, kalau kakak mau di belakang saja" Aku kaget mendengar ucapannya, selama ini aku belum pernah main lewat anus,, tapi kini malah Santi yang aku anggap agak alim menawarkannya, memang jalan pikirannya realistis.. dari pada perawan hilang mending lewat anus... toh perawan tetap utuh.. "Memangnya kamu pernah main lewat belakang?" tanyaku penasaran. "Belum!" "Lalu, kalau kenapa-napa gimana?" "Demi sayang saya sama kakak, apapun yg terjadi, Santi siap, toh banyak pasangan yg melakukan tidak kenapa-napa" Aku cium keningnya sebagai balas kesiapan atas pengorbanannya..... Tidak buang waktu lagi, langsung Santi menungging, kini di depanku tampak pemandangan indah, bulatan pantatnya yang kenyal ditambah rambut kemaluannya yang mengintip di celah pahanya membuat aku segera mengarahkan senjataku langsung. "Ah..... pelan-pelan kak, sakit sekali" dia meringis aku jadi tak tega.... tapi nafsuku yg sudah ke ubun ubun sudah tdk dapat diajak kompromi, kulumuri seluruh batang senjataku dengan ludah, setelah terasa licin aku kembali mencoba memasukkannya, sulit sekali........ namun setelah sekian lama mencoba akhirnya kepala kemaluanku masuk juga..... "auw...................:" jeritan panjang terdengar saat kepala kemaluanku berhasil menembus lobang anusnya. Kudorong perlahan lahan sampai seluruhnya amblas, tubuh Santi meliuk-liuk sepertu ular, mungkin menahan sakit atau nikmat, aku nggak tahu... "Ah....... kak cepat keluarin..... Santi sakit,,,kak" jeritnya terdengar lirih ditelingaku, mulutnya menggigit bantal yang berada di depan mukanya untuk melampiaskan rasa sakit yang diterimanya........ Aku berkonsentrasi penuh utk segera mencapai puncak permainan, gerakan pantatku kian cepat, tanganku meremas buah pantatnya yang montok hingga........... "aah........... San.......kakkak...ke..luar......." Kucengkram kuat pantatnya dan amblaslah seluruh batang senjataku kedalam lubangnya. Kusemprotkan spermaku... di dalam. Kulihat muka Santi memerah, "Terima kasih, sayang" aku memeluknya kembali..... "Kak, punya Santi sakit sekali..... Santi nggak berani...buang air besar..., kayanya mau copot" "Mungkin baru pertama, jadi kamu sakit sekali" aku mencoba menghiburnya.... Setelah istirahat beberapa menit,,,, giliran aku yang akan membawanya ke puncak. aku semakin ganas menghisap klitorisnya. Sesekali aku gigit pelan, hingga erangannya semakin panjang dan keras. Lubang kemaluannya aku gelitik dengan lidah, terasa harum sekali, mungkin Santi sering minum jamu. Lidah ku semakin betah di sana. Hingga tiba-tiba rambutku dijenggut dan kepalaku ditekannya, aku tahu dia mau orgasme, segera aku hisap kuat-kuat klitorisnya dan seluruh tubuh Santi mengejang dan bergetar dengan hebat........ hingga aku merasakan cairan hangat di bibirku............
Sejak kejadian itu, hampir tiap kali pertemuan kami akhiri dengan persetubuhan, meskipun lewat anus, tapi aku dapat menikmatinya..... Hingga tiba akhirnya Santi memutuskan utk menikah dengan pacarnya, meskipun agak sedih aku relakan juga, selama jalan dengannya banyak sudah yang dia korbankan kepadaku juga yang aku korbankan untuknya.. "Kak, 2 minggu lagi Santi akan menikah dengan orang yang Santi tidak cintai," Santi mengungkapkan perasaan hatinya sambil menangis tersedu- sedu di dadaku. Waktu itu kami baru saja melewati kemesraan bersama di sebuah hotel. "Yah mau apa lagi, kita toh tak mungkin bisa bersatu dalam sebuah mahligai, terlalu banyak perbedaan diantara kita, Agama, budaya dan masih banyak lagi," kubelai rambutnya yang hitam, dan ku usap air matanya dengan jariku. Dalam perjalanan pulang kami hanya diam dengan masing-masing pikiran mengembara, memikirkan kelanjutan hubungan kami. Satu minggu kemudian atau seminggu sebelum hari pernikahannya, Santi mengajakku jalan-jalan seperti biasa. Selepas jam kantor aku segera mengarahkan mobilku ke hotel langgananku. Didalam kamar... "San!, bukan sudah waktunya kamu dipingit," tanyaku. "Tau!, di keluargaku nggak ada pingit-pingitan. Hanya mungkin Santi besok ijin cuti, kak selama dua minggu." "oh, ya, no problem." Aku mulai mencumbunya perlahan, rasa sayangku padanya mendorong aku utk selembut mungkin. Bibirnya yang mungil kulumat pelan, Santi membalas dengan lembut, lidah kami saling beradu menimbulkan rangsangan awal yang menggairahkan. Tangan kami semakin sibuk menyerang titik rangsang masing-masing, Saat tanganku memegang gundukan buah dadanya aku lihat mata Santi terpejam menikmatinya, jari-jarinya yg lentik balas membuka kancing bajuku dan mencampakkanya ke lantai. Aku pun tak mau kalah segera membuka bajunya. Bra-nya yang hitam sangat kontras sekali dengan warna kulitnya yang putih mulus. perlahan ciumanku turun lidahku menari-nari di lehernya yg jenjang, berputar ke belakang kupingnya balik lagi ke depan hingga bibirku menemukan gundukan daging yang sangat lembut. Perlahan kujelajahi buah dadanya, putingnya kuhisap dan kukemot dengan lembut sementara tanganku aktif membelai dan meremas pantatnya yang bulat. Tak sabar dengan sekali sentakan rok-nya melorot kelantai, Santi pun tidak tinggal diam dibukanya resleting celanaku. Kini kami hanya mengenakan celana dalam saja, sambil tetap berdiri kupeluk tubuhnya, geseken kulitnya yg halus membuat debar-debar dijantungku semakin keras. Kulihat muka Santi mulai memerah pertanda gairahnya sudah bangkit. Aku meneruskan aksiku. Kuciumi seluruh tubuhnya sambil berdiri, senti demi senti ku cium dan kujilat dengan lidahku yg hangat, membuat Santi seperti cacing terpanggang matahari. Tubuhnya yang indah bergoyang goyang, mulutnya mengeracau tak karuan menahan kenikmatan atas jilatan-jilatan lidahku di permukaan tubuhnya. Setelah puas, kini Santi yang menciumi aku. Seluruh tubuhku dicium dan dijilatinya, leherku, dadaku, perut sampai pada kemaluanku. Santi yg kelihatan sudah spanning segera menarik celana dalamku. Kini senjataku dengan bebasnya mencuat menunjuk langit-langit kamar hotel. Aku merasakan hangat-hangat basah di kepala kemaluanku saat bibirnya yang mungil melahap kepala senjataku, lidahnya berputar-putar menggelitik ,sementara tangan Santi yg kiri mengelus-elus dadaku, sesekali menarik-narik putingku, sementara tangannya yg kanan dengan lembutnya memainkan biji kemaluanku. Nafsuku semakin memuncak tak karuan. Aliran darahku semakin bergejolak menahan birahi atas perlakuan Santi... Segera kubopong tubuhnya kekasur, kulepaskan celana dalamnya, kuletakkan tubuhnya perlahan yang mulus. Aku langsung membuka pahanya dan menciumi selangkangannya, ku basahi kemaluannya dengan liurku,, kuhisap klitorisnya kuat-kuat, Santi semakin menjerit tak karuan. Tangannya mencari-cari senjataku. Setelah ketemu digenggamnya dan dikocok perlahan, sementara aku masih asik memainkan klitorisnya, sesekali ku masukkan lidahku kedalam celahnya yg hangat. Untuk mempermudah hubungan anal, segera kuturunkan lidahku, kujilati anusnya, kubasahi dengan liurku, bahkan kumasukkan lidahku yg runcing. Santi membalasnya dengan mengocok kemaluanku semakin kuat. Tak tahan lagi menahan gejolak nafsuku. Segera kuangkat kakinya dan kutumpangkan ke pundakku. Aku mulai mengarahkan senjataku keanusnya. Tiba-tiba dengan cepat Santi menangkap senjataku dan mengarahkannya ke lubang kemaluannya yang sudah basah. Aku bingung. "Jangan, San! sebentar lagikan Santi mau nikah," aku berusaha mencegah kenekatannya. "Kak, Santi sudah pikir dalam-dalam, kakak lebih baik dari pacar Santi, dan kakak sudah banyak berkorban buat Santi, kini Santi mau membalasnya dengan milik Santi yg paling berharga." "Nanti kalau suamimu tanya gimana?" "Itu tanggung jawab Santi." "Jangan san!' 'ntar masa depan kamu bisa hancur," aku masih berusaha mencegahnya. Tapi Santi malah menangis... "Kalau kakak tidak melakukannya, berarti kakak tidak sayang Santi, dan Santi benar-benar terhina," tangisannya makin keras. Aku sudah tak dapat berfikir panjang lagi. Perlahan kuarahkan senjataku yang sudah menegang, kudorong pantatku perlahan, bibirku mencium matanya yg terpejam memberikan kekuatan. "Tahan, ya sayang," bisikku lembut di telinganya. Tapi Santi mengerakkan pinggulnya, hingga senjataku meleset dari sasaran. Peluh kami semakin banjir membasahi sprey. Akhirnya setelah pantatnya kupegang kuat-kuat, senjataku berhasil menembus miliknya. "Aaaahhh.......... kak .........," jari-jarinya mencengkram bahuku, matanya terbeliak menahan benda asing yang pertama masuk kedalam kemaluannya. "Sakit sekali." "Tenang sayang sebentar juga hilang." Kembali dengan perlahan kudorong pantatku. Santi semakin menggeliat saat kemaluanku amblas semua. Kulihat muka Santi sudah tak karuan. Kutarik pelan dan aku melihat tetesan darah segar di kemaluanku. Santi telah memberikan yg paling berharga untukku. Aku yang seumur hidup baru merasakan perawan, sungguh terkesan, jepitan kemaluan Santi terasa mencengkram keras senjataku, hingga saat aku naik-turunkan pantatku, aku semakin merasakan nikmat sekali.... "Ahhh. kak, teruskan.... Santi mulai nikmat, kak." Melihaat Santi sudah dapat merasakan kenikmatan, aku semakin semangat menaik-turunkan pantatku perlahan dengan irama tetap, karena aku sudah merasakan air maniku sudah diujung. Sambil mulutku menjilati puting dadanya, kuatur gerakan pantatku, kadang kekiri-kekanan........ "San, keluarin sayang...., kakak sudah tak tahan," aku membisikan ditelinganya. Kini pinggul Santi sudah bisa mengimbangi gerakan pantatku, sehingga gerakan kami membuat kami semakin cepat menuju puncak kenikmatan. Karena sudah tak tahan aku segera mempercepat gerakanku, dan kugenggam pinggulnya dengan kuat, kuhujamkan seluruh senjataku yang menggelembung kedalam lubang kemaluannya. ""San..........., kakak kelluar..........." "Kakkkk. Santi juga............" Kaki Santi yang panjang menjepit pinggangku kuat, seluruh tubuhnya bergetar hebat. Tepat saat aku semprotkan air maniku, Santipun berbarengan melepas orgasmenya hingga kami merasakan puncak kenikmatan yg benar-benar indah...... Kami menutupi tubuh kami dengan selimut. Kulihat nafas Santi tak beraturan. Buah dadanya turun naik mengikuti irama nafasnya. "San, kakak tidak akan melupakan Santi, walau apapun yg terjadi, pengorbanan Santi akan kakak kenang sepanjang hayat kakak." Kukecup keningnya perlahan...... Kini 3 tahun berlalu, Santi sudah berkeluarga. Seminggu sekali kadang sebulan sekali kami tetap melakukannya..... Cinta kami tak habis oleh realita, bahkan kini Santi semakin membutuhkan aku, sebab hubungan dengan suaminya hambar apalagi selama berhubungan seks dengan suaminya tak pernah sekalipun ia mencapai orgasme, karena selain cepat keluar, ukurannya hanya 3/4 aku, baik panjang maupun diameternya. Sampai sekarang aku masih bersama dengannya. Entahlah sampai kapan....
Antena Parabola Ibu Yuli
Aku kerja di penyedia layanan tv paraboal,suatu hari aku mendapat perintah oleh boss untuk mendatangi rumah ibu Yuli, menurutnya antena parabola ibu Yuli rusak nggak keluar gambar gara-gara ada hujan besar tadi malam. Dengan mengendarai sepeda motor Yamahaku, segera aku meluncur ke alamat tersebut. Sampai di rumah ibu Yuli, aku disambut oleh anaknya yang masih SMP kelas 2, namanya Anita. Karena aku sudah beberapa kali ke rumahnya maka tentu saja Anita segera menyuruhku masuk. Saat itu suasana di rumah ibu Yuli sepi sekali, hanya ada Anita yang masih mengenakan seragam sekolah, kelihatannya dia juga baru pulang dari sekolah.
"Jam berapa sichh ibumu pulang, Nit...?"
"Biasanya sih yahh sore antara jam 5-an" jawabnya.
"Iya, tadi Oom disuruh kesini buat betulin parabola. Apa masih nggak keluar gambar...?"
"Betul, oom... sampai-sampai Nita nggak bisa nonton Diantara Dua Pilihan, rugi dehhh..."
"Coba yahh oom betulin dulu parabolanya...." Lalu segera aku naik ke atas genteng dan singkat kata hanya butuh 20 menit saja untuk membetulkan posisi parabola yang tergeser tertiup angin.
Nah...awal pengalaman ini berawal ketika aku akan turun dari genteng, kemudian minta tolong pada Anita untuk memegangi tangganya. Saat itu Anita sudah mengganti baju seragam sekolahnya dengan kaos longgar ala Bali. Kedua tangan Anita terangkat ke atas memegangi tangga, akibatnya kedua lengan kaosnya melorot ke bawah, dan ujung krahnya yang kedodoran menganga lebar. Pembaca pasti kepingin ikut melihat karena dari atas pemandangannya sangat transparan. Ketek Nita yang ditumbuhi bulu-bulu tipis sangat sensual sekali, lalu dari ujung krahnya terlihat gumpalan teteknya yang kencang dan putih mulus. Kontolku seketika berdenyut-denyut dan mulai mengeras. Sebuah pemandangan yang merangsang. Anita tidak memakai BH, mungkin gerah, teteknya berukuran sedang tapi jelas kelihatan kencang, namanya juga tetek remaja yang belum terkena polusi. Dengan menahan napsu, aku pelan-pelan menuruni tangga sambil sesekali mataku melirik ke bawah. Anita tampak tidak menyadari kalau aku sedang menikmati keindahan teteknya. Tapi yah...sebaiknya begitu. Gimana jadinya kalau dia tahu lalu tiba-tiba tangganya dilepas, dijamin minimal pasti patah tulang. Yang pasti setelah selamat nyampai ke bumi, pikiranku jadi kurang konsentrasi sama tugas.
Aku baru menyadari kalau sekarang di rumah ini hanya ada kami berdua, aku dan seorang gadis remaja yang cantik. Anita memang cantik, dan tampak sudah dewasa dengan mengenakan baju santai ketimbang seragam sekolah yang kaku. Seperti biasanya, mataku menaksir wanita habis wajah lalu turun ke betis lalu naik lagi ke dada. Kelihatannya pantas diberi nilai 99,9. Sengaja kurang 0,1 karena perangkat dalamnya khan belum ketahuan.
"Oom kok memandang saya begitu sihhh.... saya jadi malu dong...." katanya setengah manja sambil mengibaskan majalah ke mataku.
"Wahh...sorry deh Nit...habis selama ini Oom baru menyadari kecantikanmu." sahutku sekenanya, sambil tanganku menepuk pipinya. Muka Anita langsung memerah, barangkali tersinggung emang dulu-dulunya nggak cakep.
"Iddihhh....Oom kok jadi genit dehhh..." Duilah senyumnya bikin hati gemas, terlebih merasa dapat angin harapan.
Habis itu aku mencoba menyalakan TV dan langsung muncul RCTI Oke. Beres deh, tinggal merapikan kabel-kabel yang berantakan di belakang TV.
"Coba Nit...bantuin Oom pegangin kabel merah ini..."
Dan karena posisi TV agak rendah maka Anita terpaksa jongkok di depanku sambil memegang kabel RCA warna merah. Kaos terusan Anita yang pendek tidak cukup untuk menutup seluruh kakinya, akibatnya sudah bisa diduga. Pahanya yang mulus dan putih bersih berkilauan di depanku, bahkan sempat terlihat warna celana dalam Anita. Seketika jantungku seperti berhenti berdetak lalu berdetak dengan cepatnya. Dan bertambah cepat lagi kala tangan Anita diam saja kala kupegang untuk mengambil kabel merah RCA kembali. Punggung tangannya kubelai, diam saja sambil menundukkan wajah. Aku pun segera memperbaiki posisi. Kala tangannnya kuremas Anita telah mengeluarkan keringat dingin. Lalu pelan-pelan kedongakkan wajahnya serta kubelai sayang rambutnya.
"Anita. kamu cantik sekali.. Boleh Oom menciummu?" kataku kubuat sesendu mungkin. Anita hanya diam tapi perlahan matanya terpejam. Bagiku itu adalah jawaban. Perlahan kukecup keningnya lalu kedua pipinya. Dan setengah ragu aku menempelkan bibirku ke bibirnya yang membisu. Tanpa kuduga dia membuka sedikit bibirnya. Itu pun juga sebuah jawaban. Selanjutnya terserah anda.. He.he.
Segera kulumati bibirnya yang empuk dan terasa lembut sekali. Lidahku mulai menggeliat ikut meramaikan suasana. Tak kuduga pula Anita menyambut dengan hangat kehadiran lidahku, Anita mempertemukan lidahnya dengan milikku. Kujilati seluruh rongga mulutnya sepuas-puasnya, lidahnya kusedoti , Anita pun mengikuti caraku.
Pelan-pelan tubuh Anita kurebahkan ke lantai. Mata Anita menatapku sayu. Kubalas dengan kecupan lembut di keningnya lagi. Lalu kembali kulumat bibirnya yang sedikit terbuka. Tanganku yang sedari tadi membelai rambutnya, rasanya kurang pas, kini saat yang tepat untuk mulai mencari titik-titik rawan. Kusingkap perlahan ujung kaosnya mirip ular mengincar mangsa. Karena Anita memakai kaos terusan, pahanya yang mulus mulai terbuka sedikit demi sedikit. Sengaja aku bergaya softly, karena sadar yang kuhadapi adalah gadis baru berusia sekitar 14 tahun. Harus penuh kasih sayang dan kelembutan, sabar menunggu hingga sang mangsa mabuk. Dan kelihatannya Anita bisa memahami sikapku, kala aku kesulitan menyingkap kaosnya yang tertindih pantat, Anita sedikit mengangkat pinggulnya. Wwahhh. sungguh seorang wanita yang penuh pengertian.
"Ahhhh. Ahhhh.." hanya suara erangan yang muncul dari bibirnya kegelian ketika mulutku mulai menciumi batang lehernya. Sementara tanganku sedikit menyentuh ujung celana dalamnya lalu bergeser sedikit lagi ke tengah. Terasa sudah lembab celana dalam Anita. Tanganku menemukan gundukan lunak yang erotis dengan belahan tepat ditengah-tengahnya. Aku tak kuasa menahan gejolak hati lagi, kuremas gemas gundukan itu. Anita memejamkan matanya rapat-rapat dan menggigit sendiri bibir bawahnya.
Hawa yang panas menambah panas tubuku yang sudah panas. Segera kulucuti bajuku, juga celana panjangku hingga tinggal tersisa celana dalam saja. Tanpa ragu lagi kupelorotkan celana dalam Anita. Duilahhh.. Baru kali ini aku melihat bukit kemaluan seindah milik Anita. Luar biasa... padahal belum ada sehelai bulu pun yang tumbuh. Bukitnya yang besar putih sekali. Dan ketika kutekuk lutut Anita lalu kubuka kakinya, tampak bibir kemaluannya masih bersih dan sedikit kecoklatan warnanya. Anita tidak tahu lagi akan keadaan dirinya, belaianku berhasil memabukkannya. Ia hanya bisa medesah-desah kegelian sambil meremasi kaosnya yang sudah tersingkap setinggi perut. Begitulah wanita. Gam-gam-sus apa sus-sus-gam.
Tidak sabar lagi aku membiarkan sebuah keindahan terbuka sia-sia begitu saja. Aku segera mengarahkan wajahku di sela-sela paha Anita dan menenggelamkannya di pangkal pertemuan kedua kakinya. Mulutku kubuka lebar-lebar untuk bisa melahap seluruh bukit kemaluan Anita. Bau semerbak tidak kuhiraukan, kuanggap semua kemaluan wanita yah begini baunya. Lidahku menjuluri seluruh permukaan bibir kemaluannya. Setiap lendir kujilati lalu kutelan habis dan kujilati terus. Kujilati sepuas-puasnya seisi selangkangan Anita sampai bersih. Lidahku bergerak lincah dan keras di tengah-tengah bibir kemaluannya. Dan ketika lidahku mengayun dari bawah ke atas hingga tepat jatuh di kelentitnya, Kujepit kelentitnya dengan gemas dan lidahku menjilatinya tanpa kompromi. Anita tak sanggup lagi untuk berdiam diri. Badannnya memberontak ke atas-bawah dan bergeser-geser ke kiri-kanan. Segala ujung syarafnya telah terkontaminasi oleh kenikmatan yang amat sangat dashyat. Sebuah kenikmatan yang bersumber dari lidahku mengorek kelentitnya tapi menyebar ke seantero tubuhnya. Anita sudah tidak mengenal lagi siapa dirinya, boro-boro mikir, untuk bernapas saja tidak bisa dikontrol. Aku jadi semakin ganas dan melupakan softly itu siapa.
Kontolku sudah amat sangat besar bergemuruh seluruh isinya. Demi melihat Anita tersenggal-senggal, segera kutanggalkan modal terkhirku, celana dalam. Tanpa babibubebo segera kuarahkan ujung kontolku ke pangkal selangkangan Anita. Sekilas aku melihat Anita mendelik kuatir melihat perubahan perangaiku. Kontolku memang kelewatan besarnya belum lagi panjangnya yang hampir menyentuh pusar bila berdiri tegak. Anita kelihatannya ngeri dan mulai sadar ingatannya, kakinya agak tegang dan berusaha merapatkan kedua kakinya.
"Ampun oom..jangan ooommmm. ampun oommm.jangggannn..." Tangan Anita mencoba menghalau kedatangan kontolku yang siap mengarah ke pangkal pahnya.
Merasa mendapat perlawanan, sejenak aku jadi agak bingung, tapi untunglah aku memiliki pengalaman yang cukup untuk menghadapinya. Segera aku meminta maaf sambil tanganku kembali membelai rambutnya yang terurai agak acak-acakan.
"Nita takut Oom. Nanti kalau Mama tahu pasti Nita dimarahin. Dan lagi Nita nggak pernah kayak ginian. Nita juga jadi malu.." Katanya setengah mau menangis dan membetulkan kaosnya untuk menutupi tubuhnya.
"Jangan kuatir Nit. Oom tidak bermaksud jahat terhadap kamu. Oom sayang sekali sama Nita. Dan lagi Nita jangan takut sama Oom. Semua orang cepat atau lambat pasti akan merasakan kenikmatan hubungan 'beginian'. Jangan takut 'beginian' karena 'beginian' itu enakkkk.sekali." (Kalau nggak percaya tanya sama Pembaca yach.).
"Iyach. tapi Nita nggak tahu harus bagaimana dan kenapa tahu-tahu Nita jadi begini..?" Air mata Anita mulai mengalir dari pojok matanya. Melihat itu aku segera memeluknya agar bisa menenangkannya.
Agak lama aku memberi ceramah dan teori edan secara panjang lebar, sampai akhirnya Anita bisa memahami seluruhnya. Dan sesekali senyumnya mulai muncul lagi.
"Coba sekarang Nita belajar pegang 'anunya' oom. bagus khannn." aku meraih tangannya lalu membimbingnya ke kontolku. Tangannya kaku sekali tapi setelah perlahan-lahan kuelus-eluskan pada kontolku, otot tangannya mulai mengendor. Lalu tangannya mulai menggenggam kontolku. Pelan-pelan tangannya kutuntun maju-mundur. Kelembutan tangannya membuat kontolku mulai bergerak membesar, sampai akhirnya tangan Anita tidak cukup lagi menggenggamnya. Dan Anita kelihatan menikmatinya, tanpa kuajari lagi tangannya bergerak sendiri.
"Ahhh.enak sekali Nit..aaahhh. kamu memang anak yang pintar..ahhhh.." mulutku tak sanggup menahan kenikmatan yang mulai menjalari seluruh syarafku. Sementara itu tangan kiriku mulai meremesi teteknya yang masih tertutup kaos Bali yang tipis. Belum pernah aku meremasi tetek sekeras milik Anita. Tangan kananku yang satu meraih kepalanya lau dengan cepat kulumati bibirnya. Lidahku menjulur keluar menelusuri setiap sela rongga mulutnya. Hingga akhirnya lidah Anita pun mengikuti yang kulakukan. Dari matanya yang terpejam aku bisa merasakan kenikmatan tengah membakar tubuhnya. Segera aku meminta Anita untuk melepas kaosnya agar lebih leluasa. Dan tanpa ragu-ragu Anita segera berdiri lalu menarik kaosnya ke atas hingga melampui kepalanya. Kontolku semakin berdenyut-denyut menyaksikan tubuh mungil Anita tanpa mengenakan selembar benang. Tubuhnya yang sintal dan putih bersih membakar semangatku. Betul-betul sempurna. Kedua teteknya menggelembung indah dengan putting yang mengarah ke atas mengingatkanku pada tetek Holly Hart (itu lho salah satu koleksi Playboy).
"Nit. tubuhmu luar biasa sekali.. Hebat!" Pujianku membuat wajahnya memerah barangkali menahan malu.
"Oomm. boleh nggak Anita mencium 'itu'nya oom???." Anita tersipu-sipu menunjuk ke selangkanganku. Rasanya tidak etis kalau aku menolaknya. Lalu sambil duduk di sofa aku menelentangkan kedua kakiku.
"Tentu saja boleh kalau Anita menyukainya.." Kubikin semanis mungkin senyumku. Anita pun mengambil posisi dengan berjongkok lalu kepalanya mendekati selangkanganku. Mulanya hanya mencium dan mengecup seputar kepala kontolku. Pelan-pelan lidahnya mulai ikut berperan aktif menjilat-jilatinya. Anita kelihatan keenakan mendapat mainan baru. Dengan rakus lidahnya menyusur ke sekeliling kontolku. Sensasi yang luar biasa membuatku gemas meremasi kedua teteknya.
"Aaduuhhh...enak sekali Nit.. Terusss.Nittt.coba ke sebelah sini Nit." kataku sambil menunjuk ke buah pelirku. Anita segera paham lalu mejulurkan lidahnya ke pelirku. Anita menggerakkan lidahnya ke kanan-kiri atas-bawah. Nikmatnya..
"Oomm. ke kamar Nita aja yukkkk. biar nggak gerah.." Sahutnya mengajak ke kamarnya yang ber-AC.
"Terserah Nita aja dehh.." (ada yang mau ikut.???-red.)
Begitu Anita merebahkan tubuhnya ke spring-bed, aku tidak mau menunggu terlalu lama untuk merasakan tubuh indahnya. Segera kutindih dan kucumbui. Sekujur tubuhnya tak ada yang kusia-siakan. Terutama di teteknya yang aduhai. Tanganku seakan tak pernah lepas dari memeknya. Setiap tanganku menggosok kelentitnya, tubuh Anita menggerinjal entah mengapa. Sementara itu kontolku seperti akan meledak menahan tekanan yang demikin besarnya.
Akhirnya kutuntun kontolku ke arah memek Anita. Memek Anita yang telah kebanjiran sangat berguna sekali, bibir memeknya yang kencang memudahkan kontolku menyelinap ke dalam. Sedikit-sedikit kudorong maju. Dan setiap dorongan membuat Anita meremas kain sprei. Kalau Anita merasa seperti kesakitan aku mundur sedikit, lalu maju lagi, mundur sedikit, maju lagi, mundur, maju, mundur, maju,.blesss... Tak kusangka memek Anita mampu menerima kontolku yang keterlaluan besarnya. Begitu amblas seluruh kontolku, Anita menjerit kesakitan. Aku kurang menghiraukan jeritannya. Kenikmatan yang tak ada duanya telah merasuk tubuhku. Tapi aku tetap menjaga irama permainanku maju-mundur dengan perlahan. Menikmati setiap gesekan demi gesekan. Lubang memek Anita sempit sekali hingga setiap berdenyut membuatku melayang. Denyutan demi denyutan membuatku semakin tak mampu lagi menahan luapan gelora persetubuhan. Terasa beberapa kali Anita mengejankan memeknya yang bagiku malah memabukkan karena memeknya jadi semakin keras menjepit kontolku. Erangan, rintihan, dan jeritan Anita terus menggema memenuhi ruangan. Kiranya Anita pun menikmati setiap gerakan kontolku. Rintihannya mengeras setiap kontolku melaju cepat ke dasar lubang memeknya. Dan mengerang lirih ketika kutarik kontolku. Hingga akhirnya aku sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Ketika kontolku melaju dengan kecepatan barangkali supersonik, meledaklah muatan di dalamnya. Kontolku menghujam keras, dan kandas di dasar jurang. Anita pun melengking panjang..panjang..mendekap kencang tubuhku, lalu tubuhnya bergetar hebat. Sebuah kenikmatan tanpa cela, sempurna.
Keesokkan harinya aku dapat telpon dari Ibu Yuli. Perasaanku mendadak tegang dan kacau, kuatir beliau mengetahui skandalku dengan anaknya. Mulanya aku tidak berani menerimanya, tapi daripada Ibu Yuli nanti ngomongin semua perbuatanku pada teman sekerjaku, terpaksa kuterima telponnya dengan nada bergemetaran.
" Hallooo. apa kabar bu Yuli."
" Oh baik.terima kasih lho, parabola ibu sekarang sudah bagus, dan sekalian ibu mau nanyakan ongkos servisnya berapa.. "
" Ah. nggak usah deh, bu.cuman rusak sedikit kok, hanya karena kena angin jadi arahnya berubah."
" Jangan begitu, nanti ibu nggak mau nyervis ke tempatmu lagi lho."
" Wah..tapi saya cuman sebentar saja kerjanya."
" Iya, bagaimanapun khan kamu sudah keluar keringat, jadi ibu mesti bayar. Nanti siang yach. kamu ke rumah ibu. Ibu tunggu lho."
" Iya dech kalau ibu maunya begitu, tapi sebelumnya terima kasih, bu."
Begitulah akhirnya aku nongol lagi di rumah ibu Yuli. Lagi-lagi Nita yang menerimaku.
" Wah. terlambat oom. ibu dari tadi nungguin oom datang. Barusan saja ibu pergi arisan ke kantornya. Tapi masuk saja oom, soalnya ada titipan dari ibu."
Sampai di dalam, kelihatannya Nita tengah belajar bersama dengan teman-temannya. Ada 3 orang cewek sebayanya lagi asyik membahas soal Fisika. Dan kedatanganku sedikit memecah konsentrasi mereka. Kuamati sekilas teman Nita kok cakep-cakep yachh. Aku membalas sapaan mereka yang ramah.
" Kenalin ini oom gue yang baru datang dari Jawa Tengah."
Kaget juga aku dikerjain Nita. Satu persatu kusalami mereka, Lusi, Ita, dan Indra. Senyum mereka ceria sekali. Di usia mereka memang belum mengenal kepahitan hidup. Semuanya serba mudah, mau ini tinggal bilang ke mama, mau itu tinggal bilang ke papa. Dasar anak keju. Ketiganya memang jelas kelihatan anak orang kaya. Penampilan, gaya, dan kulit mulus mereka yang membedakan dari orang miskin.Lusi punya lesung pipit seperti aktris Italy. Ita wajahnya mengingatkanku pada seorang aktris sinetron yang lemah lembut, tapi yang ini agak genit. Indra yang berbadan paling besar mirip seorang aktris Mandarin. Persis aktris-aktris lagi makan rujak bareng. Habis aku paling bingung kalau mendeskripsikan wanita cantik, rasanya nggak cukup selembar folio.
Aku nurut saja ketika tanganku di seret ke dalam oleh Nita sambil berpamitan ke temannya mau ngantar oomnya ke kamar. Dan setelah mengunci pintu kamar, kekagetanku tambah satu lagi. Tubuhku langsung direbahkan ke kasur, lalu menindihku sambil mulutnya menciumiku.
" Oom, Nita mau lagi. " rengeknya manja.
Ya, ampun sungguh mati aku nggak bisa menolaknya. Aku pun segera membalas ciumannya. Napsu birahiku menanjak tajam. Nita yang masih mengenakan seragam SMPnya terguling ke samping hingga giliran aku yang di atas. Kancing bajunya satu demi satu kulepas. Buah dadanya yang terbungkus BH kuremas dengan gemas. Dari leher hingga perutnya kutelusuri agak brutal. Dan Nita yang meronta-ronta tak kuberi ampun sedikitpun. Kakinya mengakang lebar kala tanganku mulai merambat ke atas pahanya dan berhenti tepat di tengah selangkangan. Gundukan kemaluan yang empuk membuat tanganku gemetar kala meremasinya. Dan jari tengahku menjongkeli sebuah liang yang menganga di tengahnya. Celana dalam Nita mulai lembab kelihatannya tak tahan menghadapi serangan yang bertubi-tubi.
Akupun sangat merindukan Nita, hingga rasanya tak sabar lagi untuk segera menancapkan batang kemaluanku. Segera kupeloroti celana dalamnya setelah roknya kusingkap ke atas. Kerinduan akan baunya yang khas membuat kepalaku tertarik ke arah kemaluan Nita, lalu kubenamkan di sela pahanya. Mulutku memperoleh kenikmatan yang tiada tara kala mengunyah dan memainkan bibirku pada bibir kemaluannya. Nita pun semakin menggila gerakannya apalagi bila lidahku mengorek-ngorek isi kemaluannya. Nikmat sekali rasanya. Kelentit Nita yang menyembul kecil jadi sasaran bila Nita menghentak badannya ke atas. Kayaknya Nita sudah 'out of control' karena tangannya dengan kacau meremas segala yang dapat diraih.
Demikian juga halnya denganku, entah berapa cc cairan memabukan yang telah kureguk.
Batang kemaluanku yang sudah 'maximal' kuarahkan ke liang kemaluan Nita. Sekilas kulihat Nita menggigit bibirnya sendiri menanti kedatangan punyaku. Akupun tak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang sangat langka ini. Benar-benar kunikmati tiap tahapan batangku melesak ke dalam liang kemaluannya. Sedikit demi sedikit batang kemaluanku kutekan ke bawah. Indah sekali menyaksikan perubahan wajah Nita kala makin dalam kemaluanku menelusuri liang kemaluannnya. Akhirnya blesss..
Habis sudah seluruh batang kemaluanku terbenam ke liang kenikmatan. Selanjutnya dengan lancar kutarik dan kubenamkan lagi. Makin lama makin asyik saja. Memang luar biasa kemaluan Nita, begitu lembut dan mencengkeram. Ingin rasanya berlama-lama dalam liang kemaluannya. Semakin lama semakin dahsyat aku menghujamkan batangku sampai Nita menjerit tak kuasa menahan kenikmatan yang menjajahnya. Hingga akhirnya Nita berkelojotan sambil meremas ganas rambutku. Wajahnya tersapu warna merah seakan segenap pembuluh darahnya menegang kencang, hingga mulutnya meneriakkan jeritan yang panjang. Kiranya Nita tengah mengalami puncak orgasme yang merasuk segenap ujung syarafnya.
Menyaksikan pemandangan seperti ini membuatku makin cepat mengayunkan batang kemaluanku. Dan rasanya aku tak bisa menahan lebih lama lagi, lebih lama lagi.. ,lebih lama lagiii..
Secepatnya kucabut batang kemaluanku dan segera kuarahkan ke mulut Nita. Nita agak gugup menerima batang kemaluanku. Tapi nalurinya bekerja dengan baik, mulutnya segera menganga dan langsung mengulum batang kemaluanku. Dan kala aku meledakkan lahar, lidahnya menjilati sekujur batang kemaluanku. Tubuhku rasanya langsung luruh, tenagaku terkuras habis-habisan. Beberapa kali batang kemaluanku mengejut dan mengeluarkan lahar. Oh, my God..
Keasyikanku berdua dengan Nita membuat kami tidak merasakan jam yang terus berjalan. Tidak terasa hampir 3 jam kami meninggalkan teman-teman Nita di luar. Sekilas terdengar suara kasak-kusuk, seperti ada orang lagi mengintip perbuatan kami. Tapi saking asyiknya menikmati tubuh Nita, aku jadi tak memperdulikannya. Kulirik Nita masih tergolek tanpa penutup apa-apa dengan tubuh terlentang kelelahan. Wajahnya yang terlihat polos sangat indah dengan paduan tubuh kecil yang mulus. Kakinya masih membuka lebar, seperti sengaja memamerkan keindahan lekukan di selangkangannya. Gundukan vaginanya memang belum berbulu sehingga jelas kelihatan bibir vaginanya yang merah muda.
"Nit, teman-temanmu kelihatannya lagi pada ngintip lho." kataku berbisik di telinganya.
"Hehhhh.????" jawabnya sambil segera menutupi tubuhnya dengan selimut.
"Teman-temanmu..." sekali lagi aku meyakinkannya sambil menunjuk ke pintu.
"Wwaduhh, gimana nich..oom."
"Tenang aja, cepat pakai baju lagi dan seakan-akan nggak ada apa-apa, okey ?"
"Tapi Nita jadi malu sama mereka dong." katanya manja dan wajahnya berubah merah sekali.
"Sudah dech jangan dipikirin anggap aja kita nggak tahu kalau mereka pada ngintip."
Akhirnya kami keluar kamar juga, dan teman-teman Nita kelihatan sekali pura-pura sibuk mengerjakan soal-soal. Terlebih wajah mereka bertiga tersapu rona merah, dan tampak menahan senyum.
Wah agak grogi juga aku untuk menyapa mereka. Sekali lagi aku tertolong oleh usiaku yang jauh di atas mereka. Kata orang langkah/kata awal memang sulit untuk dilakukan.
"Hallo., belum selesai nich soal-soalnya.?" kata awal yang akhirnya meluncur juga.
'Iya.oomm." seperti koor mereka menjawab serentak. Dan makin memperlihatkan kegugupan mereka.
Boleh juga nich. Dan ide-ide cemerlang pun segera bermunculan, barangkali tidak terpikirkan oleh seorang Einstein.
"Sebaiknya istirahat dulu biar fresh pikiran kita, jadi nanti kita akan dengan mudah mengerjakan soal-soal rumit kayak gitu." Saranku menirukan seorang psikiater. Sebab menurut hematku mereka pasti juga turut terangsang mengintip perbuatan kami. Dengan kata lain mereka menyetujui perbuatan itu, kalau nggak setuju yach jelas nggak mau ngintip. Jadi kesimpulannya kalau mereka mau mengintip berarti juga mau untuk berbuat seperti itu.
"Begini, oom tahu kalau kalian tadi ngintip oom di kamar. Tapi kalian tidak perlu kuatir sama oom. Oom nggak marah kok. Malah senang bisa memberi kalian pelajaran baru. Tapi oom juga kepingin lihat kalian telanjang juga dong, biar adil namanya. Iya, nggak.?"
Seketika wajah mereka bertambah merah padam, antara malu dan takut.
"Maaf , oom, tadi kami tidak sengaja mengintip." kata Indra ketakutan sambil merapatkan pahanya.
"Baiklah kalau begitu oom tidak mau memaksa kalian, oom juga sayang sama kalian. Kalian semua cantik-cantik. Sekarang daripada kalian ngintip, oom nggak keberatan untuk nunjukin burung oom. Lihat yach dan kalian semua harus memegangnya. Yang nggak mau megang nanti oom telanjangin!" Suaraku bertambah nada ancaman. Dan aku pun segera membuka retsleting celana sekaligus memelorotkannya berikut celana dalam, hingga burungku yang ngaceng melihat kepolosan mereka langsung nyelonong keluar. Serempak Indra, Lusi, dan Ita menutup muka mereka. Aku acuh saja mendekati mereka satu persatu dan menarik tangannya untuk memegang burungku. Mulanya tangan mereka kaku sekali tapi jadi mengendur kala menempel burungku.
Nita yang sedari tadi hanya menonton langsung memprotes kelakuanku.
"Sudahlah oom jangan begitu, lebih baik kita semua telanjang bersama saja, itu memang yang paling adil. Lagian kita juga sudah biasa mandi bersama kok, iya khan teman-teman."
Indra, Lusi, dan Ita diam saja tampak malu-malu mempertimbangkan tawaran Nita.
"Baiklah karena diam berarti kalian setuju. Ayo dong Lus.biasanya kamu yang paling suka membukakan bajuku." Kata Nita sambil menghampiri lalu merangkul Lusi.
"Iya dech saya setuju. tapi asal yang lain juga setuju lho." Lusi mengumpan lampu kuning.
"O.K. Saya juga setuju agar konsekuen dengan perbuatan kita." Ita menimpalinya.
"Demi kalian aku juga boleh-boleh saja." Akhirnya Indra juga memberi keputusan yang melegakan hatiku. Amazing !
"Nach begitu baru kompak namanya. Yukk kita bareng-bareng ke kamar aja.." Sahut Nita.
Jantungku bergerak kencang sekali, membuat langkahku limbung. Di depanku berjalan 4 cewek imut-imut alias ABG, Nita dan ketiga temannya, Indra, Lusi, dan Ita, menuju kamar Nita. Mulanya bingung harus bagaimana, tapi sikon yang memaksaku berbuat spontan saja. Mereka semua kusuruh duduk berjejer di tepi ranjang.
" Begini, kalian semua nggak perlu takut sama Oom. Oom nggak mungkin menyakiti kalian, kita sekarang akan bermain dalam dunia yang baru, yang belum pernah kalian rasakan. Kalian tak perlu malu, kalian tinggal menuruti apa saja yang Oom perintahkan. Sekali lagi rilek saja anggaplah kita sedang menjalani pengalaman yang luar biasa."
Banyak sekali sambutan pembukaan yang keluar begitu saja dari mulutku, untuk meyakinkan mereka dan agar nanti tidak kacau. Akhirnya mereka menganggukkan kepala satu persatu sebagai tanda setuju. Di wajah mereka mulai muncul senyum-senyum kecil, tetapi jelas tak bisa menyembunyikan rasa malunya. Wajah mereka memerah kala aku mengucapkan kata-kata yang berbau gituan.
Singkat kata kusuruh mereka semua berdiri berhadapan, berpasangan. Nita memilih Indra sebagai pasangannya, sedang Lusi dengan Ita. Padahal kontolku sudah gemetaran ingin segera melabrak mereka, tetapi nalarku yang melarangnya.
" Sekarang kalian coba saling membukakan baju pasangan kalian..sampai tinggal BH dan celana dalam saja... Biar nanti sisanya Oom yang bukain."
Mulanya mereka ragu bergerak, untunglah ada Nita yang berpengalaman dan Ita yang agresif sekaligus paling cantik dan menggiurkan. Ita memang lebih menonjol dari semuanya, badannya yang bagus tergambar dalam baju tipisnya, hingga BH-nya menerawang membentuk gundukan yang sempurna. Nita dan Ita tampak tertawa kecil membuka kancing baju temannya yang tak bisa mengelak lagi. Dan tentu saja Indra membalas perbuatan Nita, demikian pula Lusi. Wahhh. tak kusangka jadi meriah sekali persis seperti lomba makan krupuk. Hatiku bersorak girang melihat mereka saling berebut melepas baju pasangannya. Sementara itu otakku terus berputar mencari solusi terbaik untuk step berikutnya, selalu saja setiap cara ada kemungkinan terjadi penolakan. Sebaiknya harus selembut mungkin tindakanku.
Pasangan Nita dan Indra kelihatan kompak, hingga tak banyak waktu mereka berdua telah telanjang, hanya BH dan celana dalam saja yang nempel di badannya. Untuk Nita tak perlu kuceritakan lagi, lagian para pembaca juga sudah pernah ikut menikmati keindahan tubuhnya pada episode yang lalu. Sedang Indra yang berbadan putih mulus masih malu-malu saja, sambil menutupi selangkangannya dengan tangan kanan ikut menonton Ita dan Lusi yang belum selesai. Sementara itu, Ita dan Lusi sampai bergulingan di lantai. Kelihatannya Lusi menolak dibuka rok bawahnya, tapi Ita tetap ngotot menelanjanginya. Nita dan Indra turut tertawa menonton pergulatan seru itu. Dan karena gemas melihat Ita kewalahan atas pemberontakan Lusi, Nita dan Indra segera bergerak membantu Ita dengan memegangi kaki Lusi yang tengah menendang-nendang. Secepat kilat Ita memelorotkan rok bawah Lusi sampai terlepas.
" Heehhh. kalian curanggg.. Nggak mau, Lusi nggak mau sama kalian lagi.." Lusi berteriak dengan sengit dan seperti mau menangis.
" Tenang Lusi.kita kan lagi bersenang-senang sekarang, dan lagi kenapa kamu mesti seperti itu. Bukankah kamu sendiri tadi sudah ikut setuju. Dari tadi kan Oom nggak memaksa kamu. Yang penting kita tidak akan menceritakan kejadian ini pada siapa pun. Hanya kita-kita saja yang tahu. Kalau kamu malu itu salah. Percaya deh sama Oom."
Untunglah saranku kelihatannya dapat diterima, apalagi melihat Ita segera membuka bajunya sendiri yang kusut sekali. Satu persatu kancing bajunya dibuka, dan sekali melorot sekujur keindahan tubuhnya terpampang. Tak kusangka Ita terus melepas Bhnya, kemudian membungkuk dan melepas celana dalamnya. Seketika jantungku berhenti berdetak, seluruh susunan syarafku mengeras, sampai dada ini seperti mau meledak. Sebuah pemandangan yang menakjubkan terpampang begitu saja di depanku.
" Luar biasa.. Hebat.. Nah dengan begini berarti Lusi nggak boleh ngambek lagi lho. Lihat Ita telah membayar kontan. Yukk kalian semua sekarang duduk lagi di ranjang sini. " Segera mereka sekali lagi menuruti perintahku. Aneh memang aneh, selama ini aku nggak pernah kenal sama ilmu-ilmu gaib kayak di Mak Lampir, tetapi kenyataannya kok bisa mereka begitu saja patuh padaku.
" Nah sekarang kalian semua berbaring ." Mereka patuh lagi. Dengan kaki terjuntai di lantai mereka semua membaringkan tubuhnya.
" Sekarang kalian diam saja, Oom akan memberi sesuatu pengalaman baru.seperti yang kalian tonton waktu Oom sama Nita. Kalian tinggal menikmati saja sambil menutup mata kalian biar lebih konsentrasi. "
Sengaja aku menjatuhkan pilihan pertama pada Lusi. Perlahan-lahan kubuka celana dalamnya, kakinya agak menegang. Sedikit demi sedikit terus kutarik ke bawah. Segundukan daging mulai terlihat. Detak jantungku kembali berdegup cepat. Dan lepaslah celana dalamnya tanpa perlawanan lagi. Gundukan bukit kecil yang bersih, dengan bulu-bulu tipis yang mulai tumbuh di sekelilingnya, tampak berkilatan di depanku. Sedikit kurentang kedua kakinya hingga terlihat sebuah celah kecil di balik bukit itu. Lalu dengan kedua jempol kubuka sedikit celah itu hingga terlihat semua isinya. Aku sampai menelan air liurku sendiri demi melihat memek Lusi. Kudekatkan kepalaku agar pemandangannya lebih jelas. Dan memang indah sekali. Aku tak bisa menahan lagi, segera kudekatkan mulutku dan kulumati dengan bibir dan lidahku. Rakus sekali lidahku menjilati setiap bagian memek Lusi, rasanya tak ingin aku menyia-nyiakan kesempatan. Dan tiap lidahku menekan keras ke bagian yang menonjol di pangkal memeknya, Lusi mendesis kegelian. Kombinasi lidah dan bibir kubuat harmonis sekali. Beberapa kali Lusi mengejangkan kakinya. Aku tak peduli akan semerbak bau yang khas memenuhi seputar mulutku. Malah membuat lidahku bergerak makin gila. Kutekankan lidahku ke lubang memek Lusi yang sedikit terbuka. Rasanya ingin masuk lebih dalam lagi tapi tak bisa, mungkin karena kurang keras lidahku. Hal ini membuat Lusi beberapa kali mengerang keenakan.
" Aduhhh..Oommm. enakkkk sekali... terusss Oommm..ohhhh..." Mulut Lusi mendesis-desis keenakan. Dan setiap lidahku menerjang memeknya, Lusi menghentakkan pinggulnya ke atas, seakan ingin menenggelamkan lidahku ke dalam memeknya. Banyak sekali cairan kental mengalir dari memeknya, dan seperti kelaparan (sebetulnya memang lapar sekali perutku) aku menelan habis-habisan. Persis seperti orang lagi berciuman, cuman bedanya bibirku kali ini mengunyah bibir memek Lusi hingga mulutku belepotan lendir.
Ita yang berbaring di sebelah Lusi tampak gelisah, beberapa kali kulihat dia merapat-rapatkan pahanya sendiri. Rupanya ikut hanyut melihat permainanku. Di antara mereka berempat, dia memang yang tercantik. Karena itulah mungkin yang membuatnya sedikit genit, lebih matang, dan lebih "berbulu". Hebat nian, anak SMP memeknya udah selebat gitu. Sambil mulutku bermain di memek Lusi, sedari tadi mataku terus memperhatikan memek Ita. Beberapa kali tanganku ingin meremasnya tapi kuatir kelakuanku bisa mengecewakan Lusi. Habis kalau dia ngambek bisa berantakan. Sebagai kompensasinya tanganku meremasi kedua payaudara Lusi yang kecil dan nyaris rata dengan dada. Pentilnya yang lembut kugosok-gosok dan kupenceti.
" Lus, udah dulu yahhh, nanti lain kali Oom lanjutin lagi, yachhh. " kataku sambil megecup bibirnya. Yang diajak ngomong nggak menjawab, cuman wajahnya jadi merah seperti kepiting rebus. Sekali lagi kukecup di keningnya.
Segera aku bergeser ke sebelah dan langsung menindih badan Ita. Ita yang cantik. Ita yang sexy. Walau tengah terlentang, payudaranya tetap tegak ke atas dan diperindah dengan pentil yang besar. Kudekatkan bibirku ke bibirnya, langsung menghindar. Barangkali tak tahan mencium aroma memek Lusi. Wajarlah, memang mulutku seperti habis makan jengkol. Segera kuturunkan mulutku ke lehernya, kucumbui semesra mungkin. Ita kegelian. Lalu turun lagi. Sambil kuremasi, payudaranya segera msuk ke mulutku. Kuhisap dan kujilati ujung pentilnya. Karuan saja Ita meronta-ronta. Entah kegelian apa keenakan, aku tak peduli. Bergantian kedua payudaranya kujilati semua permukaannya. Napsuku rasanya sudah di ujung ubun-ubun. Kontolku telah mendongak perkasa sekali, beberapa kali berdenyut minta perhatian. Kalau saja memungkinkan ingin rasanya segera kumasukkan ke memek Ita. Sekali lagi nalarku terkontrol, karena memang aku sudah berjanji pada mereka. Nggak ada memek yang kumasuki kontol. Lagian memang aku benar-benar ingin semuanya berjalan mulus sesuai rencana. Coba kalau tiba-tiba ada yang menangis karena menyesal memberikan perawan mereka begitu saja padaku. Nggaklah.
Kaki Ita kuregangkan sedikit. Bukit Berbunga -nya indah sekali. Yang namanya labia mayora sebetulnya nggak karuan bentuknya tapi selalu memancarkan keajaiban magnetis bagi setiap pria yang memandangnya (tentu yang normal atau paling tidak kayak aku). Barangkali kalau aku yang bikin daftar keajaiban dunia, Labia Mayora menempati urutan teratas. Siapa setuju kirim email, nanti kubawa berkas dukungannya ke Majelis Memek Nasional.
Singkat kata segera mulutku kembali beroperasi di wilayah ajaib itu. Pelan-pelan kutarik dengan bibirku kedua labia mayora kepunyaan Ita secara bergantian. Udah gitu, lidahku mencongkel keras ke pangkal pertemuan pasangan labia itu, dan berputar-putar di tonjolan daging kecilnya yang konon paling rawan sentuhan. Memang luar biasa efek sampingnya, seketika sekujur tubuh Ita bergoncang. Makin keras goncangnya, makin gila pula lidahku berayun-ayun. Aroma yang khas muncul lagi seiring mengalirnya lendir encer. Harta terpendam inilah yang kucari. Lidahku terus menyongsong ke dalam memek Ita.
Ita yang meronta-ronta menahan gejolak penjarahan memeknya, berinisiatif mengambil bantal dan meletakkan di bawah pantatnya. Aku sampai heran perawan kecil ini kok udah punya insting yang baik. Sambil kedua kakinya nangkring di pundakku, Ita membiarkan aku dengan leluasa menjelajahi seisi memeknya. Kali ini lidahku berhasil masuk semua ke dalam memek, enak sekale.
Aku udah nggak tahan lagi, segera tangan kananku mengocok kontolku sambil segera berpindah ke sebelah lagi. Kali ini giliran Indra yang kelihatannya berdebar-debar menunggu giliran. Itu terlihat dari gerakan matanya yang gelisah. Tanpa basa-basi lagi kuraih sebuah bantal dan kuletakkan di bawah pantatnya, dan kurentangkan kedua kakinya menjepit badanku yang berlutut di lantai. Memeknya merekah persis di depan hidungku. Sambil terus mengocok kontol, segera lidahku menerobos ke lubang memeknya. Indra sempat berontak. Duilah aku sampai kesurupan, lupa sama teman bermain yang masih yunior. O.K, sofly and gently again maunya. Sambil menahan napas yang sebetulnya udah ngos-ngosan (nggak sempat minum extra joss) kucumbui memek Indra. Memek yang satu ini agak gemuk dan berbulu walau tak selebat punya Ita. Walau tak seindah punya Ita, tapi tetap punya daya tarik tersendiri. Belum lagi aromanya yang semerbak harumnya. Tetap pelan-pelan, kutelusuri tiap lekukan yang ada di memek. Sedap juga lho bermain slowly kayak gini. Kelentitnya yang agak besar bergoyang mengikuti gerakan lidahku. Entah kata-kata apa saja yang keluar dari mulut Indra. Kurang jelas memang. Tapi kuyakini itu suara erangan dan rintihan wanita yang tengah enjoy dan penuh semangat. Membakar semangatku pula dalam memacu tanganku pada batang kontol sendiri. Kedengarannya tragis sekali. Bak peribahasa orang kelaparan dalam lumbung padi.
Pantat Indra yang padat dan besar membuat lubang anusnya ikut terbuka waktu diganjal bantal. Tanpa rasa jijik sedikitpun kujilat-jilat anusnya. Indra makin mengaduh keenakan apalagi kala lidahku mencoba menerobos masuk ke anusnya. Indra pun menunjukkan kerja sama yang baik dengan mengangkat pinggulnya. Aku pun turut meningkatkan speed game nya.
Agak capai juga berlutut terus, aku naik ke atas dan menindih tubuh Indra. Kuciumi sekujur payudaranya yang tak kalah kencang dengan punya Ita. Dan walau kalah besar, keindahannya susah untuk dinilai. Sambil menciumi payudaranya, tanganku makin cepat mengocok kontol sendiri. Akhirnya aku tak dapat menahan lebih lama lagi, sekujur tubuhku tiba-tiba menegang. Seiring dengan semburan keras yang berapi-api di kontolku, segera aku melumat habis mulut Indra yang mungil. Lidah Indra memberi sambutan hangat dengan mengais-ngais lidahku.
ARI, SUAMI TEMANKU
Namaku Ratih, asalku dari Surabaya. Umurku 26 tahun dan udah lulus dari sebuah universitas terkenal di Yogyakarta. Selama kuliah aku punya teman kuliah yang bernama Iva. Iva adalah teman dekatku, dia berasal dari Medan. Kami seumur, tinggi kami hampir sama, bahkan potongan rambut kami sama, cuman Iva pakai kacamata aku tidak. Kadang- kadang teman-teman menyebut kami sebagai saudara kembar. Kami juga lulus pada saat yang bersamaan. Satu-satunya yang berbeda dari kami ialah selama setahun kuliah terakhir, Iva sudah bertunangan dengan Ari, seorang kakak kelasku sedangkan aku masih berpacaran dengan Andy, (lagi-lagi) kakak kelas. Salah satu persamaan lainnya ialah bahwa pas lulus itu kami sama-sama udah nggak perawan lagi. Kami saling terbuka dalam hal ini, artinya kami saling bercerita mulai dari hal-hal yang mendalam misalnya tentang perasaan, kegelisahan dan hal-hal lain tentang kami dan pacar- pacar kami. Atau terkadang tentang hal-hal yang 'nakal' misalnya bagian-bagian erotis atau ukuran vital dari pacar-pacar kami, sehingga darinya aku tahu bahwa milik Ari lebih panjang 3 cm-an dibandingkan milik Andy. Dengan lugas kadang-kadang Iva bercerita bahwa dia nggak pernah ngerasain seluruh panjang batang milik Ari, diceritakannya pula bahwa Ari nggak pernah bisa lebih lama dari 3 menit setiap kali begituan dengannya. Meski begitu dia selalu merasa puas. Kadang-kadang aku merasa iri juga dengan 'anugerah' yang didapat Iva. Meskipun sebenarnya 15 cm-an milik Andy pun sebenarnya sudah cukup panjang, tapi membayangkan 18 cm milik Ari terkadang cukup membuatku 'gundah'. Belum lagi aku mengingat-ingat tak pernah Andy sanggup bertahan lebih lama dari hitungan menit, mungkin karena aku dan Andy selalu melakukan foreplay-nya lama dan menggebu-gebu (kadang-kadang malah aku atau Andy udah lebih dulu orgasme pas tahap ini), jadi ketika pas penetrasi udah tinggal keluarnya saja. Meskipun kadang- kadang cukup memuaskan tetapi rasanya masih saja ada yang kurang. Belum lagi secara fisik, Ari lebih baik dari Andy dari penilaian obyektifku. Semua perasaan itu tersimpan didiriku sekian lama selama aku masih sering berhubungan dengan Iva, yang artinya juga sering ketemu sama Ari. Tepat sebulan setelah lulus, Iva menikah dengan Ari. Terus mereka berdua pindah ke Medan, sedangkan aku sendiri bekerja disebuah perusahaan multinasional di Yogyakarta. Beberapa lama kami sering berkirim kabar baik lewat email maupun telepon. Beberapa dari kabar itu diantaranya mirip-mirip cerita di CCS ini. Iva sering menuliskan apa saja sudah yang 'dilakukannya' dalam kehidupan suami istrinya. Diceritakannya betapa sering mereka berdua berhubungan intim, sebulan pertama jika dirata-rata bisa lebih dari 1 kali sehari. Dengan nada cekikikan sering juga diceritakannya bahwa memang milik Ari terlalu panjang untuk kedalamannya, bahwa semakin lama Ari semakin tahan lama dalam melakukannya yang oleh karenanya mereka sering terlambat bangun pagi karena semalaman melakukannya sampai dini hari. Juga dengan nada menggoda, diceritakannya betapa hangat semprotan sperma didalam vagina. Cerita yang terakhir ini sungguh merangsangku, karena meskipun telah melakukannya, aku belum pernah merasakan hal itu. Selalu Andy mengeluarkan spermanya diluar atau dia memakai kondom. Diperut atau paha memang sering kurasakan hangatnya cairan itu, tetapi didalam vagina memang belum. Singkat kata semakin banyak yang diceritakannya semakin membuatku kepingin segera menikah. Masalahnya Andy masih ingin menyelesaikan studi S2-nya yang mungkin kurang dari setahun lagi selesai. Beberapa bulan kemudian Iva mengabarkan bahwa dia sudah hamil sekian bulan. Semakin bertambah umur kandungannya semakin sedikit cerita- cerita erotisnya. Ketika kandungan sudah beranjak lebih dari 7 bulan, dia bercerita bahwa mereka sudah tidak pernah berhubungan seks lagi. Kadang-kadang dia bercerita bahwa sesekali dia melakukan masturbasi (tepatnya meng-onani-kan) Ari, karena meskipun secara klinis mereka masih boleh berhubungan seks tapi mereka khawatir. Jadi Ari terpaksa berpuasa. Sekian bulan kemudian lahirlah putra pertamanya, Iva mengabarkan kepadaku berita gembira itu. Kebetulan sekali perusahaanku mempunyai kebijaksanaan adanya liburan akhir tahun selama dua minggu lebih. Sehingga aku memutuskan untuk pergi ke Medan untuk menjenguknya. Andy terpaksa tidak bisa ikut karena dia sedang hangat- hangatnya menyelesaikan tesisnya. Jadilah aku pergi sendirian ke Medan dan segera naik taksi menuju rumahnya. Rumah Iva adalah sebuah rumah yang besar untuk ukuran sebuah keluarga kecil. Rumah itu adalah hadiah dari orang tua Iva yang memang kaya raya. Letaknya agak keluar kota dan berada didekat area persawahan dengan masih beberapa rumah saja yang ada disekitarnya. Ketika aku datang, dirumahnya penuh dengan keluarga-keluarganya yang berdatangan menjenguknya. Ari sedang menyalami semua orang ketika aku datang. "Ratih, apa kabar? Sudah ditunggu-tunggu tuh!" dia memelukku dengan hangat. Kemudian dia mengenalkanku kepada keluarga-keluarga yang datang. Aku pun menyalami mereka satu persatu. Mereka ramah-ramah sekali. Ari bercerita bahwa aku adalah saudara kembarnya Iva selama kuliah. Keluarganya saling tersenyum dan berkomentar sana sini. Sekian saat berbasa basi, Ari segera mengantarku masuk rumah dan langsung menuju kamar Iva. Tampak Iva lebih gemuk dan disampingnya tampak bayi lucu itu. "Iva sayang, apa kabar?" aku mencium keningnya dan memeluknya hangat. "Udah siap-siap begituan lagi ya?" aku berbisik ditelinganya yang dijawabnya dengan cubitan kecil dilenganku. "Ssttt... harus disempitin dulu nih!" dia menjawab dengan berbisik pula sambil menggerakkan bola matanya kebawah. Aku tertawa. Singkat kata, hari itu kami isi dengan berbasa basi dengan keluarga. Aku akhirnya menginap dirumahnya itu karena semua keluarga menyarankan begitu. Iva dan Ari pun tak keberatan. Aku diberi kamar yang besar diujung ruangan tengahnya. Rumahnya mempunyai 6 kamar besar dengan kamar mandi sendiri dan baru satu saja yang telah diisi olehnya dan Ari. Hari itu sampai malam kami isi dengan ngobrol di kamarnya menemani sang bayi yang baru bisa tidur. Sementara Ari menyelesaikan tugas-tugasnya sebagai dosen diruang kerja. Akhirnya aku menyarankannya istirahat. "Udah kamu istirahat dulu deh Va!" "He eh deh, lelah sekali hari ini aku! Kamu masih suka melek sampai malam?" "Iya nih!" "Itu ada banyak film di rak! Masih baru lho!" "OK deh! Sekali lagi selamat ya!" aku cium keningnya. Aku keluar kamar dan menutupnya perlahan. Ari bercelana pendek dan berkaos oblong baru saja keluar dari ruang kerjanya. "Mau tidur?" "Sebenarnya aku udah lelah, tapi mataku nggak bisa terpejam sebelum jam 2 malam nih! Katanya punya banyak film?" "Itu dirak, buka aja!" "OK!" Ari masuk kamar Iva. Aku pilih satu film, judulnya aku lupa, terus aku putar. Beberapa saat kemudian Ari keluar kamar dan tersenyum. "Masih dengan kebiasaan lama? Melek sampai malam!" "He eh nih!" "Gimana kabarnya Andy?" "Dua bulan lagi selesai tesisnya! Terus kami mau enikah, kalian datang ya!" "Oh pasti! Mau minum, aku buatin apa?" "Apa aja deh!" Sebentar kemudian Ari keluar dengan dua botol softdrink ditangannya. "Pembantu pada kelelahan nih! Jadi ini saja ya!" "Makasih!" aku ambil satu dan meminumnya langsung. Rasanya segar sekali, rasanya Medan panas sekali. "Kalo ada perlu aku lagi ngerjain proyek nih diruang kerja" ketika Ari beranjak sekilas aku melihat tatapan yang belum pernah aku lihat darinya. Sekilas saja. "OK, makasih!" Tak berapa lama aku melihat film itu, mataku ternyata nggak seperti biasa, tiba-tiba terasa berat sekali. Aku segera matikan player itu, berjalan kedepan keruang kerja Ari. "Don, aku tidur dulu deh! Udah tak matiin semua!" "OK deh, istirahat dulu ya!" Aku segera masuk kamar, menutup pintu, segera ganti baju dengan kaos tanpa bra dan celana pendek saja dan langsung ambruk diatas ranjang. Aku masih sempat mematikan lampu dan menggantinya dengan lampu tidur yang remang-remang. Aku langsung terlelap, saat itu mungkin sekitar pukul 1-an dinihari. ------------ Tak terasa berapa lama aku tidur, ketika aku merasakan sesuatu menindihku. Aku terbangun dan masih belum sadar ada apa, ketika seseorang menindihku dengan kuat. Nafasnya terasa hangat memburu diwajahku. Ketika sepenuhnya sadar aku tahu bahwa Ari sedang diatas tubuhku dan sedang menggeranyangiku dengan ganas, mengelus-elus pahaku dan mencoba mencium bibirku. Beberapa lama aku tidak tahu harus bagaimana. Jika aku berteriak, aku kasihan sama Iva, jika sampai dia tahu. Selain itu sosok Ari telah aku kenal dekat sehingga aku tak perlu menjerit untuk membuatnya tidak melakukan itu. "Ar, kamu apa-apaan?" kataku sambil mencoba mendorongnya dari tubuhku. "Bantulah aku Rat! Telah lama sekali!" sambil berkata begitu dia terus menggeranyangi tubuhku. Tangannya mendarat dengan mantap diatas payudaraku dan meremas-remasnya. Jika saja aku tadi masih memakai bra- ku mungkin rasanya akan lain. Tapi kali itu hanya kain kaos yang tipis saja yang memisahkannya dengan tangannya. Selain itu samar-samar aku rasakan sesuatu mengeras menimpa pahaku. Aku tidak asing lagi dengan benda itu. penisnya telah tegang penuh. "Ari.....!" dia mencoba menciumku. Entah antara ingin mengatakan sesuatu atau ingin menghindar aku malah menempatkan bibirku tepat dibibirnya. Yang terjadi kemudian aku malah membalas lumatannya yang ganas sekali. Beberapa lama itu dilakukannya, cukup untuk membuat puting susuku mengeras, yang aku yakin dirasakannya didadanya. "Kalo Iva tahu gimana dong?" "Ayolah sebentar saja tak akan membuatnya tahu!" Entah untuk mencari pembenaran atas keinginan terpendamku atau mencoba untuk terlihat tidak terlalu permisif akhirnya yang keluar dari mulutku adalah: "Ar.... Aku akan melakukannya untuk Iva!" Seperti bendungan jebol, Ari langsung kembali melumatku dengan ganas. Aku pun tampaknya memang telah terhanyut oleh perbuatannya, sehingga langsung membalas lumatan bibirnya. Tampaknya dalam hal beginian Andy lebih jagoan, dia bisa membuatku 'basah kuyup' hanya dengan ciumannya. Sedangkan Ari tampak tersengat ketika aku langsung membalas lumatan bibirnya dengan ganas. Beberapa lama kami melakukan itu lumatan-lumatan itu. Kemudian Ari bangkit dari atas tubuhku dan berlutut diantara pahaku. Dia kemudian menarik kaosku keatas tanpa melepasnya dari tubuhku sehingga payudaraku terbuka, terasa dingin oleh AC. Beberapa saat kemudian aku merasakan jemarinya kembali meremas-remasnya perlahan, bukan itu saja kemudian aku merasakan bibirnya mendarat dengan mulus memilin-milin putting susuku yang aku rasakan semakin mengeras. Tapi sebenarnya sebagian kecil tubuhku masih menolak perbuatannya itu, mengingat kedekatanku dengan Iva. Meski begitu sebagian besar lainnya tak bisa menolak rangsangan-rangsangan itu. Beberapa saat Ari bermain-main dengan puting dan gundukan payudaraku. Kemudian dia bangkit dan menarik lepas celana pendek dan celana dalamku. Dengan segera aku merasakan tangannya membuka kedua pahaku dan sebentar kemudian kau rasakan jemarinya menyapu permukaan vaginaku. Ujung-ujung jemarinya mengelus-elus klitorisku dengan cepat, cukup cepat untuk membuat rangsangan bagiku. Meski begitu tetap saja gelitikannya semakin merangsangku. Tak berapa lama dia kembali berhenti. Sekali lagi dalam hal per-foreplay-an ini Andy masih lebih baik dibandingkan Ari. Dalam keremangan aku melihatnya berdiri dan menarik celana pendek dan kaos oblongnya sehingga Ari akhirnya telanjang bulat. Justru disinilah nafsuku langsung naik dengan sangat cepat demi menyaksikan siluet tubuhnya didalam keremangan lampu tidur di kamar itu. Sesuatu ditengah tubuhnya langsung membakarku, penis yang sedang tegang dan tampak sedikit melengkung keatas. Bentuknya yang gemuk, panjang dan berkepala bonggol itu langsung menggelitikkan rasa terangsang yang amat sangat mengalir dari mata dengan cepat langsung menggetarkan selangkanganku. Aku segera saja merasa gelisah dan tak sabar. "Ar.... Kesini deh!" Dengan bertelanjang bulat, Ari berjalan mendekat kepadaku dan naik ranjang, langsung berlutut disamping tubuhku. Penisnya yang tegak itu tampak jauh lebih besar jika dilihat dari baliknya. "Ada apa Rat?" "Kadang-kadang aku punya impian yang bahkan Iva pun tak tahu apa itu?" "Apa coba?" "Jangan diketawain ya. Iva sering bercerita tentang ini! Dan kadang- kadang timbul keinginan untuk sekedar memandangnya" sambil berkata begitu aku raih penisnya itu dan aku genggam erat batang dan sebagian kepalanya sehingga seperti kalo lagi memegang persneling mobil. Ari tampak sedikit tergial ketika genggamanku mendarat mulus dibatang penisnya tanpa diduga-duga olehnya. Tubuhnya seperti terdorong kebelakang sedikit sehingga semakin mengangkat posisi penisnya dari posisi berlututnya. Beberapa saat aku merasakan kerasnya batang penisnya itu. Pantas sekali kalo Iva begitu membangga-banggakannya. Dan emang selisih tiga centi terasa sekali secara visual. "Nih udah, kamu boleh apain aja deh! Oh ya Iva udah cerita apa saja ke kamu?" "Banyak pokoknya!" "Kalo sama punya Andy?" "No comment deh!" nada bicaraku agak mendesah. Ari tersenyum dan bangkit dari sampingku terus membuka pahaku dan mulai mengambil posisi. Ketika bangkit aku melihat pinggulnya seperti bertangkai oleh cuatan batang penisnya itu. Dia memandangku sebentar, aku balas dengan pandangan yang sama. "Pelan-pelan ya Ar!" "Lho, udah pernah khan?" "Iya, tapi.........!" "Nggak segini ya?" Dia kembali tersenyum. Aku cuma tersenyum kecut demi ketahuan kalo punya Andy nggak sebesar punyanya. Perlahan-lahan Ari mengangkat kedua pahaku dan menyusupkan lututnya yang tertekuk dibawahnya sehingga ketika dia meletakkan pahaku kembali keduanya menumpang diatas paha atasnya yang penuh rambut. Dengan posisi seperti itu selangkangannya langsung berhadapan dengan selangkanganku yang agak mendongak keatas karena posisi pahaku. Aku hanya bisa menunggu seperti apakah rasanya. Aku merasakan perlahan-lahan Ari membuka gerumbulan jembutku yang rimbun dibawah sana dan beberapa saat kemudian sesuatu yang tumpul menggesek-gesek daging diantara gerumbulan itu dengan gerakan keatas dan kebawah menyapu seluruh permukaannya, dari klitoris sampai kelubang vaginaku. Rasa terangsangku segera memuncak kembali merasakan sensasi baru itu. "Ayolah Ar, keburu bangun!" "Ini baru jam 3.15" "Iya siapa tahu?" Perlahan-lahan aku merasakan gesekan kepala penisnya tadi berhenti diarea dekat lubangku pas pada posisi membuka bibir-bibir labiaku sehingga langsung berhadapan dengan lubang dibawahnya itu. Sesaat kemudian sesuatu yang besar dan tumpul serta hangat menyodoknya perlahan-lahan. Tanpa hambatan yang terlalu kuat, kepalanya langsung masuk diikuti batangnya perlahan-lahan. Aku segera merasakan nikmat akibat gesekan urat-uratnya itu didinding lubang vaginaku. Sampai tahap ini sebenarnya rasanya nggak beda jauh dari punya Andy, yang walaupun nggak sepanjang punya Ari ini tapi cukup gemuk. Tapi semakin lama semakin lama tubuhku segera bereaksi lain ketika batang itu mulai masuk semakin dalam. Dan ketika semuanya masuk kedalam, aku segera merasakan rasa nikmat yang amat sangat ketika ujung kepala batangnya itu mentok di dinding bagian dalam vaginaku. Aku segera mencari lengannya dan mencengkeramnya erat. Ari berhenti sesaat dan menarik nafas panjang sekali. "Rat.......! Ini yang kucari!" Ari berbisik perlahan sekali tapi cukup terdengar olehku. Aku tahu apa yang dimaksudnya. Sesuatu yang sanggup menelan semua panjang batangnya itu! Ari nggak segera bergerak tapi seperti menggeliat dalam tancapan penuh batang penisnya kedalam vaginaku itu. Tampaknya reaksi dari bagian yang belum pernah tertelan itu sangat mempengaruhi dirinya. Dia bahkan belum bergerak sampai sekian puluh detik kedepan, wajahnya tertunduk, kedua tangannya mencengkeram pinggulku, meraih-raih pantatku dan meremas-remasnya dengan ganas cenderung kasar. Dengan sedikit nakal, aku mencoba mengejan, mengkontraksikan otot-otot disekeliling selangkanganku. Meski terasa penuh oleh masuknya batang penisnya itu aku mulai bisa melakukan kontraksian itu dengan teratur. Tak terlihat tapi efeknya luar biasa. Aku merasakan kedua tangannya dengan liar memutar-mutar, meremas dan mencengkeram bongkahan pantatku, pastinya karena reaksi dari apa yang aku lakukan pada batangnya itu. Dia segera ambruk diatas tubuhku dan segera mengambil posisi genjot, kedua tangannya diletakkan diantara dadaku, salah satunya menyangkutkan paha kananku sehingga mengangkat selangkanganku keatas sedangkan paha kiriku otomatis terangkat sendiri. Paha kanannya masih tertekuk sedangkan kaki kirinya diluruskannya kebawah sehingga mempertegas sudut tusukan penisnya divaginaku. Dia mulai mencabut penisnya yang beberapa lama tadi masih tertancap penuh didalam tubuhku dan belum sampai tiga perempat panjang batangnya keluar, dia langsung menghunjamkannya dengan kuat kebawah sehingga menekan kuat area ujung rahimku. Kemudian ditariknya lagi dan ditusukkannya kembali. Mulailah terasa beda pengaruh panjangnya terhadap kenikmatan yang kurasakan. Hal ini mungkin dikarenakan bidang gesekan satu arahnya yang panjang dan lebih lama sehingga mengalirkan kenikmatan yang lebih kuat pula. "Arrr.....! Jangan kuat-kuat .....!" tapi sebenarnya aku sangat menikmatinya. Ari tampaknya tak perduli, dia terus saja bergerak-gerak dengan kuat dan semakin cepat. "OOOhhhh..... Rat..... Ratih!!!!" dia terus menggenjot dan tak terasa begitu cepat 5 menitnya yang pertama terlewati dan dia masih tangguh saja memompa vaginaku. Benar kata Iva. Sepagi itu tak ada seorang pun yang bangun dan terjaga, tapi kami berdua malah sedang mencoba mendaki dengan alasan yang berbeda. Kalau Ari karena tak tahan menunggu Iva 'berfungsi' kembali sedangkan aku karena ingin saja. Sekitar sekian saat setelah 5 menitnya yang ketiga, aku jebol. Gesekan urat-urat penisnya itu meledakkan tubuhku dengan kuat sehingga membuatku menjepitkan pahaku ketubuhnya. Bukan itu saja senam yang teratur yang aku ikuti ternyata berguna pada saat itu. Pas puncaknya aku tahan kontraksi divaginaku dan sekuat tenaga aku pertahankan agar tidak segera meledak. Sesaat aku merasakan aliran arus balik ditubuhku tapi nggak lama jebol juga sehingga dibawah genjotan cepatnya aku merasakan tiba-tiba seperti melayang diangkasa luas tanpa batas. Tubuhku kaku, kejang, nafasku memburu dan keluar tertahan-tahan bersamaan dengan keluarnya bunyi-bunyian yang nggak jelas nadanya dari bibirku. "Ohhhhh...eeehhh....hmmmm... Ar.....yang kuat!!!" Mungkin gabungan antara suara dari bibirku dan mungkin cengkeraman-cengkeraman kuat dari dinding-dinding vaginaku, segera membuatnya bergerak cepat kuat dan sekali. Aku tidak pernah merasakan kekuatan sekuat dan setahan itu dari Andy. Tubuhku kejang sampai dia menyelesaikan 5 menitnya yang keempat dan masih terus bergerak mantap. Sampai orgasmeku mereda aku merasakan gerakannya semakin cepat dan kuat dan belum sampai pertengahan 5 menitnya yang kelima, Ari pun jebol juga. Posisi kami selama itu masih belum berubah, tapi pasketika dia mau menyelesaikan genjotan-genjotan terakhirnya dia menggerakkan tubuhku kekiri sehingga menggerakkan seluruh tubuhku miring kekiri dan paha kananku tepat menumpang diatas dadanya sedangkan paha kiriku berada diantara kedua pahanya. Ketika posisinya pas dia langsung bergerak cepat. Dalam posisi itu ternyata rasanya lain karena yang menggesek dinding lubang vaginaku pun dinding yang lain dari penisnya. Tapi orgasmeku yang pertama rasanya terlalu kuat untuk diulangi dalam waktu sedekat itu, sehingga meskipun rasanya memuncak lagi tapi ketika aku merasakan semprotan-semprotan panas seperti yang diceritakan Iva kepadaku itu aku belum bisa meraih orgasmeku yang kedua. "HOOOOhhh...HOOOOOH.....HOOOOO....Rat....Ratih!!!" Ari bergerak-gerak tak teratur dan hentakan-hentakannya ketika orgasme itu tampak liar dan ganas tapi terasa nikmat sekali bagiku. Aku memegangi kedua lengannya yang berkeringat sampai dia menyelesaikan orgasme itu. sesekali aku mengusap wajahnya dengan lembut. Beberapa lama tubuhku kaku karena posisi kaki-kakiku itu, sampai akhirnya dia ambruk disamping kiriku. Penisnya tercabut dengan cepat dan semuanya itu membuat posisi kembaliku agak terasa linu, terutama dipaha bagian dalamku. Kami terdiam dalam pikiran masing-masing. Aku terlentang sedangkan Ari tengkurap disampingku basah kuyup oleh keringat. Tiba-tiba terdengar bunyi sesuatu perlahan-lahan dari balik pintu kamar. Tiba-tiba Ari panik dan segera mengenakan celana pendek dan kaosnya. Penisnya meskipun sudah lemas tapi masih belum seluruhnya lemas sehingga tampak menggunduk dicelana pendeknya. Aku melirik jam, sudah hampir jam 4 pagi. Ari dengan sedikit tertatih-tatih berjalan perlahan tanpa suara kearah pintu kamarku, membukanya perlahan dan sebelum keluar sempat melihatku sejenak dan tersenyum. Tinggallah aku sendiri dikamarku dan aku mencari-cari celana pendekku dan segera mengenakannya. Aku terus menarik kaosku kebawah sehingga menutupi payudaraku yang pasti penuh pagutan-pagutan merah. Dan dengan sisa-sisa tenaga mencoba merapikan sprei yang terasa lembab ditanganku. Mungkin karena lelahnya aku kembali terlelap dan terbangun hampir jam 10.00-an pagi. Singkat kata hari itu aku selesaikan segala urusan di Medan. Rasanya tak ada dengan segala hal yang terjadi. Iva biasa-biasa saja tidak terlihat seperti curiga, bahkan wajah cerianya tampak sedih ketika pada hari ketiga aku terpaksa harus pamit untuk pulang. Ari mengantarku kebandara dan sebelum aku naik kepesawat sempat Ari mengucapkan terima kasih. Aku membalasnya dengan terima kasih juga sambil tak lupa tersenyum manis penuh arti. Sampai tiga bulan setelah aku meninggalkan Medan itu, tiba-tiba Iva mengirimiku email yang menyentakku, isinya begini: "Rat, sebenarnya aku nggak ingin menyinggung-nyinggung soal ini tapi akhirnya agar kamu tahu terpaksa deh aku ungkapin. Nggak tahu aku harus ngucapin terima kasih atau malah mencaci kamu. Kamu tega deh, disaat puncak kebahagianku kamu malah melakukannya dengan Ari. Aku tahu bukan kamu yang memulai, dan aku tahu sekali kamu nggak akan mau melakukannya jika tanpa sesuatu sebab. Sebenarnya aku kasihan juga sama Ari, bayangin hampir dua bulan terakhir sebelum aku melahirkan, dia nggak pernah melakukannya, meskipun hanya sekedar masturbasi. Belum lagi ditambah dua bulan setelah aku melahirkan aku masih belum bisa melayaninya. Dan aku nggak menyalahkannya jika akhirnya dia memintamu melakukannya. Dan jika akhirnya kamu terpaksa melayaninya, aku ucapin terima kasih telah menggantikanku. Mungkin itu aja deh Rat, yang perlu untuk kamu ketahui. Aku nggak tahu harus bagaimana tapi udah deh segalanya sudah terjadi, mohon jangan mengulanginya lagi ya! Please! Aku sudah omong-omong tentang ini sama Ari dan dia menangis habis- habisan menyesalinya. OK, udahan dulu ya. Bales ya secepatnya! Iva NB: sedikit nakal, kok sekarang Ari jadi ganas gitu sih? Kalo ini karena kamu makasih ya! Terakhir, how good he is? Hi..hi..hi Don't worry I'm still your friend." Berhari-hari setelah itu aku kebingungan mempertimbangkan apa yang harus aku lakukan terhadap ini, sampai akhirnya aku harus menjawab juga. "Iva sayang, hanya maaf yang bisa aku mohonkan kekamu. Aku nggak ingin membela diri, aku salah dan aku janjikan itu nggak akan terulang lagi. Jika ada yang bisa aku lakukan untuk menebusnya? Katakan saja kepadaku!. Aku nggak punya lagi kata- kata apapun, jadi sekali lagi maaf ya!" Ratih NB: tentang yang ganas-ganas itu aku nggak tahu tanya aja sama dia, tapi kalo tentang pertanyaan yang kedua, jawabannya secara jujur ya iya. Mohon maaf sekali lagi!" Email balasanku itu pagi terkirim, sorenya langsung dibalas dan isinya: "Ratih, OK deh. Meskipun agak sakit, kita kubur jauh-jauh peristiwa itu. Kapan kamu menikah? Kabarin lho! Aku punya ide (agak liar), supaya setimpal, gimana kalo nanti pas kamu mengalami saat-saat yang sama kayak aku, boleh dong aku 'mbantuin' Andy? HEE...HEEE...HEEE (gambar tengkorak lagi ketawa!) Iva Nah lo! Akhirnya memang begitu yang terjadi setahun kemudian, jadi kedudukanku dengan Iva menjadi 1-1.
Asisten Gue
Setelah lama gue bekerja di perusahaan tempat gue bekerja, gue rasa tugas gue mulai berat, dan emang tugas gue yang numpuk engga kunjung kelar-kelar, ya akhirnya gue putusin untuk minta asisten baru yang bisa bantu gue. Setelah gue ngelapor ke atasan gue ternyata atasan gue setuju, dan kata asisten gue kalo bisa cari yang bagus biar bisa diajak untuk ngelobi ke perusahaan lain. Setelah gue muat iklan diharian kompas, engga disangka lamaran-lamaran yang dateng banyak, ya ’.setelah dipilih ada 4 orang mereka itu lulusan dari sekolah sekretaris yang dikatakan terkenal. Emang sih mereka masih fresh graduate, tapi meliat hasil tes-tes yang gue kasih beserta wawancara sisa dua orang yang molos, siska sama yayah dan yang bikin gue bingung setelah nawar gaji mereka minta standar yang sama, engga ada yang minta gajinya miringan dikit. Dan setelah gue ajukan ke kepala bagian gue, ternyata kepala bagian gue pusing dan dia bilang gini ’gimana kalo kita bagi aja seorang satu? Cocok? ’´ ’cocok deh pak ’´ saut gue. Hari pertama mereka dateng dan langsung gue bagi tugasnya. Yang untungnya mereka itu tanggap.akhirnya siska buat atasan gue, dan yayah buat gue, oya sedikit tentang yayah, tingginya ampir setinggi gue (gue 186 cm), ya mungkin dia 170-an, bodinya yang engga tahan. Bohai banget. Seperti biasanya gue pulang memang agak sore (office hour abis jam 5 teng), yayah dah gelisah pengen pamit pulang tapi gue masih aja berkutat sama laporan gue. ’Yayah kalo udah mo pulang duluan aja ’´ engga apa-apa kan sekarang dah jam 5 lewat 20, entar ketinggalan kereta lho lagian dah mendung kalo ujan kan entar kebasahan.. ’´ kata gue sambil nyegir. ’´Iya pak ’´, sambil berkemas dan engga sengaja pulpennya jatuh dan dia memungutnya, otomatis dari posisi dukuk dia berputer roknya tersingkap, dan engga sengaja gue ngeliat, wah emang bener kerawat sampe ke ujung pahanya begitu pula dengan dengan segitiganya yang bewarna putih (berarti cd-nya warna putih..he..he ’he..) dan sambil memungut pulpen dia nunduk dan serta merta dia menutup bajunya yang otomatis terliat kalo nunduk ’. ’´yah, lain kali pake bajunya yang ketutup aja biar engga repot ’’´ kataku ’. ’´Engga pak, saya justru engga seneng pake baju yang kerahnya terlalu tertutup ’´ katanya sambil nyengir, karena tau maksud saya ngomong. Tak la! ma yayah pergi, dan gue terus bekerja ’.. Hari-hari berlalu, dan emang tiap abis bulan gue sibuknya engga ketolongan, waktu udah menunjukkan jam 6 sore, yayah juga masih keliatan sibuk, gue coba untuk istirahat sebentar. ’yayah istirahat dulu, atau kalo dah cape buat besok aja kerjaannya ’´, kata gue serius, dan engga lama seperti biasanya gue buka email gue, beserta web ccs tercinta ’..dan ’. ’´ada cerita baru pak? ’´ Tanya yayah, buseet gue kaget tiga per-empat mati (bukan setengah lagi), ’´cerita apa?, cerita dari wiro, emang kamu tau? ’´, Tanya gue sambil nyengir malu ’ya cerita apa lagi, maap ya pak, saya kan yang biasa nyalain komputer bapak, dan ternyata setelah saya liat di folder favorite-nya bapak ada tulisan ccs- temen santai, dan setelah saya buka, dan baca ceritanya emang asik punya, tapi sayangnya ’? ’´, ’³sayangnya apa ? ’´ kata gue, ’iya setelah baca pagi-pagi terkadang banjir, dan saya harus cebok deh pak, kan engga enak, dan terkadang saya dah pake pembalut biar engga basah ke cd saya, dan yang bikin saya bangga ada!
Nama bapak di webnya wiro ’´ katanya sambil mendekat ke arah komputer, ’³kamu tuh bisa aja ’..lancang ya! ’´ kata gue sambil menepok pantatnya (sekalian mancing sih) ’emang enak pak, baca doang? ’´ katanya yayah sambil terus mendekat ke pc dan sambil mengklik salah satu cerita ccs. ’ ya kalo engga ada penyaluran swalayan aja, dulu ada sih tapi sekarang dia di sby ’´ kata gue ’ tapi ’’kalo emang kamu mau bantuin sih boleh juga ’´ kata gue sambil terus meliat ke pc. ’´boleh pak siapa takut, tapi abis itu, saya punya bapak juga mainin yah ’, engga usah kuatir, meskipun saya dah engga perawan, tapi alasannya bukan karena ditusuk loe, tapi karena onani yang engga bener caranya, jadi pernah bedarah, dan setelah itu kalo emang lagi butuh, ya ’.pake jari aja..! ’´ Engga lama dari itu gue mulai meremas pantatnya, dan tangan gue terus menjelajah sampai belahan depannya. ’enak engga ’? ’´ Tanya gue sambil berbisik dan menggigit telinganya . ’ya enak sih, tapi saya minta dilayanin duluan ya pa, dah engga tahan ’´ bisik yayah seraya membuka stoking dan membuka celana dalamnya. Ternyata memek yayah dah banjir, dan udah ampe ngebasahin cd-nya, ’pak jilet pak, ’..shh ’’..sh ’’..terus pak ’. ´ dessah yayah, seraya ia membuka bajunya dan sekarang tinggal bhnya, gue terus ngejiletin memek yayah yang engga bisa diem, jadi terkadang idung gue kejeduk memeknya. Setelah 5 menitan gue jiletin memeknya, akhirnya dia minta gantian ’ giliran yayah udah, sekarang giliran bapak, ayo buka pak kok malu ’’´ bisik yayah sambil memijit peler gue yang dah engga karuan arahnya, gue ajak yayah untuk duduk di kursi tamu gue, dan engga lupa tutupin gorden serta mengunci pintu. Pertama gue cooption bhnya yayah, sambil cipokan gue ngeraba putting susunya yang dah menegang, sam! bil gue mencari kaitannya, dan oh ’ternyata kaitannya didepan, dengan bantuan tangan yayah sekarang toket yayah, sudah terlihat dengan jelas, dan tak lupa gue mencium aroma bh yayah, yang bertuliskan triumph 36c emang cukup besar toketnya yayah, langsung aja gue isep putting susunya seraya lidah gue menari-nari diatas putting susunya, dan tangan gue yang satu lagi gue belai-belai sambil meraba putingnya. Desahan yayah membuat napsu gue engga terbendung lagi, ’´sh ’ayo pak, jilet yang kuat ’´, rintih yayah. secara bergantian putting susu yayah gue jiletin kiri dan kanan, dan setelah merasa bosen gue langsung aja mendekap yayah dan mendorongnya ke arah peler gue ’ayo yah, isep yang asik, sh sh ’´ gue mendesah nikmat emang enak bener, peler gue dijlet terkadang sampe masuk ke tenggorokannya, bener-bener enak ’´ karena yayah dah engga tahan lagi, dia minta gaya 69, ya gue turutin aja, dan sekitar 4 menitan gue mulai merasa ada sesuatu yang pengen keluar ’.. ’´aduh yah ’..dah mau keluar nih ’.buruan tarik ’´. Kata gue memelas. ’´ayo dong pak, dikit lagi yayah juga pengen keluar ’kita barengan ya ’. ’´kata yayah sembari memasukan peler gue kedalam mulutnya ’´cret ’..crett ’´gue muntahin peju gue didalem mulut yayah. Dan dengan tenang yayah ngejiletnya sampe bersih. ’³engga risih, kamu ngejilet peju saya ’´, Tanya gue sambil mengelus kepalanya yayah. ’³katanya sih buat awet muda, tapi kalo engga sih engga apa-apa, palingan sakit perut ’.oya jadi engga enak nih, saya dilayanin 2 kali sedangkan bapak cuma sekali ’´katanya sambil nyengir, ngga lama sesudah itu gue ditindih sama yayah dan kita cipokan cukup lama, dan lama-kelamaan peler gue bangun lagi. Wah bahaya nih ’segera gue menyudahi acara tersebut agar tidak berlarut lama di kantor. ’´ Yah, dah dulu deh dah malem nih, mendingan kamu ambil tisu untuk bersih-bersih ’ kata gue sambil bangun, waktu dah menunjukan jam ½ 8 malem, dan gue anterin yayah balik kerumahnya. temen-temen ccs tercinta, itu sebagian pengalaman gue sama karyawati gue yang baru, semenjak kejadian itu, yayah tambah rajin untuk men-down-load surat/milis ccs dan kami sering pergi apalagi kalo ada meeting diluar kota gue selalu membawa asisten gue yayah, gue janji akan gue terusin ni cerita soalnya sampe sekarang ini hubungan gue sama yayah makin asik.
ASISTEN MUDA YANG IMUT
Saya seorang karyawan di Bank yang ada di kampus (di sebuah universitas). Saya mempunyai pengalaman yang tak akan saya lupakan. Saya telah menyetubuhi seorang asisten dosen wanita. Jika dilihat, diri saya juga nggak kalah dengan mahasiswa di kampus ini. Saya juga masih muda dan berbadan tegap. Saya memang menyukai asisten dosen itu, saya memang suka dengan wanita yang agak kurus, tinggi, tetapi secara proporsional "lengkap" baik ukuran payudara maupun pantatnya. Pantatnya tidak terlalu besar namun sesuai dengan pinggangnya, wajahnya seperti anak-anak, namun menunjukkan kecerdasan, dan kecerdasannya itulah yang membuatku cukup bernafsu untuk memberinya kepuasan dan membuatnya lemas dalam kepuasan.

Ceritanya begini. Sewaktu itu saya pulang kerja pada jam lima sore, saya lihat dia sedang menunggu hujan agak mereda pada hari itu, kita mengobrol karena dia dan aku searah. Saya ditawari untuk ikut serta dengan mobilnya. Di mobil kami bercerita tentang segala macam. Saya merasa ingin sekali bercerita terus. Singkat cerita mobil yang membawa kami telah tiba di sebuah perempatan di mana saya harus turun, tetapi di luar masih hujan, dia memaksa untuk dapat mengantarkan saya sampai rumah karena jaraknya agak dekat. Tiba di rumah saya menawarkannya untuk masuk, dia akhirnya mau dengan keperluan untuk meminjam kamar kecil yang kemudian saya mengetahuinya digunakan untuk mengganti panty shield.

Singkat cerita, mungkin setelah tertarik kami saling bertatap-tatapan di depan kamar mandi setelah dia selesai dari kamar mandi, aku langsung menerjang bibirnya. Kuhisap mulut dan bibirnya yang lembut, tercium aroma tubuhnya white musk, tanganku bergerak merangkulnya dia memegang bahu dan otot bisep dan trisepku. Rupanya dia juga tertarik dengan tubuhku yang atletis, karena rambutnya sebatas leher, kusibakkan rambutnya ke belakang sehingga bisa kulihat belakang kupingnya dan tengkuknya. Lalu kutarik perlahan hisapan mulutku pada bibirnya, dia menampar lalu kucium leher pada bagian bawah lehernya. Rupanya dia sungguh menikmatinya. Perlahan jari-jemarinya membuka kancing bajuku lalu tangannya masuk di sela-sela dan mengelus dadaku, terasa jantung dan darahku mendesir, sementara keadaan di luar rumah hujan dan dingin.

Tangan kananku mencoba mencari ritsluiting roknya di bagian belakang roknya. Setelah kutemukan, kuturunkan perlahan, tangan kirinya kemudian memegang tanganku sebagai tanda tak setuju. Tetapi karena itu kupindahkan lagi bibirku untuk kembali mencium dalam-dalam bibirnya yang tipis itu. Nafas menderu dan berdesah, sementara semakin rapat saja payudaranya menekan dadaku. Kali ini berhasil kuturunkan ritsluiting roknya, kemudian ia melangkahi keluar dari lingkaran roknya yang telah turun ke lantai.

Lama juga aku mencium gadis ini, mungkin ada hampir 3 sampai 10 menit kemudian aku menatap matanya. Tak ada keraguan dari dirinya, kemudian kuangkat dan kugendong dia ke kamar, sampai di kamar kutaruh dia perlahan ke tempat tidur. Sementara kuturunkan celana panjangku. Kupeluk dia, kucium rambutnya sementara kubuka baju kemudian kaus dalamnya, kulihat kulitnya putih sekali. Kemudian ia mengisyaratkan aku untuk menggunakan kondom, tetapi aku tidak punya, kemudian ia menepuk pipiku dan menarik pipiku sampai mulutku monyong. "Gue nggak mau resiko, dasar anak nakal," kemudian dia keluar kamar sambil hanya mengenakan pakaian dalam. Kemudian dia kembali sudah membawa beberapa kondom yang salah satunya sudah dia buka dengan cara digigit di depanku. Kemudian dia duduk di pahaku, sementara aku sudah telentang.

Dia mengamati bentuk penisku yang agak kentara, karena sudah agak mengeras di dalam celana dalam. Dia memainkan kuku telunjuknya mengikuti bentuknya dan mengelusnya perlahan. Sementara aku menarik CD-ku agak turun. Sehingga kini tegaklah penisku dengan perkasa dan ia tertawa melihatnya. Dia memegang batang penisku dengan tangan kirinya dan mengelus-elusnya perlahan. Aliran darah menuju penisku semakin bertambah tegangnya, sehingga terlihat urat-urat di sekitar batangnya. Lalu tanganku ditariknya untuk memegang penisku sementara dia memasangi kondom itu dengan kedua tangannya. Maklum penisku diameternya hampir sama dengan botol Aqua Rp 1000-an, namun panjangnya hampir sama dengan botol Aqua yang Rp 1500-an. Akhirnya usaha untuk memasukkan kondom itu berhasil lalu dia bergerak maju dan agak berdiri setengah jongkok. Kemudian aku mengarahkan kepala penisku yang terselaputi itu ke arah lubang vaginanya. Dia tidak membuka celana dalamnya, dia hanya menyampingkan sedikit bagian bawah celananya, tetapi dia menarik panty shield-nya dan membuangnya ke lantai. Dia turun sedikit sehingga kepala penisku terbenam pada bagian kemaluannya. Agaknya dia berteriak tertahan dan berdesis, "Sshh... ahkk," sepertinya memang agak rapat otot-otot kewanitaannya.

Dia bangun lalu menyuruhku untuk melakukan petting kembali. Tangannya menarik tanganku untuk meremas-remas payudaranya yang memang agak kecil dan bila ia tiduran tambah tidak terlihat tetapi tetap saja membuatku bertambah nafsu melihat ekspresi wajahnya. Sementara kudekatkan wajahku untuk mencium bibir dan lehernya. Tangan kiriku bergerak turun ke balik celana dalamnya yang berwarna putih. Kuikuti alur garis bibir kemaluannya turun kemudian ke atas agak menyelip masuk sedikit ke dalam, kemudian naik ke atas agak di atas vaginanya. Kucari benjolan kecil yang kemudian dapat kusentuh-sentuh dan kugerak-gerakkan, seiring itu dia bergerak-gerak tanpa sengaja dia menggigit bibirku, aku menarik wajahku dengan reflek. Tanganku yang tadinya kugunakan untuk meraba payudaranya, kugunakan untuk menarik bibirku agar terlihat dengan mataku, "Sorry nggak sengaja," katanya.

Langsung saja kutarik celana dalamnya turun sampai ke betis, lalu kulihat bagaimana kemaluannya masih ditumbuhi bulu yang tidak terlalu lebat, halus namun merata. Lalu warna merah jambu bibir kemaluannya dengan bagian pantat yang tidak gemuk ia terlihat seperti anak-anak. Langsung saja kutindih tubuhnya namun kujaga agar ia tidak langsung kaget menerima beban tubuhku. Kepala penisku kuarahkan ke arah bagian kemaluannya, tetapi aku kembali menciumi bibirnya dengan bibirku yang agak berdarah. Agak asin kurasakan kini, waktu itu penisku tidak masuk melainkan kegesek di luar saja kemudian kuangkat pantatku dan kulebarkan pahanya.

Sementara tangan kananku meraih bantal dan kuletakkan dibawah pinggang Desy, (oh ya namanya Desy) sehingga agak terangkat. Kemudian kuarahkan masuk kepala penisku sedikit demi sedikit kurasakan hangatnya "di kedalaman". "Aakh... shh..." aku atau dia yang berdesis, aku sudah tidak ingat. Tak sampai penuh masuk, kutarik lagi penisku dan kulebarkan kembali pahanya dan kumasukkan kembali penisku dengan agak memaksa. "Oouch," ujarnya. Kutarik ke atas pantatku kemudian kubenamkan kembali penisku setelah beberapa kali terulang kutarik agak keluar dan kemudian kudesak sangat dalam sampai pangkal atau buah zakarku tertekan pada lubang duburnya.

Selama kejadian itu berlangsung tangan dia memelukku dengan erat namun seakan melemah ketika pinggangku kuangkat naik. Saling tarik nafas terjadi bagai sebuah kancah berebut oksigen sehingga beberapa menit kemudian desakan dari dalam tak bisa kutahan dan kulepaskan saja semuanya. Nafasku terengah-engah, putus-putus, tak lama kemudian aku merasakan rasa tolakan serta desakan yang kuat dari dalam vagina Desy. Keringat dingin terasa di tubuhku dan kejang-kejang serta ekspresi lain yang tak kuingat dan kulihat karena aku merem menyertai pada diri desy. "Ooohh... shh," kemudian dia memelukku erat walaupun terasa desakan dari dalam kuat tetap saja tak mampu mengeluarkan penisku, malah jadinya kutekan sekuatku ke dalam. Lalu tak terasa aku tertidur lemas sampai akhirnya ia menggeserku agar pindah dari atas tubuhnya. Penisku terangkat dan bersandar di pahanya. Kuberikan isyarat untuk mencopot kondomnya, ia kemudian melakukannya. Kupegang penisku dan kugerak-gerakkan, "Berani nggak?" kutanya. Begitu penis itu dipegangnya ia baru terkena di bibirnya dan terjilat sekali, dia kemudian muntah di lantai. "Pusing ah..." iya memang karena seharian kerja aku juga sempat kunang-kunang, setelah mencapai klimaks.

Singkatnya hubungan itu kami lanjutkan sampai sekarang, dan kita sama-sama memuaskan satu sama lain. Tetapi kasihan dia sepertinya capai. Akhirnya tetap saja kupandangi dengan suatu keinginan ke arah bagian belakang pantat mungilnya itu ketika ia berbalik arah untuk pergi.
ASISTEN SUTRADA PILEM MESUM
Elu-elu mesti pada mikir kalo maen pilem mesum itu gampang. Tinggal buka-buka, nyosor sana nyosor sini, tancep kancut, remes tetek, napas ngos-ngosan, muka meringis kayak orang begok, prot-prot-prot, kelar udah. Prakteknya kagak segampang itu loh. Gua kagak yakin kalao elu-elu penggemar Cerita-cerita Seru (CCS), termasuk bung Wiro deh, mampu jadi bintang pilem mesum propesional. Ini kejadian awal 90-an. Waktu itu gua kerja di perusahaan tekstil jalan T agak luar kota B. Temen gua paling deket itu tuh si Mur namanya. Om dia punya studio poto jalan A. Dia bikin pilem orang ulang taon, kawin, juga cewe-cewe model. Gua suka diajak ke poto studionya, liat cewe-cewe kece pake pakean keren pada dipotretin. Gua sama si om (om Dar) jadi akrab. Kita bertiga suka naik ke Lembang buat makan jagung. Setaon kemudian, si Mur pindah Surabaya. Suatu hari om Dar dateng ke tempat kos gua jalan BH (deket kampus P atas). Dianya butuh bantuan buat ngatur penerangan di poto studio. Si om mau bikin pilem mesum buat dijual ke Jakarta, atao kalo bisa dieskpor ke luar negeri. Peralatan sama kamar tinggal pake yang udah ada. Kalo kerja malem-malem, soalnya si om kagak mau pegawai lainnya tau. Por yor aes onli, kata dia pake bahasa bule logat sunda. Dia punya banyak contoh pilem mesum, tinggal dikopi aja gayanya. Gua sih mau-mau aja, itung-itung ngeliat orang ngentot gratis. Artis cowonya kita pake si Agus, pegawai poto kopi jalan M. Orangnya emang cakep, miripan dikit sama Rano Karno. Dia pernah bilang kalo pantat dia kagak kalah padet sama punya Mekel Doglas (pilem Besik Insting). Ngakunya sih pleboi cap kampak, kagak tau berapa cewe yang udah ditidurin sama dia. Artis cewenya kita pake perek kelas ekonomi, maklum anggaran terbatas nih. Elu kalo lewat hotel P malem-malem, pasti ketemu sama bapak-bapak yang suka berdiri di perempatan. Manajer perek, ceritanya. Elu tinggal liatin mukanya dari dalem mobil, langsung tanggap tuh si bapak. Dianya langsung mesem-mesem sambil ngacungin telunjuknya. Kita jadi langganan tetapnya si bapak. Cewenya ganti-ganti terus. Seneng banget tuh si Agus, kan si om yang bayarin. Gua sih cuman bisa ngelanjor (=ngelamun jorok), paling banter ngeloco lah! Butuh banyak latihan loh sebelom bisa jadi mahir. Kagak gampang buka-buka pakean sambil dipelototin orang lain, apalagi di depan kamera. Belom lagi itu lampu panas banget, belom apa-apa udah keringetan. Gua agak kesulitan juga ngatur lampunya. Harus konstan dan ngikutin gerak kamera. Beberapa kali si om harus tereak-tereak sebelom gua bisa ngerti yg bener itu kaya bagemana. Ampat sampe lima suting pertama praktis gagal total. Abis artisnya suka ngeliat kalo kagak ke kamera ya ke kita-kita terus. Jangan liat kamera Gus, kata si Om. Iya deh, jawab si Agus sambil ngeliat ke si om, he..he..dasar culon beneran. Terus si om kasih instruksi, masukinnya dari belakang, remes toketnya, goyang pelan-pelan. Dia kagak sadar kalo nganggukin kepalanya. Cewenya juga kagak kalah begoknya. Udah disuruh pelan-pelan kok masih banter sih, katanya protes di muka kamera. Paling konyol waktu ampir sampe puncak, si cowo kan biasanya nyemprotin pejuhnya di luar. Si Agus keenakan goyang sampe kelupaan. Udah keluar om, katanya sambil cengar-cengir. Si cewek nambahin, iya saya juga kerasa kok, jawabnya sambil ngeliat ke dia. Ini sih namanya gagal total! Tapi lama-kelamaan si Agus jadi mahir juga. Gerakannya mulai natural, kagak keliatan kalo ada yang kasih perintah. Perubahan posisi dari yang satu ke yang lain keliatan mulus, kaya senam pagi Indonesia indah aja. Si om demen banget sama gaya si Agus. Goyangan pinggulnya pantes buat dipilem. Kali dia suka latihan amen holahop. Gua jadi apal sama Agus punya kancut. Kagak terlalu gede tapi item panjang, persis selot pintu pagar gua. Jembutnya kasar. Gua bisa tau soalnya ada salah satu cewe yg komplen ke kita-kita. Serut dulu tuh rambutnya, katanya. Eloh, nanti malah tambah kasar kalo tumbuh, kata gua. Eh, elu tau kagak kalo orang lagi ngentot itu kadang-kadang bunyi loh. Kecepak-kecepok, persis anak kecil lagi lari-lari waktu ujan deras. Beda banget dibandingkan sama nonton pilem be-ep, ini mah tiga dimensi. Kagak cuma suara yang kedengeran natural, tapi sampe ke bau-baunya segala. Persis bau celana dalam elu kalo lupa kagak dicuci 1 minggu. Cewenya yang susah ngelatihnya, kan ganti-ganti terus orangnya. Si om harus kasih perintah ini-itu. Ayo tuh bibirnya dibikin merangsang dong. Pinggulnya yang aktip, jangan pasip kaya karung beras. Tapi ada juga yang mahir, kayanya udah biasa dipoto atao dipilem. Goyang pinggulnya mantep banget, persis penyanyi dangdut anak buahnya Edi Sud. Si Agus yang lagi telentang di bawah jadi kewalahan, mulutnya monyong peris nyemot, geli banget kali kancutnya. Tangannya remes-remes toketnya si cewe. Waktu keluar, pejuhnya nyemprot ke atas banter banget kaya iklan jamu air mancur, sampe ampir mau kena mukanya sendiri. Kalo sutingnya udah kelar, baru suaranya diisi. Gampang kok, tinggal diisi suara-suara napas cowo sama cewe. Kadang tanpa suara, diganti musik orang main sulap / sirkus. Sebenernya musik roknya Ase-Dese juga boleh, kan kata-katanya kasar semua. Kalo kagak nyumpahin orang sama tuhan, ya nyeritain soal orang ngentot. Sayangnya si om kagak setuju, terlalu jorok, katanya. Sok alim juga nih si om, pikir gua. Lama-kelamaan si Agus jadi tambah ngesok. Kali dia tau kalo dibutuhin sama kita-kita. Waktu sutingnya udah kelar, dia terus deketin si om. Om, itu kakinya si neng jelek, kukunya kotor, masak gua disuruh jilatin. Rugel deh, tambahnya. Lah maunya apa, tanya om Dar. Yaaah, kasih cewek yg agak mendingan dong om. Mahasiswi, anak SMA, apa sekretaris gitu lah. Kalo bisa yang putih, biar lebih semangat, tambahnya. Wah, gua pikir ini orang anjis beneran, udah dikasih Pitsa Hat masih minta Mek Danel. Tapi kalo gua mau jujur, cewenya emang kurang meyakinkan. Buat dientotin sih boleh, kan gratis, buat dipilem mah lain lagi. Ibarat elu pergi kuliah naik bemo, boleh lah. Tapi kalo keluar sama cewe elu ke pesta naik kendaraan butut kan malu diliat banyak orang, tul gak? Konyolnya, si cewe denger omongan kita, kontan aja jadi ngambek. Biar jelek-jelek gini gua cari napkah, katanya. Terus dia cerita kesana-kesini soal adiknya yang butuh biaya sekolah, orangtuanya yang tinggal di desa, sampe-sampe ngomongin soal pancasila segala. Dasar ngocol beneran! Abis pikir-pikir, akirnya si om setuju. Kali lain kita pake cewe yang lebih bagusan. Kita bisa dapetin anak akademi jalan S. Ini sekolah emang terkenal kece cewenya. Cewe yang kita sewa kece banget. Bodinya bagus, kulitnya putih bersih, keturunan Sunda campur Cina kali, soalnya matanya agak sipit. Gua jadi penasaran apa itu memek juga sipit. Awalnya dia minta si Agus pake kondom. Kontan si Agus mukanya langsung jadi asem. Soalnya dia pernah bilang, kalo pake kondom itu kaya orang makan nasi goreng tapi lidahnya dibungkus plastik. Kagak kena rasa gurihnya. Untungnya si om berhasil bujukin si cewe buat kagak usah pake kondom. Kali ini kita bikin cerita mesum yang ada skenarionya. Si Agus ceritanya sopir ganteng. Si neng jadi majikan, kesepian di rumah, misoanya pergi luar kota terus. Pokoknya diakur-akurin deh! Ceritanya si neng lagi nonton tipi di sopa. Si Agus dateng nanyain soal uang bensin. Nggak ada duit, kata si neng sambil liat tipi terus. Gua kagak bisa ke kantor pos buat ambil paket, kata si sopir. Ambil paketnya nanti saja, liat tipi dulu, balas si neng. Oke-lah, kata si sopir sambil duduk di deket kakinya neng. Abis gitu tangannya mulai raba-raba telapak kaki, betis, terus ke paha. Si neng cuek aja sambil nonton tipi terus. Namanya aja pilem mesum, jangan dipake logika lah! Celana dalem si cewe terus dipelorotin. Gua masih inget itu celda item garis-garis putih kaya punggung sebra. Paha sama pantatnya keliatan putih mulus montok, diremes-remes abis-abisan sama Agus. Bangsat, ini sih persis bik Yem kalo lagi bikin adonan kue. Ayo mukanya yang merangsang, perintah si om waktu si Agus mulai jilatin memeknya si neng. Seruput-seruput bunyinya, nikmat dan saru. Waktu si cewe dibikin telanjang di atas sopa, baru sadar gua kalo itu badan putih mulus banget. Si cewe makin keliatan cakep aja, persis bintang pilem pideo silat Memanah Burung Kondor (bukan Kontol, elu-elu emang jorok sih!). Bedanya kalo di pideo dia pake pakean silat, kali ini dia telanjang bulat. Si Agus juga udah lepas-lepas cuman tinggal pake jaket kulit alamiah aja. Kontolnya terus diarahin ke cimek sambil mulutnya cipokin bibirnya si neng. Gila juga pikir gua, ini orang udah aja langsung apal mana lubangnya, kagak perlu ngeliat lagi. Istilahnya si om, rudal saed winder (penjejak panas), wuuss, langsung aja nyoblos. Istilah gua sih, hol in wan. Abis gitu dia mainnya lugas. Semua anggota tubuh menyerang, kalo maen bola ini sih namanya total putbal. Si cewe bertahan mati-matian biar kagak jatuh dari sopa. Pertahanan gerendel ceritanya. Bedanya sama tim Itali, ini cewe kebobolan sejak menit pertama. Gua masih ingat kancut punya Agus keluar masuk memek kaya piston motor gua. Jembutnya cewe agak lebat, jadi kalo diliat dari atas, nempel-lepas-nempel-lepas sama punya Agus. Ngaceng kancut gua deh! Si cewe juga semangat gerakannya, lumayan bisa ngimbaingin lah. Teteknya muter-muter ke segala penjuru mata angin. Si om keliatan puas, ayo sepong terus pentilnya Gus. Ini baru pilem mesum, katanya mantap. Abis gitu si Agus nyemprotin pejuhnya ke muka si neng. Kental kaya jenang, baunya kemana-mana lagi. Dasar anjis beneran! Sayangnya selama ini judul pilemnya termasuk konserpatip alias kuno, misalnya: Di Balik Kelambu, Sopir Ganteng, Ditipu Dukun Cabul, Tante Kost Girang, dan laen-laen. Ini mungkin sebabnya pilem kita jadi kurang laku di pasaran. Gua sebenernya pernah kasih usul judul pilem yang lebih menarik: Serangan Fajar, Enam Jam di Jogja Satu Jam di Sorga, Pertemuan KMB: Kontol Memek Beradu, Suka Perawan Sebelah Kamar (Supersemar), Mbak Tutut Pelayan Seksi, Cewek Bandung Berhiber (Berbulu Hitam Berlubang), Maju Tak Gentar, Suster BKKBN: Bikin Kepala Kontol Babe Ngaceng, dan laen-laen. Kalo orang liat judulnya, ini pilem ditanggung pasti laku keras, kata gua. Sayangnya si om kagak mau. Elu jangan macem-macem ah, nanti gua dicekal, katanya (ini kejadian masih jamannya Orba). Kalo kagak salah ada selusin pilem mesum yang kita bikin sebelom gua pindah ke Jakarta. Abis gitu gua kagak pernah ketemu sama si om lagi. Moga-moga aja dia kagak pernah urusan sama polisi. Gua juga pengin tau nasibnya si Agus. Mungkin aja loh dia udah jadi bintang be-ep internasional. Atau jadi simpenannya tante-tante girang juga kagak ada ruginya kok. udahan kencing dulu sana kamu...yang pada baca....
basori...ojo sui-sui mocone yo...
ASMARA CEWEK BEIJING
Tentunya para pembaca 17tahun.com sudah mengenal saya lewat cerita-cerita saya yang sebelumnya. Saya adalah Joe Chan yang kalian kenal lewat KISAH KASIH mIRC, dan PENGALAMAN PETUGAS ASURANSI. Sekarang saya akan menceritakan pengalaman nyata saya lewat kisah saya di Beijing.
Cerita ini bermula sebelum saya mengenal Inge (ingat cerita KISAH KASIH mIRC), saat itu adalah saat bersama saya berada di Beijing. Beijing sungguh kota yang sangat indah tetapi saat itu musim dingin, jadinya saya memakai baju tebal supaya saya tidak merasa kedinginan.
Saat itu adalah hari ke 2 saya berada di Beijing dan saya sudah mengetahui tempat makan, tempat jalan dan saya sudah mencoba naik bis di kota Beijing. Saya sempat tergiur melihat cewek-cewek Beijing yang berlalu lalang di dalam sekolah tempat saya belajar bahasa Mandarin. Seandainya bahasa Mandarin saya sudah bagus, tentunya saya bisa berkenalan dengan mereka. Saat itu saya belum mengenal siapa-siapa selain agen perjalanan yang mengatur di mana saya tinggal dan di mana saya akan mendapatkan pendidikan bahasa Mandarin. Karena tidak ada kerjaan, saya berjalan-jalan di aula sekolah tersebut dan saya melihat sepucuk kertas kecil berisikan nama dan nomor telepon yang menempel di sebuah papan pengumuman. Kertas itu bertuliskan dalam bahasa Inggris sehingga saya dapat membacanya dengan jelas. Pemilik kertas itu bernama Zhang Jing Jing atau Crystal (ini adalah nama asli dia, tetapi tidak usah diedit supaya lebih asyik dan menarik).
Setelah hari berganti senja, saya memberanikan mencoba menelpon Zhang Jing Jing atau Crystal. Dengan bermodalkan bahasa mandarin saya yang pas-pasan dan bahasa Inggris, saya mengutarakan maksud saya untuk belajar bahasa Mandarin dan saya akan membayar dia untuk menjadi guru private saya. Dia menawarkan diri untuk mengajar saya bahasa mandarin dengan biaya 10 RMB (Rp 8,000) per 1 jam. Setelah saya setuju dengan harga, dia menawarkan supaya saya datang ke rumah dia keeesokan harinya karena kebetulan dia tidak ada kelas dan saya juga belum mulai sekolahnya.
Tibalah saat waktu les dengan Crystal, saya mandi, makan dan merapikan diri. Setelah semuanya selesai, saya membawa buku tulis dan buku cetak beserta alat tulis ke tempat Crystal. Untuk menemukan tempat crystal karena saya masih baru sekali di Beijing, saya bertanya letak tempat dia kepada orang-orang sekitar dengan menggunakan bahasa Inggris dan bahasa Mandarin jika mereka tidak mengerti bahasa Inggris. Akhirnya setelah berapa lama, saya dapat menemukannya. Setibanya di depan pintu kamar Zhang Jing Jing, saya mengetuk pintu kamar dia dan tak lama, seorang gadis bermata sipit yang memiliki tubuh yang bahenol dan berambut panjang membukakan pintu. Wajahnya cantik sekali karena terlihat tidak ada noda atau jerawat di wajahnya. Dengan gugup, saya memperkenalkan diri dengan bahasa Mandarin yang belepotan karena bahasa Inggris dia juga tidak terlalu bagus walaupun saya mengerti maksud dia kalau dia bicara bahasa Inggris.
Akhirnya masuklah saya ke dalam kamarnya yang sangat kecil itu. Saya sempat terperanjat ketika saya masuk dan melihat dia sedang asyik menonton sebuah VCD Cina porno. Terlihat di layar televisinya sepasang laki-laki dan cewek chinese yang sedang asyik berpelukan tanpa busana. Sempat terlintas di pikiran saya bahwa guru privat les saya ini sedang "horny". Setelah Crystal melihat saya memperhatikan layar televisi, dia buru-buru mematikan pesawat televisi dan mengajak saya duduk di ranjang sambil menanyakan apa yang saya ingin pelajari.
Setelah itu, saya mencoba bicara kepada dia. "Wo Yao Wen Ni (aku mau tanya nih)", tetapi karena saya melafalkan dengan nada yang salah, dia tersenyum kepada saya sambil mengecup bibir saya dengan bibirnya. Saya kaget bercampur senang dan menanyakan kenapa.
Dia menjelaskan bahwa saya barusan ngomong kalau saya mau cium dia, makanya dia suka saja karena dia bilang saya tampan seperti bekas pacarnya yang sudah meninggal karena kecelakaan di pesawat terbang.
Melihat gelagatnya yang menguntungkan buat saya, saya membalas ciuman bibirnya sambil tangan saya mengelus-elus payudara dia yang ternyata sudah mengeras dan mungkin saja akibat pengaruh VCD yang dia tonton di TV. Sambil terus memainkan tangan saya di dada Crystal, saya mengulum bibirnya dan saya sempat surprise karena dia mahir sekali memainkan lidahnya.
Beberapa menit kemudian, dia melepaskan ciumannya dan dia memberitahu arti kata "ciuman" di dalam bahasa Mandarin. Dia juga mengenalkan bagian tubuhnya dan tubuh saya dalam bahasa Mandarin. Saya hanya mengangguk sambil berusaha bertanya pada Crystal dengan menggunakan bahasa Mandarin. Setelah itu, saya menyuruhnya untuk berbaring dan saya mendekatkan mulut ke dalam vaginanya dan sebelum saya mencium vaginanya, saya menyuruh dia untuk ngomong kotor dalam bahasa Mandarin seandainya dia merasa nikmat walaupun saya cuma tahu sedikit kata kata kotor dalam bahasa Mandarin.
Kemudian, saya mencium klitorisnya dan memainkan lidah saya di klitoris cewek Beijing ini. Crystal merintih-rintih dengan penuh kenikmatan dan dia mulai mendesah-desah dan mengeluarkan bahasa "dewa"nya dan saya tahu bahwa dia sedang berbicara kotor karena merasakan kenikmatan yang maha dahsyat ini. "Slurppp", lidah saya terus merajalela menjelajahi lubang kenikmatan Crystal dan 15 menit kemudian, kepala saya dijepit dengan kuat oleh Crystal sehingga saya menjadi susah bernafas dan pada saat yang bersamaan, dia berteriak dan mengeluarkan bahasa Mandarin yang artinya, "Gue klimaksss.., sayy.." dan tubuh dia bergetar secara hebat.
Saya tidak puas dengan permainan ini walaupun saya tahu dia sudah puas, saya mulai mengeluarkan "burung" saya dari dalam CD dan saya mulai memasukkan penis saya di dalam vaginanya tanpa memberitahukan dia yang masih menikmati momen-momen kenikmatan itu. Saat saat memasukkan penis ke dalam vaginanya, dia kaget dan berteriak lirih dalam bahasa Mandarin yang artinya, "Joeee.., sakittt..", tapi aku diam saja dan terus memasukkan penis saya sampai kira-kira menyentuh rahimnya. Setelah sampai di ujung liang kenikmatannya, saya mencium bibirnya dan dia membalas ciuman saya dengan panas dan agresif dan tangan saya bermain-main dengan liarnya di payudaranya.
"Hmm.., Ahhh.., inii pertama kali saya main dengan orang Indonesia", katanya dalam bahasa Mandarin yang kadang-kadang bercampur dengan bahasa Inggris. Saya memainkan penis saya di dalam liang surgawinya, cukup lama sekitar 1 jam, tapi saya tahu bahwa dia sudah mencapai puncak surgawi sekitar 4 kali. Tetapi saya belum merasa puas (terus terang saya termasuk Hiperseks apalagi ini adalah kesempatan pertama kali bisa merasakan liang surgawi seorang gadis cina asli), saya meminta dia untuk membelakangi saya dan saya mulai memasukkan penis saya ke anusnya.
Tiba-tiba dia berteriak dengan penuh sensasi dan berkata, "Joe.., kamu adalah pria terhebat.., bahkan eks saya tidak bisa memuaskan saya begini banyak.., arghhh.., ohhh...", sambil menggoyang-goyangkan pantatnya yang membuat saya menjadi semakin nikmat.
Setelah beberapa lama, saya merasa tidak kuat lagi menahan kenikmatan ini dan saya mengeluarkan "senjata" saya dari anusnya dan menyuruh dia untuk menghisap penis saya. Saya sungguh kaget karena dia menyambut tawaran saya dengan senang hati dan saya tiduran sementara penis saya dihisap oleh Crystal dengan nafsunya. Dia menghisap hisap penis saya seperti anak kecil yang sedang mengemut permen loli atau ice cream. Makin lama dia menghisap, makin cepat hisapan dia yang membuat saya merasakan sensasi yang luar biasa dan di suatu waktu, saya mempercepat gerakan saya sehingga Crystal juga mempercepat hisapannya dan, "Arghhh..., gueeeee keluarrr.., crystalll", teriak saya dalam bahasa Mandarin dan di saat saya sedang bergetar hebat, saya bisa melihat sperma saya sedang memenuhi mulut Crystal dan setelah dia melepaskan penis saya dari mulutnya, saya melihat dia menelan sperma saya semuanya dan perasaan saya sungguh puas sekali dengan perlakuannya.
Akhirnya saya tidak jadi les privat karena sudah terlalu lama bercinta dengannya. Saya kecapaian dan tertidur sambil memeluk dia di atas dada saya. Sekali-kali saya mencium kening dan mulutnya dan dia membalasnya dengan mesra dan dia hanya berkata "Xie Xie.., Ni Hen Li Hai (Terima kasih, kamu hebat sekali)".
Sesudah kejadian ini, saya dan Crystal menjadi sangat akrab seperti orang pacaran walaupun kami tidak pacaran dan hubungan ini terputus karena dia akan pindah sekolah ke Guang Zhou untuk menemani nenek dan adiknya. Sewaktu dia akan pergi meninggalkan Beijing, saya menemani dia ke Airport dan kami berciuman dengan mesranya sebelum dia masuk ke pesawat untuk terbang ke Guang Zhow. Wo Zhen De Hen Xiang Ta (Aku benar benar merindukan dia.., terutama vaginanya yang asyik)

Aku tinggal di Jakarta waktu aku di terima untuk masuk ke Universitas Indonesia. Karena aku dari daerah, maka aku tinggal di rumah kost di Kelapa Gading. yang tinggal di sana perempuan semua, dan mereka panggil aku Mara, kependekan dari Tamara.
Kejadian ini pada siang hari waktu aku mendapat liburan pendek karena ada perbaikan komputer network di tempat aku kerja. bangun ku agak siang dan sehabis mandi aku bedaki badanku dgn bedak bayi Johnson dan aku cuma membelit kan handuk ku di pinggang. Tiba tiba pintu terbuka, dan Asri, anak ibu kost ku masuk dengan membawa pakaian bersih ku yang telah rapi terlipat. Asri kaget melihatku setengah telanjang. Dengan terbata bata dia berkata "Oh.... oh.. maaf kak, saya kira kakak pergi kerja....." dan dia terlihat tersipu sipu. Aku menenangkan dia "Nggak apa apa kok, tolong dong bedakin punggung mbak....., taruh aja pakaiannya di atas laci". Dengan agak ragu ragu, dia datang mendekat dan masih memandangi buah dadaku yang hanya menggantung dengan bebasnya. Aku berikan botol bedak ke tangan nya. Dia mulai mengusap punggung ku dengan perlahan dan hati hati, seolah olah takut akan mengores punggungku. Matanya masih terpaku di buah dadaku, yang aku boleh berbangga, dengan putingnya yang kelihatan mendongak ke atas dan ber warna coklat muda. Waktu tangannya membedaki pinggangku, aku mengeliat kegelian, dan handuk yang dari tadi bertengger di pinggangku jatuh ke lantai, aku dapat melihat mukanya merah kemalu maluan, tapi matanya masih melihat ke memekku yang berambut tak begitu lebat itu. Dan tanpa di sadari, dia masih mengusap usap pingangku dan malah turun ke pantatku yang padat, tidak terlalu besar, tapi mempunyai bentuk yang enak di pandang, pacarku juga bilang juga enak di remas. Aku nggak yakin dia lakukan dengan sengaja, atau karena terbawa emosi. lalu aku tanya dia "Asri mau di bedakin juga ?" dia tidak menjawab, hanya mengangguk pelan. Lalu aku suruh dia untuk melepas kaosnya, dan juga BHnya. Buah dada nya tidak sebesar punyaku, tapi mempunyai bentuk yang bagus, seperti buah pear di belah dua, dengan putingnya dengan warna yang kemerah merahan menonjol keluar, warnanya serasi sekali dengan warna kulitnya yang ke coklatan.
Aku bedaki dadanya, dan aku rasakan buah dadanya yang empuk, dan lembut. Tangan ku nggak berhenti sampai disitu, aku usap perut dan dengan nakalnya, jariku bermain main di pusarnya, Asri pun mengeliat kegelian. Dan aku menaikan tangan ku kembali ke buah dadanya, yang aku usap dan setengah ku remas juga,dia hanya mengeliat "Mmmbak..............aah....." putingnya nggak ketinggalan aku pilin, dan cubitin kecil, nggak terlalu keras. Aku suruh dia untuk berbalik supaya aku bisa mengusap punggungnya, yang mana hanya aku usap sebentar saja. Dari belakang tangan ku pergi ke dada nya lagi, sedangkan dadaku mempel di punggungnya, sekali sekali dia goyangkan dan aku merasa punggungnya bergesekan dengan pentil ku yang mulai mengeras. Dan dari kaca aku bisa melihat bahwa dia senyum senyum keenakan, tangan ku bukan hanya mengusap lagi, tapi sudah mulai meremas buah dada nya yang hanya bergantung, lebih keras dari sebelumnya, dan pentilnya aku cubit perlahan lalu aku pilin pilin, dan Asri hanya mengeliat sambil mengeluarkan suara "Ah...... ehm..... enak mbak........ Ahaaaaa... jangan keras keras dong mbak....!!" dan aku hanya senyum saja melihat kelakuan dia. Aku cium tengkuknya, dan gigitin kecil kecil dari samping, dan dia masih "Ah..... ua....." dengan di tahan lalu aku bertanya "Celananya di buka ya......?" sebelum dia dapat berkata apa apa, tanganku telah membuka kancing dan retsleting celananya, dan aku turunkan sekalian celana dalamnya, aku bisa melihat bercak basahnya telah tembus ke celana dalamnya.
"Tiduran aja di ranjang mbak.... saja..ya....." kataku dan Asri hanya menurut saja, kakinya aku geser sehingga bergantung di sisi ranjang. aku mulai ciumin paha dalam nya, tercium bau sabun LUX yang di pakainya, bertanda dia belum lama mandinya. Aku gigit kecil kecil antara paha dalam kanan dan kiri. Mulutku mulai bergerak menuju memeknya, dengan rambut yang jarang jarang, bau aroma birahi nya sangat ketara sekali. Aku mulai menjilati pinggiran hutannya, dan kemudian perlahan aku taruh lidahku di tengah tengah memeknya. Kakinya aku angkat ke pundakku supaya aku dapat lebih leluasa menjilatinya. Rasanya agak anyir tapi setelah lidahku masuk lebih dalam rasanya berubah menjadi asin dan gurih. Asri pun bertambah mengeliatnya. Tanganku dengan merangkul pahanya mecari bibir memeknya yang lalu aku buka dengan menariknya ke samping, supaya lidahku bisa merasakan lendirnya yang lebih dalam. Asri juga tidak mau kalah kepalaku mulai di dorong dan di tariknya karena gemas dan kegelian.
Pada saat itu aku masih belum menemukan itilnya, lidahku masih menjilati dan mencari cari, bagian atas dari memeknya, aku masukkan lidahku dalam memeknya, dan menari nari di dalamnya, dan membuat dia keenakan dan kegelian, pinggulnya pun mulai bergoyang. sekitar 5 menit lidah ku bermain main di situ. Sampai pada suatu saat aku merasa ada benjolan kecil, aku mencoba untuk menguak hutannya, dan akhirnya aku temukan itilnya!! Aku lihat dia mulai meremas remas buah dadanya, dan tanpa membuang buang waktu aku hisap itilnya perlahan, dan saking gemasnya dia mengepit kepalaku di antar dua pahanya, dan mengeliat pada waktu yang bersamaan. Dengan jariku itilnya aku usap, dan gesek, lidahku pun masuk ke dalam memekya yang masih basah, aku juga merasakan makin banyak cairan yang keluar setelah aku gesek itilnya. Lidahku masih menari nari di dalam memeknya sambil sekali kali aku isap lendir dari dalam memeknya.
Penutup itil nya aku buka, dan aku jilatin juga waktu masih basah aku tiup itilnya dari dekat, dan dia rupanya kedinginan, "Mbak Mara jangan di tiup dingin....." Karena itilnya sudah ketemu maka aku hisap lagi sambil tanganku membantu untuk meremas dadanya, satu tangan meremas dadanya, dan tangan satunya aku memainkan memekku. aku sendiri sudah basah dan waktu aku lihat di lantai, ternyata ada beberapa tetes lendirku sudah netes di lantai.
Kali ini aku hisap itilnya dan lendir Asri keluar lebih banyak, dan aku pun masih dengan semangat menjilatinya juga. Aku masuk kan jari kecilku di lubangnya yang masih perawan. Lendir Asri masih keluar juga, dan jari kecil ku pun berganti dengan jari telunjuk, aku dengar "Ah..... mbak...... mbak Mara, pegel mbak, ah......." aku tahu dia sudah hampir keluar, hisapan ku tidak berhenti sampai di situ, aku hisap sambil aku geleng gelengkan kepalaku yang mana membuat Asri kegelian, badannya pun mulai mengejang, dan aku masih mengisap, dan kadang kadang menjilati dalam memeknya. Aku merasa himpitan pahanya tiba tiba mengenjang, dan memeknya memuntahkan lendir yang mana aku hisap dan jilatin, tapi aku tidak telan. Masih dalam mulut ku aku naik di atas Asri, dan aku ciumin di bibirnya sambil kukeluarkan lendirnya sedikit demi sedikit, biar dia juga ikut merasakannya. kita mulai berciuman dan lidahnya bermain pedang di dalam mulutnya, kemudian bergatian di mulutku, kadang kadang di hisap lidahku olehnya yang membuatku terangsang sekali. Kita berpelukan sambil tiduran selama 20 minute, sambil mengatur napas, dan beristirahat.
Sejak itu jika dia sedang libur atau suntuk Asri sering main ke kamarku, aku nggak keberatan, karena terkadang aku juga merasa kesepian kalau dia tidak mampir. Dan nanti aku akan ceritakan kegunaan lain buah buahan yang dari pasar.
Astri My Dear
Aku adalah pegawai swasta di kota kecil. Suatu ketika aku dipanggil atasanku. Saat menghadap, ternyata ada fax dari kantor pusat, yang menjelaskan bahwa kantor kami akan diaudit. Pemeriksaan akan berlangsung 3 minggu. Rombongan tim internal audit terdiri dari 3 orang, dan tugasku melayani mereka selama pemeriksaan.
Senin berikutnya, kembali aku dipanggil untuk menghadap atasanku. Di kantornya sudah ada 2 orang pria. "Pak Andre, ini kenalkan Pak Sugeng dan Pak Dibyo. Beliau-beliau ini yang akan memeriksa kantor kita. Tolong siapkan semua dokumen yang diperlukan. Beliau akan memeriksa bersama Ibu Astri. Kebetulan Ibu Astri baru datang besok."
Aku menyanggupi tugasku. Kemudian atasanku mempersilahkan P. Sugeng dan P. Dibyo untuk mengikuti aku. Aku mengantar mereka menuju ruangan yang digunakan selama pemeriksaan. memang sudah kusiapkan meja untuk mereka. Setelah melihat-lihat ruangan dan sarana yang tersedia, aku mengantarkan mereka ke hotel. P. Sugeng dan P. Dibyo ditempatkan dalam satu kamar. Sedangkan aku memesan satu kamar lagi untuk Ibu Astri. Setelah itu, kami berdiskusi tentang berkas-berkas dokumen yang diperlukan, dan kemudian aku persilahkan mereka istirahat.
Sore, saat aku akan pulang, satpam mengantarkan wanita cantik ke ruanganku. Dia mengatakan bahwa dia bernama Astri. masih muda ternyata. Dadaku langsung berdesir melihat dandanan wanita ini. Kutaksir tingginya selisih 8 atau 10 senti sama aku. Tinggiku 177 cm, 69 kg. Kutaksir tinggi Astri ini 168 cm, 50 kg. Sore itu dia memakai rok di atas lutut dengan belahan samping kira-kira 8 cm, blus daleman dan blazer yang tidak dikancingkan. Yang membuat jantungku berdetak keras adalah saat dia melangkah, blusnya bergerak-gerak, sepertinya dia tidak memakai beha.
Setelah satpam meninggalkan ruangan, kupersilahkan dia duduk.
"Andre," kataku sambil mengulurkan tangan dan menyilahkan dia duduk.
"Astri," jawabnya singkat.
Kami lalu basa-basi sebentar, kemudian sekalian kuantar dia ke penginapan. Wah, tambah ngeres aja aku melihat dadanya yang bergoyang saat dia melangkah. Kutunjukkan kamarnya dan tidak lupa kuberitahu kamar P. Sugeng dan P. Dibyo yang hanya berselisih 2 kamar. Setelah itu aku pulang.
Aku bekerja di perusahaan itu baru beberapa bulan. Umurku 27 tahun, dan aku masih single. Tapi berkat kepandaianku menjadi kutu loncat, setelah 4 tahun bekerja, aku sudah punya mobil atas namaku sendiri dan sekarang aku sedang mengangsur rumah.
Selama 2 minggu semua karyawan di kantor ditanya dan berkas-berkas yang berkaitan dengan keuangan diperiksa. Suasananya cukup stress. Setelah 2 minggu, tim yang dipimpin Ibu Astri tinggal membuat laporan dan rekomendasi kepada pimpinanku. Selama 2 minggu, aku selalu hadir saat karyawan diperiksa karena tugasku membuat notulen. Setelah 2 minggu yang melelahkan itu selesai, aku merasa lega.
Akhir minggu itu, P. Sugeng dan P. Dibyo pamit untuk menjenguk keluarganya. Mereka akan kembali Senin pagi. Ibu Astri tetap tinggal.
Sabtu sore, aku sedang santai di rumah. Rencananya malam minggu ini aku tidak akan ke mana-mana. Istirahat aja bok. Sekitar jam 19, HPku berdering.
"Selamat malam."
"Selama malam P. Andre, saya astri. Maaf menganggu," suara lembut di ujung sana membangkitkan gairahku.
"Ada apa I. Astri, ada yang bisa saya bantu?"
Singkatnya malam itu I. Astri memintaku untuk menemaninya makan malam.
Aku datang ke hotelnya hanya mengenakan jins dan polo shirt. Saat aku mengetuk pintu kamarnya, I. Astri memakai blus tanpa lengan dan celana capri.
"Ibu Astri, mau makan malam di mana?" tanyaku setelah mobil yang kami tumpangi meluncur.
"Panggil saja saya Astri, Pak Andre ini lo," katanya manja sambil menepuk pahaku.
aku tersenyum, "Kalo aku panggil kamu Astri, kamu juga harus panggil aku Andre saja."
"Andre, aku ingin makan sea food. Katanya di kota ini ngetop dengan sea foodnya."
Aku tersenyum dan mengarahkan mobil ke barat.
"Astri, kok kamu nggak pulang ke jakarta sih? Kan kasihan suamimu."
Astri hanya mencubit tanganku, "Ah, aku kan belum punya suami. Pacar saja nggak ada, jadi ngapain pulang."
Obrolan kami cukup seru. Aku jadi tau Astri berumur 25 tahun, sejak lulus dia langsung kerja di kantor pusat, hobinya senam dan renang. Lalu aku tau, dia anak tengah dari 3 bersaudara. Dan tinggi beratnya yang benar adalah 169 cm, 51 kg. Astri juga tau kalo aku penyandang Dan 3 Judo, Dan IV taekwondo, dan sabuk hitam pencak silat. tapi aku juga suka renang. Kami lalu janjian renang bareng di hotel besok pagi.
Hanya sebentar saja, kami langsung akrab. Astri tidak segan-segan menepuk pahaku, menyentuh tanganku atau memandang tajam padaku.
Setelah makan, Astri terlihat mengantuk dan capek sehingga aku langsung mengantarnya pulang ke hotel. Sampai di depan pintu kamarnya, -surprise!-, dia mengecup pipiku dan masuk ke kamarnya. Kubiarkan Astri masuk, dia tidak menutup pintu kamarnya. Kupikir ini adalah isyarat agar aku masuk ke kamarnya. Aku lalu mengikuti dia masuk. Saat aku menutup pintu, aku melihat Astri sedang berganti pakaian di depanku. Dia tidak terkejut melihat aku masuk. Malah aku yang kaget melihat dia telanjang di depanku. Kontolku langsung protes keras dari dalam kandangnya. Apalagi saat Astri berbalik ke arahku, terlihat payudaranya yang mencuat indah. Kulitnya bersih dan mulus sekali, walaupun tidak terlalu putih.
Astri melewatiku dan mengunci pintu kamarnya. Kemudian ditariknya aku mendekat ke arahnya. Dibukanya polo shirtku dan kemudian pelan-pelan diciuminya susu dan puting susuku. Tangannya bergerak membuka celana jinsku dan dengan cepat dia melorotkan cdku sambil bibirnya menyusuri perut dan macet di kontolku. Saat melihat kontolku yang berukuran 18 cm dan berdiameter 6 cm, Astri langsung mengulumnya.
Aku termehek-mehek merasakan hisapan mulutnya pada kontolku. saat itu aku masih berdiri dan Astri setengah jongkok menghisap kontolku.
Tanpa membuang waktu, aku lalu mengajaknya ke kasur. Aku membaringkan dia di kasur dan segera, kuciumi memeknya yang mengkilat basah. Astri pasti tau cara merawat memeknya, karena baunya tidak pesing sama sekali dan cairan yang keluar, legit sekali. Kupasang kontolku tepat di depan wajahnya, dan dengan cepat kontolku disambarnay masuk di dalam mulutnya.
Aku semakin tidak sabar, setelah 10 menit kami melakukan oral seks, sekarang aku ingin kepuasan bersetubuh yang sesungguhnya. Pelan-pelan kuarahkan kontolku ke memeknya. Ah, lubang memeknya kecil berkilat-kilat semakin menggodaku untuk segera menusukkan kontolku ke dalamnya.
"Astri, kamu yakin mau melakukan ini?"
"Andre, ini memang kemauanku. Apa pun yang terjadi nanti itu adalah resikoku. Aku siap menanggungnya Ndre."
Sambil kuciumi puting susunya, aku memasukkan kontolku pelan-pelan. Memeknya yang sudah basah melancarkan masuknya kontolku. Dalam 10 kali tusukan amblas semua kontolku ke dalam memeknya.
"Ayo Ndre, genjot kontolmu," desah Astri sambil menggerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan.
Aku berusaha memenuhi kehendaknya. Kugenjot kontolku dengan mantap. Dalam waktu 5 menit, kurasakan memeknya bertambah licin oleh cairan tubuhnya. Aku semakin bersemangat merasakan enaknya kontolku dipijit-pijit oleh memeknya yang sempit itu.
"Aah, enak sekali Ndre! Kontolmu enak sekali!" rteriak Astri keras saat aku menggenjot kontolku dengan kuat.
Plak! Plak! Plak! Plak! Suara selangkanganku yang beradu dengan pantatnya semakin membuatnya bergerak liar. Memeknya serasa menarik-narik kontolku masuk semakin dalam. Sampai-sampai rasanya ujung kontolku menyundul ujung rahimnya berkali-kali. 10 menit kemudian Astri mengerang semakin keras, "Terus Ndre, yang keras! Aaagh, aku mau nyampe!"
Kakinya yang mulus menjepit pahaku dengan kuat. Lalu kurasakan ada cairan hangat menyembur ujung kontolku. Setelah itu, Astri menurunkan kakinya dan menatapku sayu.
Aku tau, dia pasti lelah setelah orgasme pertamanya tadi. Jadi kutarik kontolku agar Astri bisa istirahat.
"Jangan Ndre, aku belum ingin kehilangan kehangatan kontolmu di dalam memekku."
Pelan-pelan aku bergoyang lagi. Lembut kumasukkan kontolku lagi, dan dengan pelan kutarik keluar lagi. Kurasakan Astri mulai merespon goyanganku.
Aku lalu menusukkan kontolku dengan keras, Astri terpekik pelan. Tapi kemudian, dia tersenyum dan melingkarkan kakinya di belakang pantatku lagi."Ayo Ndre, sekarang, aku siap kalo kamu ingin orgasme."
tanpa basa-basi lagi, aku seger menggenjot kontolku dengan kuat. Gesekan kontolku dengan dinding memeknya membuatku benar-benar mabuk kepayang. Belum lagi saat aku menyaksikan payudaranya yang bergoyang-goyang karena sodokan nikmatku. Saat itu Astri sungguh menggairahkan.
Selama setengah jam kukerahkan tenagaku untuk menyetubuhi. Selama itu, Astri sudah dua kali meregang-regang merasakan puncak kenikmatan. Saat dia masih merasakan nikmatnya orgasme, kurasakan ujung kontolku mulai gatal, ingin mengeluarkan muatan. Sambil terus mencumbunya, aku bertanya,"As, dikeluarin di dalam atau di luar?"
Seakan tidak sadar, Astri malah semakin hebat menggerakkan otot-otot memeknya sehingga tidak menunggu lama, segera kukeluarkan pejuhku. Sampai 10 semburan yang dihisap habis oleh memek Astri yang berdenyut-denyut hebat. Aku semakin tak kuasa menahan keluarnya pejuhku lagi. Aku kelonjotan oleh nikmat yang tiada tara saat merasakan memeknya yang berdenyut-denyut itu. Aku ambruk menimpanya dan baru lima menit kemudian aku bisa bernafas secara teratur lagi.
Astri masih lemas bergolek di bawahku. Tubuhnya menampakkan warna kemerahan yang menunjukkan bahwa dia juga mengalami orgasme yang sama. Aku memejamkan mata.
Malam itu, kami mengulanginya sampai 3 kali. Paginya saat aku akan kembali ke rumah, kuajak Astri ke rumahku. Lalu dia memutuskan check-out sekalian dari hotel dan selama seminggu sisa waktu pemeriksaan, setiap malam aku dan Astri lembur di ranjang. Kadang-kadang 2 kali, kadang bisa 3 kali kami ngewe semalaman. Bahkan saat saat dia mau pulang ke Jakarta, kami ngewe sampai 10 kali. Sejak itu, setiap minggu, Astri selalu datang dan kami ngewe sampai puas. Lalu, tiga bulan kemudian, aku memutuskan melamar dia. pas dulu ya...
Balada Tukang Ojek Ganteng
Kamis sore itu seperti biasa, aku mangkal di prapatan. abis azan magrib, dan prapatan sepi karena masih pada ke mesjid di deket prapatan itu. ada bis yang menurunkan penumpang dan penumpangnya segera menuju ke arahku.
"Ke perum berapa? tanyanya sambil menyebut perumahan elit yang ada sekitar 3 kilo dari tempatku mangkal.
"1500 aja non."
"Sebentar ya non, kita tungguin temen saya selesai sembayang."
Setelah ada satu temenku yang menggantikan aku, segera kuantar cewek itu. Di jalan dia mengaku kalo dia adalah pelanggan ojek bapakku. Memang biasanya bapakku yang ngojek, tapi setiap kamis bapakku pijat, sehingga aku yang menggantikan. Terus dia memperkenalkan diri, namanya Nina. aku jawab aja, aku Joko. Aku jadi ingat bapakku memang pernah cerita kalo Nina ini kalo ngasih uang pasti lebih. ya, pelanggan setialah.
Sesampainya di rumahnya, Nina mengajakku masuk.
"Uangku kurang nih mas, masuk dulu ya."
Aku mengikuti dia masuk ke dalam. Aku duduk di ruang tamu dan menunggunya. Nina masuk ke kamar di dekat ruang tamu, dibiarkannya pintunya terbuka. Aku bisa liat kalo ada cermin besar yang terpasang di deretan lemari di kamarnya. Saat itulah, aku melihatnya ganti pakean. satu-satu dia melepas pakeannya, sampai akhirnya aku bisa melihatnya dari cermin kalo Nina hanya pake BH dan CD. Wow, tubuhnya memang tidak terlalu tinggi. kira-kira 155 cm, dan 43 kg, tapi toketnya wuah, gede bok, 34C mungkin. dan yang aku heran, toketnya kencang, tidak menggelambir, tapi membungkah padat. Agak lama juga Nina hanya berpakean seperti itu. padahal kontolku langsung konak melihat dia hanya berpakean seperti itu. Kulihat dia mulai memake kaos dan celana pendek. Setelah itu dia keluar kamar dan mengulurkan uang kepadaku. Kuterima dan aku langsung pamitan kepadanya.
Kamis berikutnya, aku mangkal lagi. dan seperti dugaanku sekitar magrib itu, Nina turun dari bis kota dan menuju ke arahku.
"Mas saya diantar ya, katanya manja."
Aku hanya mengangguk dan dia memboncengku. Aku menjalankan motorku pelan. Kurasakan tangannya memeluk aku erat dan susunya menyentuh punggungku lembut. Aku heran, aku dan Nina tidak saling kenal, tapi dia enak saja memelukku seperti ini. Sesampainya di rumahnya, kembali dia mengajakku masuk. Aku menurutinya. dan aku kembali duduk di kursi yang sama. Kupikir, pasti Nina akan ganti baju dulu seperti yang dulu dia lakukan. Benar, Nina masuk kamar dan dari kaca kulihat dia melepas semua pakaiannya. Pertama dia melepas bajunya dan kemudian celana panjangnya, setelah itu, kulihat dgn hanya memakai BH dan CD dia berkaca lama-lama, lalu barulah dia memakai daster longgar. Setelah itu dia keluar kamar. Diulurkannya satu bungkusan kepadaku.
"Apa ini non?"
"Kemarin aku janji sama pak Wir kalo aku mau bantuin nyari daun buat jamunya. Nah ini daunnya. mas tolong bawain ya."
Aku langsung pamit dan sesampainya aku di rumah kuulurkan bungkusan itu pada ibuku. Bapakku bertanya apa itu. Kujawab saja itu titipan dari Nina, katanya daun untuk jamu. Bapak mengiyakan, memang Selasa kemarin waktu bapak mengantar dia, Nina janji kalo dia akan membantu mencarikan daun utk jamu yang agak sulit dicari itu.
"Pak, bapak pernah diajak masuk ke rumahnya?
"Iya, kalo uangnya kurang," jawab bapak.
Berarti memang Nina tidak mengarang alasan untuk mengajakku masuk ke rumahnya dua minggu yang lalu itu.
Sebulan kemudian, bapakku harus pergi ke luar Jawa selama 1,5 bulan. sekarang aku yang ngojek setiap sore, daripada motornya nganggur. aku jadi tau jadwal Nina, paling tidak seminggu 2-3 kali dia ngojek. selain Nina ada 5-10 pelanggan lain yang selama ini diantar bapakku. lumayanlah, pemasukan 15.000-25.000 sehari.
Jadilah aku yang mengantarkan Nina setiap kali dia akan pulang. dan aku jadi tidak canggung dgnnya lagi. dan aku jadi tau, kalo di rumah itu Nina tinggal sendirian. memang ada pembantu, tapi pagi datang dan sebelum jam 4 sore sudah pulang. dan yang aku senang tentu saja, gesekan susunya pada punggungku saat dia memboncengku. itu selalu membuatku ingin diajaknya masuk ke dalam rumahnya lagi dan melihat bodinya yang mulus dan toketnya yang besar itu.
Lalu kesempatanku datang juga. waktu itu Nina pulang agak kesorean, dan dia segera memintaku mengantarnya pulang. sesampainya di rumahnya, aku dimintanya masuk. Katanya dia akan mandi dulu dan minta aku mengantarkan dia ke apotik yang agak jauh.
Aku segera duduk di kursi yang sama. dan Nina segera masuk ke dalam kamarnya. seperti biasa pintunya tetap dibiarkan terbuka. dan aku segera melihat ke kaca. wah, kali ini kulihat Nina sudah melepas baju, rok dan BHnya, lalu pelan-pelan dia melepas CDnya, dan di depan kaca diperiksanya tempiknya itu. aku merasakan kalo kontolku mulai konak. Aku semakin bersemangat, kumiringkan badan dan kursiku ke kanan untuk melihatnya dengan jelas. Tau-tau, gedubrak! Aku jatuh! Nina terkejut, dan dia segera berlari menutup pintu kamarnya, tapi itu malah membuatku bisa melihatnya telanjang dengan jelas. Aku berusaha duduk dgn tenang saat Nina keluar kamar memakai daster. Nina berjalan di belakangku.
"Mas tadi liat apa?" tanyanya sambil menarik gorden di belakangku.
"Saya tadi cuma ngelamun kok non." aku menghindar.
Nina tetap di belakangku dan sepertinya dia malah melihat keluar, tidak menggubris apa yang kuucapkan.
"Bohong, kalo ngelamun kok bisa jatuh?"
Aku diam tidak menjawab.

"Ngelamun apa sih?" tanyanya.
Aku masih menundukkan kepala. Nina berjalan ke depanku dan bertanya, "Ngelamunin ini ya?" sambil membuka dasternya. Sekarang dia telanjang di depanku, hanya beberapa senti di depanku. Aku menelan ludah, kontolku langsung protes keras di dalam sangkarnya menyaksikan pemandangan ini. Ditariknya tanganku dan Nina menarikku ke kamarnya. aku masih termangu, menuruti kehendaknya. Nina menjatuhkan diri ke kasur. matanya menatapku sendu. Aku tidak berpikir lagi, segera kubuka semua pakaianku. Nina terkesiap saat melihat kontolku, 16 cm dgn diameter 5 cm. lumayan kan?
"Kamu boleh melakukan apa saja mas" katanya pasrah.
Langsung kuciumi susunya yang dari tadi menggairahkan aku. tanganku meraba-raba tempiknya. Nina mendesah-desah keras, dan dgn pintar dia memutar tubuhnya, sehingga sekarang aku langsung menghadapi tempiknya, sementara dia menghadapi kontolku. kontolku dimasukkan ke mulutnya dan dengan lihai Nina menghisap-hisap kontolku. Aku tidak mau kalah, kujilati tempiknya dan kuhisap cairan yang keluar dari tempiknya, rasanya legit, dan baunya tidak pesing, tapi harum. Aku menghisap-hisap itilnya dan kugigit-gigit juga itilnya itu. kumasukkan jari tengahku ke dalam tempiknya dan Nina segera mendesah-desah keras saat tanganku agak kubengkokkan ke atas. Tempiknya segera banjir dan cepat-cepat kuhisap cairannya sampai bersih. Kami melakukan hal itu selama 10 menit, dan aku tidak bisa menahan diri lagi. kumuntahkan pejuhku di dalam mulutnya. Nina menghisap-hisap pejuhku sampai bersih, dan setelah itu aku terkapar lemas. Aku terbaring lemas di sebelahnya. entah berapa lama, aku memejamkan mata. udara semakin dingin, dan aku merasakan kontolku dielus-elus olah Nina lagi. Dengan lihai dia mengulum kontolku sehingga kontolku sudah konak lagi. Lalu Nina menindihku dan dimasukkannya kontolku ke dalam tempiknya. Nina menggerakkan pantat dan pinggulnya pelan. Aku mendesah pelah saat kurasakan batang kontolku sudah masuk semua ke dalam tempiknya. Nina bergerak semakin cepat, pintar sekali dia menggerakkan otot tempiknya memijat kontolku. Setengah jam dia melakukan itu, sambil mengerang keras dia semakin liar. kurasakan tempiknya banjir oleh cairan, dan kudorong dia keluar dari kontloku. segera kuciumi tempiknya dan kuhisap bersih cairan yang keluar barusan. Lalu kumasukkan kontolku ke dalam tempiknya. aku mulai bergerak... kugenjot tempiknya dgn mantap. Nina mendesah-desah semakin keras dan setelah setengah jam aku menggenjotnya, pejuhku keluar dengan deras membasahi tempiknya. Setelah itu aku lemas lunglai rebah di sampingnya. Nina menciumi kontolku yang baru saja orgasme, disedotnya pejuhku sampai habis. Baru kali ini aku ngenthu cewek sampai seperti ini. Nina memang pintar memainkan kontolku. Aku puas bisa menyetubuhinya. sejak saat itu, kalo Nina pulang dia selalu kuantar dan aku selalu masuk ke rumahnya. kami ngenthu sampai puas dan setelah malam barulah aku pulang.
Dua bulan kemudian, Nina hamil karena ulahku yang selalu kencing pejuh di dalam tempiknya. Lalu kami menikah. setelah kawin, aku selalu ngenthu dia siang malam, sehari bisa empat lima kali. Sekarang anakku dua. dan aku masih tetap ngojek di prapatan.
BALAS DENDAM BUAT MBAK SARI
Awal kejadian adalah ketika saya menginjak usia 17 tahunan, waktu itu masih sma kelas 3. Hari ini saya punya rencana balas dendam dengan janda kembang tetangga rumah kami yang sangat centil. Dikeluarga kami dia dijuluki janda perek, habis kerjanya cuman negor setiap cowok yang lewat rumahnya. Namanya Sari, kupanggil mbak sari karena memang dia lebih tua dan berumur 22 tahunan. Suaminya sudah meninggal waktu aku dikelas 1 jadinya dia sudah menjanda sekitar 2 tahunan. Wajahnya tidak terlalu cantik, kulitnya hitam manis dan berpostur pendek, 150 an lah, tubuhnya pun biasa-biasa saja .
Kemarin dia menantangku dari jendela rumahnya untuk berkunjung dirumahnya, Mbak sari memang menyebalkan, setiap pulang dari sekolah selalu saja dia memanggilku dari jendela rumah namaku keras2 kemudian selalu saja mengatakan macam2 yang bikin telinga panas, dan juga sedikit napsu, habis nyinggung masalah kemaluan ku yang katanya kecillah, masih sma mana bisa berdiri katanya sesekali. Sampai2 begitu kakiku memasuki rumah mbak ku langsung saja menyahut, "Tuh ditunggu Jandamu di jendela nomor 3", katanya sambil tersenyum.
Hari ini aku sudah tidak tahan lagi, pulang sekolah hari sabtu jam 2.30 sore, langsung saja dari jendela tetangga berteriak suara serak basah ... "Antonn ....".. Langsung aja aku damprat "NGAPAIN SIH PANGGIL-PANGGIL ! !, DASAR GATAL, Awas Entar tak .....", kataku kesal tak kulanjutkan sisanya. "Entot ..Ayo SINI kalo berani" tantangnya berani, Langsung saja wajahku merah dan kututup jendela kamarku yang memang bersebrangan dengan jendela rumah mbak sari.
Langsung saja aku merencanakan buat melabrak kesana, tapi aku rencanakan jam 3 aja biar mbak ku nggak curiga entar. Akhirnya aku ganti pakaian siap siap rencana mau membuat dia kebelenger sampe minta ampun. Akhirnya aku berangkat jam 3 tepat dan pamit ke mbak ku mau kerumah teman sampai sore. Begitu keluar jalan langsung saja kumasuki perkarangannya dan kubuka pintu rumahnya dan kumasuki rumah mbak sari yang terbuka seakan telah menanti kehadiranku itu.
Memasuki kamar mbak sari, aku sedikit dag dig dug, belum lagi bau semerbak melati keluar dari kamarnya, Aku gemetar menahan napsu memasuki ruangan yang agak remang-remang ini. Akhirnya terdengar suara kecil tapi jelas "Ayo masuk Anton" Rupanya dia tahu kalau aku yang datang . Akhirnya kepalaku telah memasuki ruangan seluas 4x4 ini, tertegun aku melihat mbak sri berbaring hanya memakai sarung sebatas dada, dengan wajahnya tersenyum manis kearahku. Aku berjalan cepat kearah dipan ranjang mbak sari, dan duduk ditepinya sambil memandang dekat kearah bibir mbak sari yang merah delima itu. Mbak sari berdiri diatas dipannya dan tiba tiba melepaskan sarung yang dikenakannnya ke bawah... Aku tertegun seiring naik turunnya jakunku melihat pemandangan mbak sari bugil didepanku, terlihat dua buah payudaranya yang berukuran sedang dan macung kedepan, sedang kan bagian kemaluannya tertutup bulu yang sangat lebat.
Aku terbius menggerakkan tanganku maju kedepan dengan aksar meraba paha mbak sari terus bergerak keatas sambil kugerakkan badanku mendekat sampai aku sendiri duduk bersila diatas ranjang dan tanganku terus menjelajahi tubuh mbak sari sampai ke payudaranya. Terlihat mbak sari mengerjapkan matanya menahan sensasi setuhan tanganku pada tubuhnya yang sudah tidak pernah disentuh pria 2 tahun itu, "gatel banget nih cewek" kataku dalam hati.
Dengan posisi masih duduk dan mbak sari berdiri didepanku, terus kunaikkan tangan kananku menyusul temannya yang kini sedang memerah payudara mbak sari, kumajukan badanku sedikit kedepan hingga kepalaku tepat didepan kemaluan mbak sari. tercium olehku bau cairan vagina mbak sari yang menyengat dicampur bau keringat dari lipatan kakinya yang begitu menyengat. Tak kuat melihat saja akhirnya mendadak kumajukan wajahku mendekat dan akhirnya kugosokkkan wajahku dibagian kemaluan mbak sari, Sesaat itu juga mbak sari tertegun dan sedikit kejang dengan serbuan kepalaku didaerah kemaluannya dan langsung saja tangannya meraih dinding bersandar karena tidak tahan dengan remasan tanganku dipayu dara nya sekaligus gosokan kepala divaginanya.
Aku menengok keatas dengan dagu tetap menggosok kevagina mbak sari, karena sangat gemas melihat wajahnya apa masih bisa secentil tadi siang lagi ......kulihat mbak sari tak kuasa menutup matanya dengan kening berkerut dan mulai meneteskan keringatnya itu. "tau rasak ..." kataku dalam hati gemes.......
Tak terasa Junior ku sudah tegak berdiri menanti giliran untuk dibelai halus, dalam hati aku berpikir sebenarnya aku datangkan untuk mengerjain mbak sari, kok dia jadi keenakan gitu, akhirnya tanpa berpikir panjang segera aja aku membalik tubuhnya mendadak kemudian memaksa mbak sari berlutut dan menekan kepala mbak sari sampai menyentuh kasur, untung saja tubuh mbak sari pendek sehingga tanganku bisa menjangkau kepalanya sekaligus tangan satunya membuka celana yang kupakai.
Junior ku langsung menghambur keluar sementara mbak sari kelihatan kebingungan dengan perbuatanku tapi tidak dapat berbicara banyak. Langsung saja kukocok sebentar juniorku sampai terlihat siap tempur. dan langsung saja kumasukkan kedalam memeknya mbak sari dari belakang,
"Aww.." teriaknya kaget dengan perbuatanku.
"ADuh ...ton ...jangann...sakit .................hgg", teriaknya kemudian.
Aku tidak peduli lagi dengan teriakan mbak sari, terus saja ku goyang dengan tusukan dalam-dalam dan mendadak, sehingga terdengar suara kayak pipi sedang ditampar. Tanganku terus saja menekan kepala mbak sari kekasur biar teriakannya tidak terdengar keras lagi ...
"hg....hg.......aaawwmmmm", suaranya tak jelas tertahan oleh kasur yang menutupi wajahnya.
Bisa kubayangkan wajah mbak sari sedang kesakitan menahan hajaran juniorku yang terus memompa dengan kejutan2 yang dalam, mana bernapasnya juga susah akibat tekanan pada kepalanya dikasur.
Tak terasa pada hentakan sekarang terasa menjadi seret, kemudian terlihat cairan yang menempel dikemaluan sedikit kemerah2an, mungkin ada yang terluka akibat gerakanku yang terus menerus itu. Terlihat mbak sari tidak bisa berbicara lagi akan tetapi terlihat tubuhnya bergetar keras setiap kumasukkan dalam penisku dengan cepat ke liang senggamanya seperti menahan perih yang diterimanya.
Tak peduli akhirnya kulihat mbak sari menjadi pasrah gitu, sekarang sudah terdengar lagi lenguhan kecil pertanda dia bisa menikmati kembali genjotanku. Aku tak mau memberi kesempatan, segera saja hentakanku semakin menguat disertai ritme yang semakin cepat .
"Aw....aw........oh....", keluar dari mulut mbak sari setiap penisku masuk dalam di liang kenikmatannya.
Tak terasa keringatku telah menetes, tak peduli sampai terbersit pikiranku "wah nggak enak kalau tidak melihat wajah mbak sari yang meringis ..". Akhirnya dengan satu hentakan keras dan dalam aku langsung berhenti dan langsung saja memutar badan mbak sari yang tidak terlalu besar itu, mungkin cuman 46 kg-an.
Sekarang terpampang diwajahku wajah memelas mbak sari, dengan kening berkerut menahan sakit dan mata terpejam menahan kenikmatan yang berhenti seketika. Aku terus memandang wajahnya yang kelihatan gantung karena berhentinya hentakanku yang mengakibatkan hilangnya nikmat dan mulai terasa perih akibat luka kenjotanku. Kutunggu mbak sari sampai akhirnya dia membuka matanya sayu....
Tepat begitu membuka dari mulutnya terbisik kata "ampuunnn ..ton.... mbak minta amm ...". tapi belum selesai kata-katanya kembali kuhentakkan penisku dengan cepat dan keras, sehingga matanya kembali terpejam dan kali ini sakit perih yang dirasakannya terlihat bertambah karena kernyit didahinya semakin terlihat. Kuulangi beberapa kali perbuatan ini sampai mbak sari mau hilang kesadaran, dan tidak bisa berkata2 lagi.
Akhirnya antara tega dan tidak kuputuskan menggenjotnya lagi perlahan, sampai terlihat wajahnya yang kembali tenang tapi tetap terpejam. Terus kugoyang dengan posisi misionaris, sambil wajahku kudekatkan diwajahnya. Memang untuk kali ini aku tidak melakukan ciuman2 ke mbak sari, karena memang maksudnya bukan making love, tapi making hurt ....
Kali ini terlihat usahaku berhasil, terlihat napas mbak sari semakin memburu tanpa mampu bersuara lagi, sebenarnya ingin sekali kuhentikan genjotanku agar dia tidak sampai O, tapi aku punya rencana lain, genjotan lembutku semakin kupercepat tapi masih lembut mengikuti ritme napasnya yang memburu, semakin cepat nafasnya semakin kupercepat ritmeku, sampai akhirnya dia klimaks. tangannya berusaha menggapai2 benda yang bisa dipegang, dan terlihat dari atas seperti mengelepar2 karena antara lemas dan kejang. Akhirnya terasa vaginanya semakin basah, dan jepitan dipenisku semakin kuat dan berdenyut2. Akhirnya kulaksanakan juga rencana busukku, langsung saja tepat setelah perkiraanku O nya selesai, langsung kugenjot lagi dengan cepat dan keras ditambah hentakan2 yang mengakibatkan timbulnya suara keciprat, karena memeknya sudah basah oleh cairan kenikmatannya. Terus turun naik. Terlihat mbak sari mengelepar menahan hujanan2 penisku, sampai akhirnya kulihat dia kehilangan kesadarannya, dan tubuhnya mendadak lemas menahan geli dan kenjotan setelah orgasme yang cepat dan keras itu. Sementara aku belum keluar kuteruskan kenjotan 2 menitan sampe kurasakan seluruh kepala penisku memerah mau pecah dan ....... kutarik cepat penisku dan kekeluarkan diantara payu dara mbak sari.
Akhirnya selesai juga rencana revenge sama mbak sari yang centil dan suka ngejek aku itu. Waktu itu tak lupa kubuatkan cupang dekat cairan mani yang kubuang diantara dadanya, kubuat sedikit diatas pusar. Kemudian kukenakan kembali celana dan perlengkapan yang tadi kulepaskan menunggu sang junior keukuran semula sambil minum air putih dari dapur rumah mbak sari.
Dan kembali keluar dari rumah, sekitar jam 4.00 sore waktu itu jadi masih belum perlu mengendap-endap.Gila juga Aku ngentot mbak sari selama itu.
Bapak guru
Sebut saja namaku Etty (bukan yang sebenarnya), waktu itu aku masih sekolah di sebuah SMA swasta. Penampilanku bisa dibilang lumayan, kulit yang putih kekuningan, bentuk tubuh yang langsing tetapi padat berisi, kaki yang langsing dari paha sampai tungkai, bibir yang cukup sensual, rambut hitam lebat terurai dan wajah yang oval. Payudara dan pantatkupun mempunyai bentuk yang bisa dibilang lumayan.
Dalam bergaul aku cukup ramah sehingga tidak mengherankan bila di sekolah aku mempunyai banyak teman baik anak-anak kelas III sendiri atau kelas I, aku sendiri waktu itu masih kelas II. Laki-laki dan perempuan semua senang bergaul denganku. Di kelaspun aku termasuk salah satu murid yang mempunyai kepandaian cukup baik, ranking 6 dari 10 murid terbaik saat kenaikan dari kelas I ke kelas II.
Karena kepandaianku bergaul dan pandai berteman tidak jarang pula para guru senang padaku dalam arti kata bisa diajak berdiskusi soal pelajaran dan pengetahuan umum yang lain. Salah satu guru yang aku sukai adalah bapak guru bahasa Inggris, orangnya ganteng dengan bekas cukuran brewok yang aduhai di sekeliling wajahnya, cukup tinggi (agak lebih tinggi sedikit dari aku) dan ramping tetapi cukup kekar. Dia memang masih bujangan dan yang aku dengar-dengar usianya baru 27 tahun, termasuk masih bujangan yang sangat ting-ting untuk ukuran zaman sekarang.
Suatu hari setelah selesai pelajaran olah raga (volley ball merupakan favoritku) aku duduk-duduk istirahat di kantin bersama teman-temanku yang lain, termasuk cowok-cowoknya, sembari minum es sirup dan makan makanan kecil. Kita yang cewek-cewek masih menggunakan pakaian olah raga yaitu baju kaos dan celana pendek. Memang di situ cewek-ceweknya terlihat sexy karena kelihatan pahanya termasuk pahaku yang cukup indah dan putih.
Tiba-tiba muncul bapak guru bahasa Inggris tersebut, sebut saja namanya Freddy (bukan sebenarnya) dan kita semua bilang, "Selamat pagi Paaa...aak", dan dia membalas sembari tersenyum.
"Ya, pagi semua. Wah, kalian capek ya, habis main volley".
Aku menjawab, "Iya nih Pak, lagi kepanasan. Selesai ngajar, ya Pak". "Iya, nanti jam setengah dua belas saya ngajar lagi, sekarang mau ngaso dulu".
Aku dan teman-teman mengajak, "Di sini aja Pak, kita ngobrol-ngobrol", dia setuju.
"OK, boleh-boleh aja kalau kalian tidak keberatan"!.
Aku dan teman-teman bilang, "tidak, Pak.", lalu aku menimpali lagi, "Sekali-sekali, donk, Pak kita dijajanin", lalu teman-teman yang lain, "Naaaa...aaa, betuuu...uuul. Setujuuuu.....".
Ketika Pak Freddy mengambil posisi untuk duduk langsung aku mendekat karena memang aku senang akan kegantengannya dan kontan teman-teman ngatain aku.
"Alaaaa..., Etty, langsung deh, deket-deket, jangan mau Pak".
Pak Freddy menjawab, "Ah ! Ya, ndak apa-apa".
Kemudian sengaja aku menggoda sedikit pandangannya dengan menaikkan salah satu kakiku seolah akan membetulkan sepatu olah ragaku dan karena masih menggunakan celana pendek, jelas terlihat keindahan pahaku. Tampak Pak Freddy tersenyum dan aku berpura-pura minta maaf.
"Sorry, ya Pak".
Dia menjawab, "That's OK". Di dalam hati aku tertawa karena sudah bisa mempengaruhi pandangan Pak Freddy.
Di suatu hari Minggu aku berniat pergi ke rumah Pak Freddy dan pamit kepada mama dan papa untuk main ke rumah teman dan pulang agak sore dengan alasan mau mengerjakan PR bersama-sama. Secara kebetulan pula mama dan papaku mengizinkan begitu saja. Hari ini memang hari yang paling bersejarah dalam hidupku. Ketika tiba di rumah Pak Freddy, dia baru selesai mandi dan kaget melihat kedatanganku.
"Eeeeh, kamu Et. Tumben, ada apa, kok datang sendirian?".
Aku menjawab, "Ah, enggak iseng aja. Sekedar mau tahu aja rumah bapak".
Lalu dia mengajak masuk ke dalam, "Oooo, begitu. Ayolah masuk. Maaf rumah saya kecil begini. Tunggu, ya, saya paké baju dulu". Memang tampak Pak Freddy hanya mengenakan handuk saja. Tak lama kemudian dia keluar dan bertanya sekali lagi tentang keperluanku. Aku sekedar menjelaskan, "Cuma mau tanya pelajaran, Pak. Kok sepi banget Pak, rumahnya".
Dia tersenyum, "Saya kost di sini. Sendirian."
Selanjutnya kita berdua diskusi soal bahasa Inggris sampai tiba waktu makan siang dan Pak Freddy tanya, "Udah laper, Et ?".
Aku jawab, "Lumayan, Pak".
Lalu dia berdiri dari duduknya, "Kamu tunggu sebentar ya, di rumah. Saya mau ke warung di ujung jalan situ. Mau beli nasi goreng. Kamu mau kan?".
Langsung kujawab, "Ok-ok aja, Pak.".
Sewaktu Pak Freddy pergi, aku di rumahnya sendirian dan aku jalan-jalan sampai ke ruang makan dan dapurnya. Karena bujangan, dapurnya hanya terisi seadanya saja. Tetapi tanpa disengaja aku melihat kamar Pak Freddy pintunya terbuka dan aku masuk saja ke dalam. Kulihat koleksi bacaan berbahasa Inggris di rak dan meja tulisnya, dari mulai majalah sampai buku, hampir semuanya dari luar negeri dan ternyata ada majalah porno dari luar negeri dan langsung kubuka-buka. Aduh! Gambar-gambarnya bukan main. Cowok dan cewek yang sedang bersetubuh dengan berbagai posisi dan entah kenapa yang paling menarik bagiku adalah gambar di mana cowok dengan asyiknya menjilati vagina cewek dan cewek sedang mengisap penis cowok yang besar, panjang dan kekar.
Tidak disangka-sangka suara Pak Freddy tiba-tiba terdengar di belakangku, “Lho !! Ngapain di situ, Et. Ayo kita makan, nanti keburu dingin nasinya”.
Astaga! Betapa kagetnya aku sembari menoleh ke arahnya tetapi tampak wajahnya biasa-biasa saja. Majalah segera kulemparkan ke atas tempat tidurnya dan aku segera keluar dengan berkata tergagap-gagap, “Ti..ti..tidak, eh, eng...gggak ngapa-ngapain, kok, Pak. Maaa..aaa..aaf, ya, Pak”.
Pak Freddy hanya tersenyum saja, “Ya. Udah tidak apa-apa. Kamar saya berantakan. tidak baik untuk dilihat-lihat. Kita makan aja, yuk”.
Syukurlah Pak Freddy tidak marah dan membentak, hatiku serasa tenang kembali tetapi rasa malu belum bisa hilang dengan segera.
Pada saat makan aku bertanya, “Koleksi bacaannya banyak banget Pak. Emang sempat dibaca semua, ya Pak?”.
Dia menjawab sambil memasukan sesendok penuh nasi goreng ke mulutnya, “Yaaa..aah, belum semua. Lumayan buat iseng-iseng”.
Lalu aku memancing, “Kok, tadi ada yang begituan”.
Dia bertanya lagi, “Yang begituan yang mana”.
Aku bertanya dengan agak malu dan tersenyum, “Emmmm..., Ya, yang begituan, tuh. Emmmm..., Majalah jorok”.
Kemudian dia tertawa, “Oh, yang itu, toh. Itu dulu oleh-oleh dari teman saya waktu dia ke Eropa".
Selesai makan kita ke ruang depan lagi dan kebetulan sekali Pak Freddy menawarkan aku untuk melihat-lihat koleksi bacaannya.
Lalu dia menawarkan diri, “Kalau kamu serius, kita ke kamar, yuk”.
Akupun langsung beranjak ke sana. Aku segera ke kamarnya dan kuambil lagi majalah porno yang tergeletak di atas tempat tidurnya.
Begitu tiba di dalam kamar, Pak Freddy bertanya lagi, “Betul kamu tidak malu?”, aku hanya menggelengkan kepala saja. Mulai saat itu juga Pak Freddy dengan santai membuka celana jeans-nya dan terlihat olehku sesuatu yang besar di dalamnya, kemudian dia menindihkan dadanya dan terus semakin kuat sehingga menyentuh vaginaku. Aku ingin merintih tetapi kutahan.
Pak Freddy bertanya lagi, “Sakit, Et”. Aku hanya menggeleng, entah kenapa sejak itu aku mulai pasrah dan mulutkupun terkunci sama sekali. Semakin lama jilatan Pak Freddy semakin berani dan menggila. Rupanya dia sudah betul-betul terbius nafsu dan tidak ingat lagi akan kehormatannya sebagai Seorang Guru. Aku hanya bisa mendesah ,"Aaaa..., aahhh, Hemmm..., Uuuuu..., uuuh".
Akhirnya aku lemas dan kurebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Pak Freddy pun naik dan bertanya.
“Enak, Et?”
“Lumayan, Pak”.
Tanpa bertanya lagi langsung Pak Freddy mencium mulutku dengan ganasnya, begitupun aku melayaninya dengan nafsu sembari salah satu tanganku mengelus-elus penis yang perkasa itu. Terasa keras sekali dan rupanya sudah berdiri sempurna. Mulutnya mulai mengulum kedua puting payudaraku. Praktis kami berdua sudah tidak berbicara lagi, semuanya sudah mutlak terbius nafsu birahi yang buta. Pak Freddy berhenti merangsangku dan mengambil majalah porno yang masih tergeletak di atas tempat tidur dan bertanya kepadaku sembari salah satu tangannya menunjuk gambar cowok memasukan penisnya ke dalam vagina seorang cewek yang tampak pasrah di bawahnya.
“Boleh saya seperti ini, Et?”.
Aku tidak menjawab dan hanya mengedipkan kedua mataku perlahan. Mungkin Pak Freddy menganggap aku setuju dan langsung dia mengangkangkan kedua kakiku lebar-lebar dan duduk di hadapan vaginaku. Tangan kirinya berusaha membuka belahan vaginaku yang rapat, sedangkan tangan kanannya menggenggam penisnya dan mengarahkan ke vaginaku.

Kelihatan Pak Freddy agak susah untuk memasukan penisnya ke dalam vaginaku yang masih rapat, dan aku merasa agak kesakitan karena mungkin otot-otot sekitar vaginaku masih kaku. Pak Freddy memperingatkan, “Tahan sakitnya, ya, Et”. Aku tidak menjawab karena menahan terus rasa sakit dan, "Akhhhh..., bukan main perihnya ketika batang penis Pak Freddy sudah mulai masuk, aku hanya meringis tetapi Pak Freddy tampaknya sudah tak peduli lagi, ditekannya terus penisnya sampai masuk semua dan langsung dia menidurkan tubuhnya di atas tubuhku. Kedua payudaraku agak tertekan tetapi terasa nikmat dan cukup untuk mengimbangi rasa perih di vaginaku.
Semakin lama rasa perih berubah ke rasa nikmat sejalan dengan gerakan penis Pak Freddy mengocok vaginaku. Aku terengah-engah, “Hah, hah, hah,...”. Pelukan kedua tangan Pak Freddy semakin erat ke tubuhku dan spontan pula kedua tanganku memeluk dirinya dan mengelus-elus punggungnya. Semakin lama gerakan penis Pak Freddy semakin memberi rasa nikmat dan terasa di dalam vaginaku menggeliat-geliat dan berputar-putar.
Sekarang rintihanku adalah rintihan kenikmatan. Pak Freddy kemudian agak mengangkatkan badannya dan tanganku ditelentangkan oleh kedua tangannya dan telapaknya mendekap kedua telapak tanganku dan menekan dengan keras ke atas kasur dan ouwwww..., Pak Freddy semakin memperkuat dan mempercepat kocokan penisnya dan di wajahnya kulihat raut yang gemas. Semakin kuat dan terus semakin kuat sehingga tubuhku bergerinjal dan kepalaku menggeleng ke sana ke mari dan akhirnya Pak Freddy agak merintih bersamaan dengan rasa cairan hangat di dalam vaginaku. Rupanya air maninya sudah keluar dan segera dia mengeluarkan penisnya dan merebahkan tubuhnya di sebelahku dan tampak dia masih terengah-engah.
Setelah semuanya tenang dia bertanya padaku, “Gimana, Et? Kamu tidak apa-apa? Maaf, ya”.
Sembari tersenyum aku menjawab dengan lirih, “tidak apa-apa. Agak sakit Pak. Saya baru pertama ini”.
Dia berkata lagi, “Sama, saya juga”.
Kemudian aku agak tersenyum dan tertidur karena memang aku lelah, tetapi aku tidak tahu apakah Pak Freddy juga tertidur.
Sekitar pukul 17:00 aku dibangunkan oleh Pak Freddy dan rupanya sewaktu aku tidur dia menutupi sekujur tubuhku dengan selimut. Tampak olehku pak Freddy hanya menggunakan handuk dan berkata, “Kita mandi, yuk. Kamu harus pulang kan?”.
Badanku masih agak lemas ketika bangun dan dengan tetap dalam keadaan telanjang bulat aku masuk ke kamar mandi. Kemudian Pak Freddy masuk membawakan handuk khusus untukku. Di situlah kami berdua saling bergantian membersihkan tubuh dan akupun tak canggung lagi ketika Pak Freddy menyabuni vaginaku yang memang di sekitarnya ada sedikit bercak-bercak darah yang mungkin luka dari selaput daraku yang robek. Begitu juga aku, tidak merasa jijik lagi memegang-megang dan membersihkan penisnya yang perkasa itu.
Setelah semua selesai, Pak Freddy membuatkan aku teh manis panas secangkir. Terasa nikmat sekali dan terasa tubuhku menjadi segar kembali. Sekitar jam 17:45 aku pamit untuk pulang dan Pak Freddy memberi ciuman yang cukup mesra di bibirku. Ketika aku mengemudikan mobilku, terbayang bagaimana keadaan papa dan mama dan nama baik sekolah bila kejadian yang menurutku paling bersejarah tadi ketahuan. Tetapi aku cuek saja, kuanggap ini sebagai pengalaman saja.
Semenjak itulah, bila ada waktu luang aku bertandang ke rumah Pak Freddy untuk menikmati keperkasaannya dan aku bersyukur pula bahwa rahasia tersebut tak pernah sampai bocor. Sampai sekarangpun aku masih tetap menikmati genjotan Pak Freddy walaupun aku sudah menjadi mahasiswa, dan seolah-olah kami berdua sudah pacaran. Pernah Pak Freddy menawarkan padaku untuk mengawiniku bila aku sudah selesai kuliah nanti, tetapi aku belum pernah menjawab. Yang penting bagiku sekarang adalah menikmati dulu keganasan dan keperkasaan penis guru bahasa Inggrisku itu.
Bar
Bar itu terletak di sudut kota, bagian paling gelap dari Jakarta. Bar itu bisa buka mulai dari pagi hingga pagi lagi, tanpa pernah kelihatan tutup. Hampir seluruh pengunjungnya adalah laki-laki pemabuk, preman, pembuat onar. Wanita, sangat jarang, atau bisa dikatakan tidak pernah datang atau mengenali tempat itu. Mulai dari pukul 12 siang, sejumlah preman sudah mulai minum-minum, membuat pengunjung yang peminum biasa cepat-cepat pergi meninggalkan bar itu. Empat dari mereka bermain bola sodok dan yang lima lainnya sedang berbicara dengan Rony. Sekitar pukul tujuh malam seorang sosok wanita masuk. Ia sama sekali tidak cocok dengan tempat itu.
Selly, wanita itu, sudah dijanjikan akan dijemput oleh pacarnya sekitar pukul tujuh, dan pacarnya mengatakan agar ia berpakaian seksi dan sensual. Bagi Selly sendiri, itu bukan masalah. Ia menghabiskan sepanjang sore berbelanja dan berdandan. Ia kemudian mengenakan gaun malam hitam. Bagian dadanya lumayan rendah membuat belahan dadanya terlihat, tapi tidak terlalu banyak. Buah dada Selly tidak besar, tapi padat dan bulat, dan tetap mengacung walaupun ia tidak mengenakan BH sekalipun. Pantatnya juga terlihat bulat di tutupi oleh gaun malam itu. Selly terlihat tinggi karena di kakinya ia memakai sepatu dengan hak setinggi sepuluh senti. Panjang gaun malam itu hanya sampai sepuluh senti di atas lutut Selly, membuat kaki Selly yang panjang terlihat jelas, halus, putih mulus. Karena ketatnya gaun yang ia pakai, Selly harus berjalan perlahan, masuk ke dalam bar itu. Rambut Selly yang berwarna kecoklatan jatuh tergerai di punggungnya. Secara keseluruhan penampilan Selly membuat bar itu semakin terasa panas.
Pacarnya bilang bahwa ia akan menjemput Selly untuk makan malam, tapi sekarang Selly sendiri tidak yakin apakah memang tempat ini yang dimaksudkan, setelah matanya melihat keadaan di sekelilingnya. Ia sendiri harus bertanya beberapa kali untuk bisa sampai ke tempat ini. Selly yang tidak melihat teman kencannya, memutuskan untuk memesan soft drink dan menunggu sebentar. Selly menghampiri tempat duduk kosong di sebelah meja bola sodok, dan duduk di situ berharap teman kencannya akan segera datang dan membawanya pergi dari situ.
Keempat orang yang sedang bermain bola sodok memandanginya sejenak dan mengenali Selly, mereka berkata bahwa mereka adalah fans berat Selly dan mengajaknya untuk ikut dalam permainan bola sodok mereka. Dengan sopan Selly mengucapkan terima kasih dan menolak tawaran itu, dan mengatakan bahwa ia sedang menunggu temannya.
Masing-masing dari keempat orang itu menatap Selly untuk beberapa saat, dan Selly sendiri merasa merinding ketika matanya menatap mata mereka. Mereka menjilati bibir mereka setiap kali mata Selly beradu pandang dengan mereka. Setelah minum-minum beberapa gelas kemudian, suasana semakin menakutkan bagi Selly. Mereka berdiri di sebelah Selly sambil mengusapi selangkangan mereka menunggu giliran untuk menyodok bola. Mereka mulai melontarkan kata-kata jorok seakan-akan Selly tidak ada di situ.
"Hei Non, gimana kalo lo buka kaki lo, jadi kita bener-bener punya lubang beneran buat disodok!" seseorang dari mereka berkata.
"Gimana kalo kita nyanyi sama-sama di ranjang Non?" yang lain menimpali.
Selly berusaha mengacuhkan mereka, tapi mereka terus melontarkan kalimat-kalimat jorok itu. Selly memutuskan untuk menunggu teman kencannya di luar sehingga ia tidak harus melihat orang-orang itu. Tapi seseorang segera mendekatinya dan menempatkan tangannya di bahu Selly serta mendorongnya duduk kembali sementara ia sendiri duduk di sebelah Selly.
"Taruhan yuk?!, Kalo gue bisa masukin bola di sudut itu, lo kulum punya gue di mulut lo!" katanya keras, sambil kemudian menjilat dan mencium telinga Selly.
Selly hanya bisa memandangi dia dengan mulut terbuka tak percaya. Ia sama sekali tidak percaya mendengar perkataan laki-laki itu. Seumur hidupnya belum pernah ada orang yang berbicara sedemikian vulgar kepadanya. Ketika Selly tidak mengatakan apa-apa, orang itu memasukkan tangannya ke dalam gaun Selly, merabai pahanya dan berusaha membuka kaki Selly. Selly meronta dan memandang sekelilingnya dengan tatapan memelas mohon pertolongan. Orang yang lain kemudian berteriak bahwa sekarang giliran laki-laki itu untuk main. Ketika laki-laki itu bangkit, Selly merasa lega, tapi tidak lama. Laki-laki lain menggantikan orang itu dan dua orang lainnya menghadangnya di depan. Laki-laki yang bertaruh tadi menyodok bolanya. Ia kemudian melemparkan tongkatnya ke atas meja, memandang Selly sambil menyeringai, dan perlahan berjalan mendekati Selly.
"Lo utang satu kali sama gue!" katanya singkat.
Rony segera berlari mendekati pintu dan menguncinya. Dua orang menarik Selly yang meronta dan menjerit, dari atas tempat duduknya. Kedua laki-laki itu berkata kalau Selly bisa berteriak sekuat tenaga, tapi tetap akan melayani mereka apapun yang terjadi! Wajah Selly memutih pucat ketakutan, dan memohon pada mereka untuk melepaskan dirinya. Selly berkata, dirinya tidak membawa banyak uang, tapi mereka bisa mengambil kartu kredit dan semua uang yang ada di dompetnya kalau mereka melepaskan dirinya. Laki-laki yang menang taruhan tadi hanya tertawa dan menurunkan resleting celananya.
"Gue nggak butuh duit lo! Lo bisa simpen duit lo! Tapi yang pasti lo nggak bakalan bisa nyimpen badan lo cuma buat lo sendiri!" katanya.
Selly akan segera diperkosa beramai-ramai. Selly hanya mempunyai dua pilihan. Melawan dan berharap bisa melarikan diri, atau berusaha rileks dan berdoa mereka tidak melukai dirinya. Ketika Selly melihat sepuluh orang mengeliling dirinya, Selly menyadari ia harus menyerahkan dirinya.
Tiba-tiba, Selly dipaksa untuk berlutut. Rony tadi memegang rambut dan kepala Selly hingga tidak dapat bergerak. Laki-laki yang bertaruh tadi maju mendekati Selly. Ketika ia mengeluarkan penisnya, ia memerintahkan Selly untuk segera mengulumnya dan jika ia berani mengigit penisnya, ia akan merontokan gigi Selly dan melanjutkan memperkosa mulut Selly. Rony tadi mendorong kepala Selly ke depan. Laki-laki di depan Selly memajukan penisnya mendekati muka Selly. Ketika penisnya sudah tegang dan keras, ia menjepit hidung Selly untuk membuat Selly membuka mulutnya.
Ketika Selly kehabisan nafas dan membuka mulutnya untuk menghirup udara, ia mendorong penisnya ke dalam mulut Selly. Laki-laki itu berhenti begitu bibir Selly telah melingkar di penisnya dan membiarkan Rony di belakang Selly membantunya. Rony tadi mulai mendorong dan menarik kepala Selly. Kepala Selly bergerak maju dan mundur tanpa henti, terus menerus. Lipstik Selly yang berwarna merah menempel di batang penis yang ada di mulutnya. Dan ketika kepala penis itu masuk ke tenggorokannya Selly tersedak, tapi Rony tetap mendorong hingga kepala penis itu masuk lebih dalam di tenggorokan Selly. Selly dipegangi hingga tak bergerak dengan penis yang terbenam hingga tenggorokannya, sementara mereka berbicara satu sama lain.
"Lumayan! Anget dan empuk! Tapi gue pikir dia musti banyak berlatih soal beginian." Kata laki-laki di depan Selly.
"Mungkin dia belon pernah pake mulutnya? Gimana? Lo udah pernah pake mulut lo Selly sayang?" tanya yang lain.
"Tentu aja dia pernah! Mulutnya nggak dipake buat makan doang tau?! Liat aja tuh bibir, punya lo kayak dijepit sama tuh bibir kan?" kata Rony sambil melihat dari bahu Selly.
Laki-laki pertama tadi lalu mendorong Rony untuk menjauh. Tangannya kemudian menjambak rambut Selly dan mulai menggerakannya dengan kasar membuat penisnya kembali bergerak keluar masuk di mulut Selly. Semua orang dapat mendengar suara dahi Selly yang menumbuk perut orang itu, dan erangan Selly yang terdengar setiap kali penis itu masuk jauh ke tenggorokannya.
Ketika laki-laki itu akan mengalami orgasem ia mendorong kepala Selly hingga hidung Selly terbenam di dalam rambut kemaluan orang itu tanpa bisa menarik nafas. Sperma langsung menyembur keluar memenuhi mulut Selly. Dan dari sudut mulut Selly sperma menyemprot keluar, mengalir turun, menggantung di dagu Selly. Kemudian orang itu mulai bergerak lagi tanpa henti. Sperma terus mengalir keluar, jatuh dari leher Selly ke atas gaun hitam yang dikenakan Selly. Ketika akhirnya ia menarik penisnya dari mulut Selly, Selly megap-megap menarik nafas dan terbatuk-batuk memuntahkan sperma yang masih ada di tenggorokannya.
Dua orang kemudian memegangi Selly sementara yang lain mulai melepaskan pakaian mereka. Selly sendiri tak berdaya untuk melarikan diri, setelah baru saja ia mengalami shock karena sperma yang disemburkan masuk ke dalam mulutnya, tapi mereka tetap memeganginya.
Ketika semuanya telah telanjang bulat, ia diangkat dan diletakan di atas meja bola sodok dan langsung dipegangi oleh empat orang laki-laki, setiap orang memegangi tangan dan kakinya. Kaki Selly terbuka lebar dan tubuhnya terlentang, lampu di atas kepala Selly membuat matanya terpejam karena silau. Rony mendekat dan naik ke atas meja.
Perlahan ia mengosokan penisnya yang besar ke kaki Selly. Yang lain hanya bisa memandang iri pada penis Rony yang panjangnya hingga 25 senti dan selalu ia yang mendapat kesempatan pertama. Rony memerintahkan orang di dekat kepala Selly untuk mengangkat kepala Selly hingga Selly bisa melihat ketika penis Rony mulai masuk ke vagina Selly. Orang yang memegangi kaki Selly berusaha membuka kaki Selly lebih lebar, tapi terhalang oleh gaun yang dikenakan Selly. Rony langsung menarik gaun tersebut robek hingga pinggang Selly.
Orang-orang berseru kagum ketika melihat apa yang dikenakan Selly di bawah gaunnya. Ia mengenakan stocking warna hitam dengan celana dalam sutra berenda yang mirip dengan bikini. Orang yang memegang tangan Selly lalu menarik gaun bagian atas, terlihatlah BH warna hitam yang menutupi separuh dari buah dada Selly. Puting susu Selly tampak mencuat dari balik BH yang tipis dan berenda itu.
"Gila! Lo pake pakaian kayak gini dan lo musti dipaksa buat ngulum punya dia! Kata Rony.
"Mungkin lo nggak suka sama kita semua ya? Lo anggep kita nggak pantes lo layanin, gitu? Jadi lo pikir cuma Roy yang berhak nidurin lo? Lo dandan kayak gini biar Roy napsu sama lo kan? Asal lo tau aja Selly, buat sementara waktu Roy atau siapapun juga nggak bisa nidurin lo! Karena mereka semua musti nunggu lo selesai ngelayanin kita semua di sini! Sekarang kita liat seberapa hotnya lo!".
Selly terpana, menyadari nama teman kencannya adalah Roy! Roy yang mengajak dirinya makan malam! Roy yang meminta agar Selly berpakaian seksi! Roy yang memintanya agar menunggu di bar ini Roy telah menjual tubuh Selly untuk para preman ini!.
Setelah menarik lepas celana dalam dan BH Selly, Rony menyuruh orang-orang yang memegangi Selly melepaskannya. Selly berusaha meronta dan menendang Rony, tapi ia kalah cepat. Rony langsung memegang kedua pergelangan tangan Selly yang ramping dengan satu tangan dan menekannya di atas meja dekat kepala Selly, sementara ia menempatkan pinggulnya diantara kedua kaki Selly. Rony kemudian berusaha membuka kaki Selly dengan kedua lututnya dan mengarahkan penisnya yang sudah keras ke vagina Selly dengan bantuan tangannya yang masih bebas. Dengan satu kali dorongan, Rony dengan keras memasuki vagina Selly. Selly menjerit sekeras-kerasnya, dan makin meronta-ronta, tanpa daya menghentikan Rony memperkosa dirinya. Rony sendiri menikmati sekali segala jeritan dan rontaan Selly. Ia menyeringai setiap kali Selly menjerit kesakitan.
Ketika Rony sedang memperkosanya, laki-laki lainnya ikut menyakiti Selly dengan mencubit, meremas, meraba, mengisap, mengigit, menjilat dan menciumi seluruh tubuh Selly. Mereka mulai dengan memainkan buah dada Selly dan mengisapi puting susunya, tangan-tangan mereka juga menarik-narik dan menjepit puting susunya. Seseorang menutup mulut Selly dengan tangannya sehingga seluruh jerita Selly hanya berupa erangan tak jelas. Kaki Selly diangakat tinggi-tinggi dari atas meja sementara tangan-tangan merabainya, menikmati halusnya kaki Selly. Seseorang berusaha membuka belahan pantat Selly dan sesuatu yang basah dimasukan ke liang anusnya. Dua buah penis menampari wajah Selly, mengenai pipi dan matanya.
Beberapa menit kemudian jeritan Selly hanya tinggal erangan dan rintihan tapi Rony memperkosa Selly tanpa henti, terus bergerak makin cepat. Setelah lama kemudian, Rony menarik penisnya hingga hampir terlepas dari jepitan vagina Selly, ia mengerang dan maju mendorong ke depan sekuat tenaga. Kepala Selly terdongak dan jeritan melengking terdengar, melolong panjang keluar dari mulut Selly yang masih tertutup oleh tangan. Rony mengejang beberapa saat dan bergerak beberapa kali, dan penisnya menyemburkan sperma ke dalam vagina Selly. Sperma, bercampur dengan darah, mulai mengalir keluar dari vagina Selly. Sperma Rony menyembur tanpa henti, hingga mengalir dan tergenang di atas meja bola sodok. Laki-laki yang lain kemudian melepaskan pegangan mereka pada diri Selly dan bertengkar mengenai giliran siapa selanjutnya.
Selly hanya bisa berbaring tak bergerak ditindih oleh Rony, kaki dan tangannya masih terbuka lebar, ia menangis histeris. Satu-satunya yang telah Selly jaga, mulai dari SMA, universitas, hingga kini, adalah keperawanannya. Selly ingin menyimpan keperawanannya itu untuk malam pertama di hari pernikahannya. Ia telah diperkosa dan keperawanannya telah hilang.
"Gila! Dia masih perawan! Gue taruhan si Roy pasti nggak tau soal ini! Artis kayak lo masih ada yang perawan juga ya Selly, gue pikir lo udah kasihin ke produser lo!" kata Rony.
Ia menatap Selly yang masih terus menangis.
"Udah dong Selly, jangan nangis terus! Perawan lo udah ilang sekarang, nasi udah jadi bubur! Lo mustinya bangga ama diri lo, soalnya punya lo masih sempit banget! Pokoknya paling sempit dari semua yang udah pernah gue pake! Lagipula kita baru aja mulai!" katanya pada Selly.
Rony kemudian menarik penisnya keluar. Semua orang melihat bagaimana vagina Selly menjepit penis itu ketika penis itu perlahan keluar dari vagina Selly. Seorang laki-laki segera naik ke atas meja setelah Rony turun. Ia tidak terlalu terburu-buru. Sekarang, Selly dapat merasakan bagaimana bibir vaginanya perlahan membuka dan penis itu sedikit demi sedikit masuk ke dalamnya. Kesakitan kembali tercermin di wajah Selly, ketika ia merasa tubunnya seperti dirobek oleh penis yang masuk.
"Lo jangan belagu deh! Kalo lo nggak suka sama punya gue atau punya temen gue tadi, masih ada yang laen! Cepet atau lambat lo pasti temuin yang lo suka!" bentak orang itu.
Perkataan orang itu membuat apa yang telah ia takutkan selama ini menjadi nyata. Selly akan diperkosa bergantian oleh seluruh orang yang ada di bar itu. Dan ia tidak punya pilihan sama sekali. Selly hanya bisa menyerahkan dirinya dan melayani mereka hingga selesai. Sekarang Selly hanya berharap ia bisa keluar dari situ hidup-hidup, dan berharap tidak ada seorangpun yang tahu apa yang telah ia alami.
Selly kemudian berusaha berpikir bagaimana membuat semua siksaan ini semakin cepat berakhir. Ia berusaha mengingat adegan-adegan film-film erotis yang pernah dilihatnya. Ia berusaha mengingat apa yang harus dilakukan untuk mendorong seorang pria cepat mencapai orgasme.
Selly kemudian melingkarkan tangannya ke leher laki-laki yang ada di atas tubuhnya dan menariknya mendekat, lalu menciumi bibir laki-laki itu. Selly lalu melingkarkan kakinya ke tubuh laki-laki itu dan mengosokan kakinya yang terbungkus stocking ke pinggul dan pantatnya. Walaupun rasa sakit masih terus menyerang vagina Selly, Selly terus saja melingkarkan dan mengunci kakinya ke pantat dan menariknya hingga penis laki-laki itu masuk lebih dalam ke dalam vagina Selly, dibarengi oleh Selly dengan mengangkat pinggulnya. Sebelah tangan Selly mengusapi rambut laki-laki itu sementara yang lainnya merabai pundak dan punggungnya. Ia menciumi dan mengulum lidah laki-laki itu sembari mengeluarkan erangan seakan-akan ia menikmati semuanya. Selly berusaha mengingat semua adegan erotis yang pernah dilihatnya, berusaha membuat laki-laki yang sedang memperkosanya segera mengalami orgasme.
Berhasil!. Ia menyemburkan spermanya ke dalam vagina Selly yang sudah terisi oleh sperma Rony. Lalu dengan segera orang lain menggantikan laki-laki itu, kemudian laki-laki lain menyusul, setelah itu temannya juga mulai memperkosa Selly. Selly berusaha membuat mereka orgasme secepat mungkin, tapi akhirnya Selly tidak bisa lagi menahan semua itu. Ia tidak bisa lagi menahan rasa sakit dan ia sudah kehabisan tenaga melayani laki-laki itu. Selly lalu menangis dan memohon pada semuanya agar melepaskan dirinya. Laki-laki yang sedang menindihnya meremas buah dada Selly keras-keras hingga Selly menjerit kesakitan.
"Jangan berisik! Lo belon ngelayanin temen-temen gue! Masih ada lima orang lagi!" bentaknya pada Selly.
Tiba-tiba orang itu menarik penisnya keluar dan merangkak ke dada Selly. Selly sudah sangat ketakutan sekarang hingga ia hanya bisa berbaring dengan mata terpejam erat, menunggu orang selanjutnya yang akan mengambil giliran memperkosanya. Ia sama sekali tidak menyadari orang yang baru saja memperkosanya mengarahkan penisnya ke muka Selly. Dan tepat sebelum orang itu orgasme Selly membuka matanya. Sperma segera menyembur ke seluruh wajah Selly. Seseorang memegangi kepala Selly, hingga seluruh sperma itu keluar menyembur dari penis itu. Ketika orang itu puas ia menarik rambut Selly dan menamparkan penisnya ke wajah Selly.
"satu-satunya yang boleh lo mohon cuma ini tau? Lo sendiri yang masuk ke sini pake pakaian kayak gini dan lo mohon kita berhenti? Lo bercanda apa? Lo musti ngelayanin kita sampe kita nggak bisa bangun lagi! Ngerti" Orang itu membentak Selly.
Lima orang terakhir kemudian mengambil giliran masing-masing dan memperlakukan Selly sama dengan orang sebelumnya. Ketika hampir orgasme, mereka menarik penisnya keluar, merangkak di atas dada Selly, dan memyemprotkan sperma mereka ke seluruh wajah dan buah dada Selly kemudian menarik rambut Selly untuk membersihkan penis mereka. Dan ketika orang yang terakhir selesai Selly berbaring hampir tak sadarkan diri.
Wajah, buah dada, dan puting susu Selly seluruhnya dilumuri sperma. Sperma itu mengalir turun dari sisi wajahnya, masuk ke telinga dan leher Selly. Selly tidak bisa membuka matanya karena semuanya tertutup oleh sperma. Selly harus bernafas melalui mulutnya karena sperma sudah masuk ke hidungnya. Rambut Selly yang kecoklatan terlihat kusut karena terkena sperma yang mengering di rambutnya. Ketika orang-orang itu beristirahat sejenak, Selly hanya berbaring di atas meja bola sodok, kakinya terbuka lebar dan sperma mengalir keluar dari vaginanya, menunggu orang selanjutnya memperkosa dirinya. Vagina Selly tampak memar, memerah, dan terasa sakit karena baru saja dimasuki sepuluh orang bergantian tanpa henti.
Dua orang menarik tubuh Selly turun dari meja bola sodok itu dan menyeretnya ke kamar mandi. Mereka kemudian membersihkan tubuh Selly dengan kertas tisu yang kasar dari sperma yang menempel. Dan ketika tubuhnya diseret keluar lagi, Selly melihat meja bola sodok tadi telah dipindahkan ke pinggir ruangan. Di tengah ruangan itu sekarang tergelar matras kusam dan delapan laki-laki telanjang bulat berdiri mengelilinginya. Selly didorong ke tengah-tengah lingkarang orang itu, hingga ia terjatuh ke atas matras, tubuhnya tersungkur tak berdaya untuk mengangkat tubuhnya. Selly merasakan tangan-tangan di seluruh tubuhnya mulai menarik, mendoorng dan mengangkat tubuhnya. Ketika Selly membuka matanya ia melihat seseorang telah berbaring terlentang di bawah tubuhnya.
Orang itu adalah si Rony, dan penisnya sudah tegak berdiri. Kedua bibir vagina Selly kemudian dibuka oleh dua pasang jari-jari ketika perlahan tubuh Selly diturunkan mengarah ke penis Rony. Denga sisa-sisa sperma yang ada, penis itu dapat lebih mudah masuk ke dalam vagina Selly. Dan Selly sendiri hanya mengerang, merasakan kembali sakit walaupun tidak lagi menyengat ketika pertama kali ia diperkosa oleh Rony tadi. Seseorang kemudian menarik rambutnya, dan sebuah penis lain mendekati mulutnya. Selly dengan perlahan membuka mulutnya, berharap mereka tidak akan menyakitinya jika ia menuruti kemauan mereka. Penis itu masuk hingga ke tenggorokan Selly dan berhenti tak bergerak. Selanjutnya Selly merasakan sebuah tangan mendorong tubuhnya hingga turun. Kemudian tangan-tangan lain mulai membuka belahan pantatnya. Selly panik dan berusaha merangkak menjauhi tangan-tangan itu. Dengan merangkak Selly membuat penis di mulutnya masuk makin dalam ke tenggorokannya.
"Hei, lo suka juga akhirnya! Kalo gitu ayo mulai aja sayang!" kata orang yang memasukan penisnya ke mulut Selly sambil tersenyum.
Ia mulai menggerakan pinggulnya secepat dan sekuat tenaga. Tubuh Selly yang terdorong mundur karena gerakan orang itu, disambut dengan sebuah penis lain di liang anusnya. Sekarang rasa sakit yang perlahan mulai hilang dari tubuh Selly, kembali menyengat seluruh tubuhnya. Rasa sakit itu semakin menjadi-jadi, sakit yang tidak pernah dirasakan Selly sebelumnya. Pikiran Selly menjerit-jerit kesakitan, sedangkan mulutnya hanya bisa mengeluarkan suara tidak jelas diredam oleh penis yang keluar masuk. Rasa sakit itu makin menjadi-jadi, ketika ketiga orang itu mulai bergerak berirama. Tubuh Selly seperti terkoyak-koyak ketika penis-penis itu bergantian keluar masuk di dalam vagina dan anusnya. Dua orang kemudian mendekat memegangi tubuh Selly hingga ia tidak terjatuh ke samping. Semua lubang di tubuh Selly, mulut, vagina dan anus dipergunakan oleh mereka untuk memuaskan nafsu mereka secara bersamaan. Kemudian dua orang terkahir tadi menarik tangan Selly, melingkarkan jari-jari Selly di penis mereka dan menyuruhnya untuk mulai mengocok penis-penis mereka, sementara dua orang lainnya berlutut di samping Selly, dan menarik buah dadanya untuk kemudian digosokan pada penis mereka.
Sekarang Selly sudah dalam keadaan berlutut, tubuhnya bergoyang maju mundur. Tujuh dari sepuluh orang itu terus-menerus menggunakan tubuh Selly untuk membuat mereka puas. Tidak seorang pun peduli dan melihat bahwa Selly sama sekali tidak bisa bergerak. Semuanya tampak sangat bernafsu memperoleh bagian tubuh Selly.
Setelah beberapa menit rasa sakit itu mulai bisa ditekan oleh Selly. Selly terus memejamkan matanya karena ia tidak ingin melihat bagaiman orang-orang itu mempergunakan tubuhnya untuk memuaskan mereka. Ia hanya berharap semua itu segera selesai, karena dirinya hampir tidak bisa lagi menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.
Orang di anus Selly lebih dulu orgasme. Ketika ia selesai dan menarik penisnya keluar, orang lain maju dan dengan mempergunakan sperma orang yang pertama, ia melumasi penisnya dan memasukannya ke anus Selly. Lalu orang di mulutnya menyemburkan sperma, membuat Selly tersedak tak bisa bernafas, berusaha sekuat tenaga menelan sperma orang itu. Lalu penis itu ditarik dan digantikan oleh penis lain, yang kali ini lebih besar. Selly berusaha membuka mulutnya, tapi orang itu tidak sabar dan langsung mendorong penisnya masuk, dan mulai bergerak. Ia mendorong penisnya dalam-dalam dan tidak menariknya keluar, terus menahannya di dalam tenggorokan Selly. Selly kemudian merasakan getaran dari tubuh Rony di bawahnya dan cairan hangat mengalir ke dalam vaginanya, segera setelah itu orang lain menggantikan posisi Rony tadi.
Orang-orang tadi bergantian memperkosa Selly di seluruh lubang yang ada, ia terus menelan semua sperma yang disemburkan di dalam mulutnya. Dua orang di depan wajahnya mengocok penisnya masing-masing dan mengarahkan penisnya ke wajah Selly. Ketika Selly melihat ke bawah, orang di bawah tubuhnya sedang menatap wajahnya dan kepalanya diganjal oleh kedua tangannya. Tak lama kemudian sperma kembali masuk ke dalam vagina Selly, dua detik kemudian sperma menyembur ke anusnya.
Penis lain kembali masuk ke vagina Selly. Selly kembali memejamkan matanya, ia sekarang hanya bisa mengeluarkan suara erangan, yang semakin tinggi ketika penis lain masuk ke anusnya. Ketika ia membuka matanya lagi, Selly melihat sebuah penis diarahkan ke wajahnya. Kepala penisnya berwarna ungu bulat, dan beberapa detik kemudian sperma menyembur menghantam wajahnya mengalir masuk ke mulutnya. Orang tubuh kemudian minggir dan sebuah penis lain maju mendekat.
Sepanjang malam Selly terus melanyani sepuluh orang itu hingga semuanya mendapat bagian menggunakan mulut, vagina dan anusnya paling sedikit satu kali. Dan ketika orang-orang tersebut puas dan menjauh dari tubuh Selly, tubuh Selly tetap tak bergeming dalam posisi merangkak, Selly lalu mengangkat wajahnya berusaha melihat orang-orang yang mengelilinginya, setelah itu semuanya gelap dan tubuhnya jatuh tersungkur tak sadarkan diri.
Beautiful Girl
Ira, sebut saja sesosok cewek pribumi yang sederhana namun mengikuti jaman sekaligus sebagai wanita karier. Kalau di era ABG bisa dikatakan Ira rada-rada Funky meski tetap anggun karena emang Ira bukanlah seorang tomboy. Sosok fiminin yang sempurna, seorang wanita karier yangsukses di sebuah bank di kota solo yang sudah menjadi bank negara.
Sedangkan saya sekarang telah dipercaya bokap saya untuk meneruskan bisnis ekspor di kota solo meski masih tergolong kecil. Bisa dikategorikan bisnis UKM saja. Saya sudah lama pakai bank "tersebut" meski dulu pernah mau ganti (kalo ganti bisa saja nggak akan ketemu Ira) karena nyaris hampir kena likuidasi. Namun aman bahkan menjadi bank yang bagus dan sehat meski tidaklah termasuk bank besar.
Kisah ini berawal beberapa bulan yang lalu, tepatnya akhir tahun 1999 menjelang millennium. Aku mengurusi semua kegiatan perusahaan, maklum ukm jadi dengan sistem tukang sate, semua ditangani sendiri dari memelihara ayam sampai menjual satenya (bisa dikatakan konglomerat kecil-kecilan lah). Aku biasa ngurusi dokumen ekspor yang berhubungan dengan bank "tersebut" sejak beberapa tahun lalu. Biasanya cowok jadi nggak ada kesan sama sekali. Saat itu aku punya masalah dengan Riri, bukan soal seks ataupun cinta namun soal ... kata dokter ... dan ... tunggu aja kisahku yang ini. Jadi aku sebagai cowok bisa bebas cari pengganti Riri sambil nunggu kepastian kata dokter itu.
Saking seringnya ke bank "tersebut" aku jadi akrab dengan semua staff namun tiba-tiba mataku tertuju pada sesuatu yang baru. Katanya karena bebas likuidasi maka ada tambahan karyawan. Seorang cewek di kasir yang terlihat lain di mataku. Sikapnya yang pendiam bisa dia tutupi dengan keluwesan dalam melayani nasabah. sesekali sebelum ke lantai atas di bagian ekspor aku sempatkan duduk menunggu di ruang tunggu kasir hanya sekedar memperhatikannya. Dia lah Ira. Lama sekali aku lakukan itu.
Tanpa aku duga sama sekali, karena prestasinya baik, Ira dipindahkan dibagian ekspor yang letaknya dibagian lantai atas yang sepi.
"Se..Se.... hatiku bergetar karena terkejut ... selamat siang" "Siang Pak, silakan duduk" "A..A..A...Lho, mas Anto kemana ?" "Ada apa Pak, bisa saya bantu?" "pamggil aja mas, mas kinko gitu mbak .. Ira .. betul khan namamu Ira ? "Ya, Mas Anto sekarang menjadi manajer keuangan exim, kenalkan dulu Pak .. eh Mas, saya pengganti Pak Anto" "Saya mau presentasi dokumen ini Mbak Ira" "Ekspornya ramai ya Mas ? kok sering main ke bank ini ?" matanya yang indah ... alamaaaak jantungku berhenti berdetak rasanya ... matanya seperti memberi tanda akan misteri yag selama ini tersembunyi sejak pertama kali jumpa. "Semuanya udah bereskan Mas, udah lama ngurus seperti ini pasti udah diluar kepala" "I..I...I..yaa Mbak tapi ...." nafasku mulai tidak teratur ditambah juniorku udah berdiri meski baru pertama kali bertatap muka.
"Please come in, we can use this room for your presentation Mas Kinko"
Ira menyuruhku langsung ke ruang presentasi dengan meja yang sangat panjang. Di depan sebuah proyektor digital siap membantu presentasi karena kita sengaja langsung bawa disket biar kalau kesalahan bisa langsung diedit pakai komputer.
"About number 76A, The shipment must be .... I think it's wrong Mas" "Wait ... number 76A ... oh ... yes I forgot it but ..." hatiku terasa tidak karuan ditambah rasa yang tersimpan cukup lama ini rasanya ingin meledak kayak bom di kejagung aja. "Yes, let's do the others item ...OK Mas" "Alamaaaak .... PD amat ini anak meski kulihat face-nya sedikit berubah seiring perubahan yang ada dalam diriku, aku semakin grogi dan juniorku tegang banget saat itu sehingga aku hanya duduk saja sambil .. mungkin wajahku memerah menahan sesuatu .... "Ada apa Mas ? kok kelihatannya ada something wrong ? Bagian mana yang salah mas ?" "Oh .... aa...aaa..." aku hanya bisa bergumam sambil nafasku bertambah tak karuan. Ku lihat kanan kiri, sepi karena emang ruangan ini selalu sepi apalagi kalau sedang ada presentasi, ditambah ruangan sengaja di buat agak remang-remang supaya proyektornya jelas. Rasanya inilah saatnya aku ungkapankan kata hatiku yang terpendam begitu lama. "What's Happen Mas ?" "Ir ... " aku beranikan diri untuk berdiri .... "forget it for this moment, I have something about you" "Ada apa Mas ... silakan minum Aqua dulu, ini aku ambilkan, tenangkan dirimu Mas ..." "Thanks Ira, tapi .. tunggu dulu Ira,Hold my hand, I want to talk something but I am sorry about it ..... "
wajah cantiknya berubah yang semula sebagai seorang wanita karier yang penuh percaya diri berubah menjadi bagaikan seorang ibu yang ingin mencurahkan kasih sayangnya kepada anaknya yang sedang membutuhkan sesuatu.
"Ira, di balik percaya dirimu apakah kamu pernah punya persoalan ?" "Iya emangnya ada apa" katanya kalem... "Lho kok aku kagak pernah lihat kamu punya masalah yang terpendam, kamu selalu ceria setiap saat dan selalu ... kataku sambil memandang hidungnya yang mancung. "Itu khan tuntutan karier mas, sebagai manusia biasa aku pernah dan sering punya masalah tapi itu saat dirumah karena aku harus melayani nasabah dengan baik, itulah tuntutan wanita modern Mas, bukannya aku munafik tapi begitulah ... katanya bagaikan menasehati anaknya. "Gimana rasanya kalau memendam masalah Ra ?" "Sesak dan sudah, rasanya ingin nangis en ... banyak deh tapi aku udah dilatih untuk kuat menghadapi masalah ...."
"Maaf Ira, silakan tampar aku atau Ira boleh keluar dari ruangan ini, biarlah documen ini aku tinggal disini aja" Emangnya ada apa mas?" "Ira ... udah lama aku simpan ini Ira, kurasa inilah saatnya kuucapkan .... aku tahu Ira akan marah dan membenciku tapi inilah yang terbaik buatku saat ini ... aku nggak peduli dengan perusahaanku lagi, aku ingin katakan bahwa .... aku suka Ira sejak pertama melihat Ira ..." "Mas ....." wajahnya tertunduk "Silakan marah, silakan tinggal aku Ira, bencilah aku Ira .....
tiba-tiba Ira lari kearahku dan langsung mendekapku dengan erat sekali "Mas, peluklah aku dengan erat, biarlah aku menangis, sebagai wanita karier aku butuh seorang pelindung untuk curhat dan .... tangisnya semakin menjadi. "Menangislah kalau itu membuatmu lega, aku bahagia kalau Ira bahagia, silakan Ira .... "kebetulan sekaleeee.... juniorku makin ganas di tekan memeknya meski masih berpakaian lengkap dan ... toketnya yang besar terasa habis karena tekanan ke dadaku begitu keras sehingga kehangatan toketnya begitu terasa.....batinku sambil menahan senyum. "Udah lama aku pendam rasaku ini Mas, aku senang hari ini, that word is very special for me, I'v waited it very long time, please tell to me once again ..." "Ira, I love you ....." kataku menuruti kata-katanya.
Tak kuhiraukan lagi suasana di luar yang masih jam 10 siang karena udah biasa pintu tertutup sampai presentasi selesai.
Ira mendekatkan bibirnya ke bibirku dan tanpa basa basi lagi, kucium Ira dengan sambil masih kupeluk seerat mungkin.
Ah ... ah... ah... nafas kita udah nggak beraturan dan juniorku semakin nggak muat aku simpan dicelana. Untungnya aku pakai celana katun dan celdamku juga katun sehingga bisa sedikit leluasa meski secara otomatis berpengaruh dengan memek Ira.
Lama kita ber french kiss di ruang presentasi untuk melepas kelegaan, menyambut kebahagiaan.

Ini adalah pengalaman pertama saya melakukan hubungan seksual. Kebetulan pula wanita itu juga baru pertama kali melakukannya. Dia adalah pacar saya. Sebutlah namanya Desi. Memang dia sudah beberapa kali saya ajak ke rumah saya. Tapi setiap kali ke rumah, kami hanya sekedar tiduran dan paling jauh cuma ciuman saja.
Ceritanya bermula ketika untuk kesekian kalinya dia saya ajak main ke rumah. Awalnya seperti biasanya kami cuma cium-ciuman saja. Cium pipi, cium bibir, hal biasa kami lakukan. Entah setan apa yang lewat di benak kami. Tangan kami mulai berani meraba-raba bagian lain, sebenarnya tidak pantas dilakukan oleh dua insan yang belum menikah. Ketika tangan saya meraba payudaranya (kami masih berpakaian lengkap), dia sama sekali tidak menolak. Ini membuat saya sedikit lebih berani untuk meremas payudaranya sedikit lebih keras. Ternyata dia menikmatinya. Saya mencoba untuk melakukannya lebih jauh lagi. Kali ini tangan saya perlahan-lahan saya arahkan ke bagian selangkangannya. Dia masih tidak menolak. Saat itu dia memakai celana panjang dari kain yang tipis, jadi saya bisa merasakan lembutnya bibir kemaluannya. Tanpa saya sadari tangannya juga telah mengelus-elus selangkangan saya. Mungkin karena pikiran saya terlalu tegang, sampai-sampai saya kurang memperhatikannya. Kurang masuk akal memang. Tapi itulah yang terjadi. Kepasrahannya semakin melambungkan kekurangajaran saya. Tangan saya mulai menyelinap ke balik pakaiannya. Saya kembali meremas-remas payudaranya. Kali ini langsung menyentuh permukaan kulitnya. Saya lakukan sambil mencium lehernya dengan lembut. Suara desahan lembut mulai terdengar dari bibirnya, disaat saya menyelipkan tangan saya ke balik celana dalamnya. Ada sedikit rasa ragu ketika meraba bibir kemaluannya secara langsung. Saya kumpulkan segenap keberanian saya yang tersisa. Jari tengah saya, saya tekan sedikit demi sedikit dan perlahan ke belahan kemaluannya. Saat itulah dia tersentak dan menahan tangan saya. Dia menatap mata saya.
"Jangan dimasukkan ya Mas", katanya.
Saya hanya tersenyum dan mengangguk. Serta merta dia mencium bibir saya. Sementara jari saya masih mengelus-elus bibir kemaluannya. Lendir yang membasahi dinding vaginanya, mulai merembes hingga ke bibir kemaluannya. Saya mencoba memintanya untuk menyentuh dan memegang kemaluan saya. Ternyata dia tidak menolak. Terlihat jelas di raut mukanya, dia sedikit gugup ketika membuka rensleting celana saya. Dan seakan malu memandang wajah saya ketika dia mulai menggenggam kemaluan saya. Untuk mengurangi ketegangannya saya mencium bibirnya. Selama lebih dari setengah jam kami hanya berani melakukan itu-itu saja. Kemudian saya beranikan diri untuk mengajaknya menanggalkan semua pakaian. Dia terlihat ragu, dan hanya menunduk. Mungkin dia ingin menolak tapi takut membuat saya kecewa.
"Kamu bener berani tanggung jawab", katanya lagi.
Saya terdiam sejenak dan kemudian mengangguk. Padahal dalam hati, saya bertanya-tanya, benarkah saya mampu bertanggungjawab? Dia menanyakannya sekali lagi. Dan saya mengiyakannya untuk kedua kalinya. Diapun mulai melepaskan kancing bajunya. Ketika saya membantunya, dia menolak.
"Biar Saya sendiri saja..., Kamu lepas bajumu.", sahutnya.
Saya menurut saja. Dan tak lama kemudian, tak ada selembar benangpun pada tubuh kami. Telanjang bulat, walaupun dia masih menutupi payudaranya dengan tangan dan menyilangkan pahanya untuk menutupi kemaluannya. Saya memeluknya sambil berusaha menurunkan tangannya. Dia menurut, saat saya kembali meremas payudaranya dengan lembut. Kali ini tanpa diminta dia mau memegang kemaluan saya sambil mengelus-elusnya. Entah karena terangsang atau karena saya mengatakan mau bertanggung jawab tadi, dia menuntun tangan saya untuk mengelus selangkangannya. Agar dia tidak merasa malu, saya terus mencumbunya. Dia menikmatinya sambil menekan jari saya ke bibir kemaluannya, yang saya rasakan semakin basah oleh lendir. Dia kemudian merebahkan tubuhnya. Dan saya pun merebahkan tubuh saya di atas tubuhnya. Kami kembali bercumbu. Kali ini sedikit lebih liar. Suara desahan terdengar lebih nyaring daripada sebelumnya, ketika saya mencubit clitorisnya. Ketika saya sudah tidak tahan lagi, saya mencoba "minta ijin" padanya untuk berbuat lebih jauh. Dia mengangguk sambil sedikit meregangkan belahan pahanya.
Setelah "mendapatkan ijin", saya mencoba memasukkan kemaluan saya ke liang vaginanya. Tapi sulitnya luar biasa. Berkali-kali saya coba, tetapi belahan itu seakan-akan direkatkan oleh lem yang kuat. Ujung kemaluan saya sampai sakit rasanya. Dan dia pun meringis kesakitan, sambil sesekali memekik kecil, "Aduh..., aduh". Saya sedikit tidak tega juga. Saya hentikan sejenak usaha saya itu, sambil kembali mengelus bibir kemaluannya, agar sakitnya sedikit berkurang.
"Masih sakit?", tanya saya.
"Udah nggak begitu sakit.", jawabnya.
Saya mencobanya lagi. Kali ini saya minta dia membuka bibir vaginanya lebih lebar. Tetapi masih susah juga. Padahal kata teman-teman saya yang sudah sering berhubungan sex, kalau sudah basah pasti gampang. Kenyataannya ujung kemaluan saya sampai sakit gara-gara saya paksa masuk. Saya hampir putus asa. Kemaluan saya mulai lemas lagi karena saya menjadi kurang konsentrasi.
Tiba-tiba saya teringat bahwa saya pernah baca di majalah, ada jenis selaput dara yang sangat elastis dan relatif lebih tebal daripada yang normal. Kepercayaan diri saya mulai timbul lagi. Saya "mengusulkan" padanya, pakai jari saja dulu. Maksud saya supaya agak lebar lubangnya. Dia setuju saja. Walaupun saya sadar selaput dara itu justru akan robek karena jari saya, bukan karena kemaluan saya, cara itu tetap saya lakukan. Dari pada kami (terutama dia) kesakitan, lebih baik begini. Mulanya saya hanya menggunakan jari kelingking. Dia hanya mendesah sambil menggigit bibirnya. Kemudian saya lakukan dengan jari tengah, sambil menggerakkannya naik turun. Dia masih hanya mendesah. Kemudian saya masukkan jari tengah dan telunjuk ke liang vaginanya. Dia menjerit halus sambil menahan tangan saya agar tidak masuk lebih dalam. Setelah dia melepaskan tangannya baru saya lanjutkan lagi dengan sangat perlahan.
Setelah yakin sudah cukup, saya mencoba kembali memasukkan kemaluan saya ke liang vaginanya. Saya menyibakkan bibir vaginanya, sementara dia mengarahkan kemaluan saya. Memang sedikit lebih mudah sekarang. Tapi tetap saja dia merintih kesakitan. Sayapun masih merasakan sakit. Kemaluan saya seperti diperas dengan sangat keras. Setiap kali merasakan sakit (dan mungkin perih), dia menahan "laju" masuknya kemaluan saya. Sayapun hanya berani melakukannya dengan gerakan perlahan. Hati saya benar-benar tidak tega melihatnya merintih kesakitan. Tapi pada akhirnya kemaluan saya bisa masuk seluruhnya.
Saat pertama kali berhasil masuk, saya belum berani menariknya kembali. Kami hanya berciuman saja, supaya rasa sakit itu reda dahulu. Setelah itu baru saya berani menggerakkan pinggul saya maju mundur, tapi masih sangat pelan. Sementara tangannya tampak memegang erat ujung bantal, sambil terpejam dan mengigit bibirnya. Setelah beberapa lama, kami berganti posisi. Kali ini saya berada di bawah, sementara dia duduk di atas saya. Dia saya minta menggerakan pinggulnya naik turun. Dia hanya beberapa kali melakukannya. Dan berkata, "Aku nggak bisa", sambil berguling ke samping saya. Saya memeluknya dan mengelus rambutnya serta mencium keningnya. Kemudian kembali merapatkan tubuh saya ke atas tubuhnya. Saya memasukkan kembali kemaluan saya ke liang vaginanya. Kali ini gampang sekali. Di dorong sedikit langsung bisa masuk. Dan dia pun tidak lagi merintih kesakitan. Hanya mendesah halus. Saya kembali menggerakkan pinggul saya maju mundur. Saya coba lebih cepat. Rasanya licin sekali. Saya merasakan diantara kemaluan kami sangat basah oleh lendir bercampur keringat. Saya terus melakukannya sambil mencium bibirnya. Kali ini dia lebih erotis. Dia sangat suka menghisap-hisap lidah saya, yang sengaja saya julurkan ke dalam mulutnya. Sementara tangannya tak henti-hentinya mengelus punggung dan pantat saya. Sesekali saya jilati puting susunya dengan lidah saya. Namun dia lebih suka kalau saya menghisap putingnya itu. Sebenarnya saat itu saya kurang berkonsentrasi. Pikiran saya masih terbagi. Saya masih berpikir agar tidak membuat dia kesakitan. Mungkin karena itu saya bisa bertahan agak lama. Kalau tidak mungkin saya sudah mengalami ejakulasi.

Setelah cukup lama, tiba-tiba dia menyentakkan pinggulnya ke atas sambil menekan pantat saya. Saya tidak tahu apakah saat itu dia mengalami orgasme atau tidak. Tapi yang jelas dia menahan posisi itu cukup lama. Setelah itu dia bilang bahwa dia capek. Saya pun mengerti, dan walaupun belum mengalami ejakulasi, saya mengeluarkan kemaluan saya dari liang vaginanya, dan tidur terlentang di sampingnya. Sekilas saya lihat, di bibir kemaluannya ada lendir putih yang ketika saya pegang terasa kental dan lengket, namun tidak kesat seperti halnya sperma.
Sepertinya dia tahu kalau saya belum puas (yah namanya juga kurang konsentrasi). Dia duduk di sebelah saya sambil kemudian menggenggam kemaluan saya. Perlahan-lahan dia menggerakan tangannya naik turun. Saya sangat menikmati perlakuannya ini. Payudaranya kembali saya elus-elus. Sesekali saya permainkan putingnya dengan jari. Kali ini saya tidak bisa bertahan lama. Ketika gerakan tangannya semakin cepat, saya merasakan geli yang luar biasa di ujung kemaluan saya. Dan saya pun akhirnya mengalami ejakulasi. Dia menampung sperma saya dengan telapak tangannya. Kemudian membersihkan sisanya dengan tissue. Setelah mencuci tangan serta kamaluannya, dia kembali ke kamar dan mencium saya. Dia kemudian merebahkan kepalanya di dada saya. Sementara saya mengelus-elus rambutnya.
Saat membenahi kamar sebelum mengantarnya pulang, pandangan saya tertuju pada bekas tissue yang sebagian juga digunakan untuk membersihkan sisa lendir kemaluannya. Terlihat bercak-bercak merah pada beberapa lembar tissue, tetapi tidak banyak.
Saya memandangnya dan bertanya, "Masih berdarah nggak?".
Dia menggeleng, dan menjawab, "Sudah nggak lagi, tadi sudah aku cuci".

Setelah itu saya mengantar dia pulang. Kalau tidak salah waktu itu sudah sekitar jam sembilan malam. Saat perjalanan kembali pulang, saya berpikir. Dia sudah mengorbankan miliknya yang paling berharga kepada saya. Dia berkorban karena dia percayapada saya. Belum pernah dalam hidup saya, ada orang yang begitu percayanya pada saya. Bahkan jauh melebihi kepercayaan orang tua saya, yang lebih sering memberikan uang belaka daripada sebuah kepercayaan yang tulus. Kepercayaan yang diberikannya adalah pemberian yang tak ternilai harganya. Saya berharap kebersamaan kami dapat terjalin selamanya.
BEKAS PACAR
Gua kerja di salah satu perusahaan Asing dan gua bekerja sebagai marketing yang sering keluar kota. Dulu gua di kota kelahiran gua punya pacar yang sewaktu itu masih cinta monyet, dan karena gua pindah Sekolah ke Jakarta akhirnya putus begitu aja, tapi selama gua di Jakarta untuk sekolah gua kadang-kadang mudik lebaran, dan akhirnya ketemu Fitri ( namanya ) kami tetap bisa seperti pacaran memang pacarannya masih sebatas SEKWILDA ( sekitar wilayah dada ) mungkin karena kangen, padahal gua dan Fitri sama sama punya pacar tapi kami tetap bisa seperti pacaran. Gua kalau ketemu dia biasanya di atas jam 9 malem maklum pacarnya datang jam 7 selesai jam 9 kadang kadang jam 10 akhirnya gua dapet giliran no 2, gua berdua udah sama sama punya pengalaman jadi gua sama sama enjoy banget walaupun SEKWILDA, Nah itu background gua yang mau gua ceritain.
Setelah gua kerja gua sering tugas ke kampung gua dan nemuin dia yang sekarang setatusnya sudah married, sebelum gua tugas ke kampung gua, gua telpon dia dari Jakarta untuk janjian, tadinya gua ragu-ragu setelah married masih nggak dia mau ketemu gua dan dengan rasa khwatir akhirnya dia masih mau ketemu gua. Akhirnya gua berangkat dari Jakarta dan di bandara dia udah tunggu gua akhirnya kami pergi 'tuk cari hotel akhirnya ketemu dengan hotel berbintang tiga, gua pertama tama pura-pura istirahat tiduran masih pake celana panjang dan kaos dalam, Fitri juga mungkin pura-pura istirahat dan gua sambil ngobrol-ngorol tentang temen temen lama sekolah gua di SMP dulu, gua sambil pegang dan belai rambutnya yang pendek terus gua pegang sekitar tubuhnya dengan halus dan lama kelamaan gua mulai konak dan gua cium bibirnya yang sudah siap menyarang dengan lidahnya yang keluar masuk di mulut gua dan dan lidahnya seolah-olah melilit lidah gua, gua sama-sama nggak sabar dan tangannya gua tuntun 'tuk pegang ke batang pidong gua dan gua mulai buka kancing baju fitri yang direspon sama dia dan akhirnya dia tinggal pake kutang gua selipin tangan gua di kutang dia dan gua puntir putingnya yang kecoklatan dan dia nggak tahan nahan rangsangan dari gua dia ngeliat seperti cacing kena minyak seluruh tubuhnya hangat bak didalam sauna begitu juga gua, dia pegang pidong gua sambil tangan di turun naikin sepertinya dia sudah sangat biasa sama suaminya, gua mulai nggak kuat akhirnya gua nyuruh dia telanjang bulet dan mulailah dibuka satu persatu mulai dari kutang celana panjangnya yang kemudian di susul dengan buka CDnya ternyata dia punya jembut lebat dan panjang yang membuat ampere pidong gua dengan nggak basa-basi dan plintat-plintut akhirnya gua dibukain kaos dalem gua sama Fitri sambil dibukain pakaian gua, gua juga sambil megang memek dia yang udah mulai senat-senut dan hangat memerah, nah gua berdua udah sama-sama telanjang gua nggak sangka kalau dia nafsunya
gede banget di ciumin gua dari mulai jidad gua sampai jempol kaki, dan yang paling agresif dia cium pidong gua berkali-kali dan jembut gua di tarik-tarik pake bibirnya dia nggak langsung kulum pidong gua, dia cium muka gua sambil berbisik boleh nggak nnnnngggggg itunya, gua dengan nggak sabar gua langsung heeh boleh, dengan nada seneng dia mulai turun cari pidong gua, dicium sekitar pidong gua di embus-embus dan dijilat kepala pidong gua akhirnya gua nggak sabar gua pegang kepalanya supaya cepet ngelumat punya
gua, dan dia mulai masukan kontol gua kedalam mulutnya dengan dinaik turunin dan di goyang-goyang di dalam dengan lidahnya, gua klojotan bak di atas awan yang serba nikmat, gua akhirnya nyuruh dia ganti posisi menjadi 69, memeknya yang udah merekah membuat gua nggak sadar akan segala-galanya, gua selama pacaran belum pernah lihat mekinya dia tapi sekarang gua bisa ngelumat vagina yang begitu indah yang di tengahnya terselip sebuah itil memerah.

"Enam."katanya, "Ya mungkin sudah enam tahun kita berpisah"ucapan itu keluar dari bibir mungil dengan mata yang berbinar binary, "Enam tahun., kamu sudah dewasa sekali." Gadis mungil dengan mata besar itu memandang dengan takjub ke pemuda dihadapannya, seorang pemuda tegap, dada bidang dan berkulit gelap. "Mawar."hanya suara itu yang keluar dari bibir sang pemuda, matanya yang setajam elang menatap bulat bulat sang gadis dihadapannya. Ingatan sang pemuda kemabali ke waktu enam tahun yang lalu, saat perpisahan SMA (sekarang SMU), dikota kecil yang tenang di Jawa Barat. Kala itu mereka memang pernah sangat dekat sekali, pernah ada benih cinta diantara mereka yang tumbuh. "Hey , kok melamun.."sang gadis menyadarkannya dari alam lamunan. "Eh ohh ehhmm kamu sedang beli apa ? " tanya sang pemuda. "Emm saya sedang cari buku, ngomong ngomong kamu sendirian atau .."dengan nada suara yang masih seolah olah tak percaya bahwa yang berdiri dihapannya adalah seorang pemuda yang pertama kali meluruhkan hatinya, "Saya sendiri saja "kata sang pemuda singkat. "Kalau gitu mau nggak kita duduk di sana, sambil minum es". Kemudian si pemuda mengangguk, tanda setuju, mereka pun berjalan menuju tempat duduk yang ada di Mall itu, sambil berjalan mereka kadang bertatapan mencuri pandang. "Kamu kemana saja selama ini ?"sang pemuda yang bernama Pino akhir nya memecah kesunyian, "Saya ehmmm saya kuliah di Yogya " "Di Yogya nya dimana ?' "Di IKIP Karang Malang, saya ambil jurusan bahasa, sekarang saya ngajar di SMU disini, kalau kamu gimana certain dong "Tanya Mawar sang gadis dengan matanya yang indah menatap ke Pino. "Saya, ehm kalau saya, saya nggak kuliah, kamu tahu kan orang tua saya sudah nggak ada, saya ikut kapal pesiar, terus saya dapat kesempatan belajar pemboran minyak, sekarang saya bekerja di perusahaan pemboran minyak lepas pantai"Pino bercerita dengan penuh semangat. "Pantesan kamu hitam ya , eh ngomong ngomong sekarang kok ada disini lagi ngapain ?" "Saya kemari nganter teman, dia mau menikah dan saya disuruh jadi saksinya" "Oh gitu kamu sendiri sudah menikah apa belum?" "Saya, saya belum menikah, siapa mau sama kuli kasar seperti saya ini " "Jangan gitu, setiap orang kan punya jodoh sendiri sendiri " "Kalau kamu gimana sudah berapa anakmu ?" "Saya , saya pacar aja nggak punya, kamu ini gimana kok malah Tanya anak" wajah Mawar memerah saat menjawab. Dua pasang manusia pria dan wanita, dalam kerinduan yang terpendam, sebenarnya jauh dilibuk hati mereka, nyanyian rindu semakin menggema, hanya kedewasaanlah yang dapat meredamnya, entah sampai kapan. Lama sekali mereka berbicara, entah apa yang mereka bicarakan, mungkin mereka menggali kenangan lama. Saat mereka pulang sekolah bersama, belajr bersama, Pino di sekolahnya dulu adalah murid yang terpandai, sedang Mawar yang tercantik. Perpaduan kepandaian dan kecantikan, jodoh, entahlah, tidak ada yang tahu. "Pino, saya sebenarnya masih kangen sama kamu, tapi nanti malam saya harus kerumah teman di Bantul" kata Mawar kepada Pino, "Mawar, kamu kasih alamat kamu deh nanti sebelum pulang saya sempatkan main kerumahmu" "Oke nih alamat saya, sekarang kamu kasih alamat mu dong"Kata Mawar sambil menyerahkan alamatnya. "Saya tinggal di Penginapan "Senyap"di jalan Mangkubumi , kamar no 10 , kamu harus tahu saya Cuma seminggu aja lho dikota ini " Setelah saling bertukar alamat kedua insane itupun berpisah dengan bersalaman, tatap mata mereka berdua seakan tak mau berpisah.
Malam, di penginapannya, Pino gelisah dikamarnya, sebentar dia berdiri, sebentar duduk, diambilnya rokok dan dihisapnya dalam dalam, di benaknya terus terpancang wajah Mawar yang cantik, bibirnya yang mungil, tidak terasa tangannya masuk kedalam celanannya, batang kemaluannya sudah basah dan tegang sekali membayangkan bibir Mawar yang indah itu, dibukanya celana jeannya, kemudian diusapnya kemaluannya yang tegak itu. Sementara itu Mawar baru saja selesai berkunjung dari rumah rekannya dan sesampainya dirumah dia langsung masuk kamar dan tampak lah dia bergumam sendiri "Pino, oh alangkah lamanya, enam tahun". Kemudian sambil rebah diranjangnya, Mawar membayangkan Pino sekarang dengan kulit yang hitam terbakar matahari, wajah yang berbulu, jantan sekali, dibayangkannya dia sedang dipeluk oleh pria jantan tegap berdada bidang itu, oh damai rasanya, tangannya lama lama turun keselangkangannya, meraba bukit venusnya dan turun kecelah vaginanya, basah sekali, Mawar sudah sangat terangsang saat itu, dibayangkannya bibirnya bertemu dengan bibir Pino, ciuman hangat kerinduan yang membara, nikmat sekali, digosokannya tangannya ke daging kecil diujung celahnya, desahnya semakin kuat. Pino membuka celananya batang penisnya yang tegak besar dan berurat digosoknya perlahan, Mawar dicumbunya dalam bayangnya. Bibirnya menelusuri leher indah gadis pujaannya itu, terus kekupingnya, perlahan turun dubukanya baju Mawar dengan perlahan, Tersembulah bongkahan daging putih yang kenyal, mungil sekali. Di kecupnya bongkahan itu satu demi satu, Mawar mendesah kenikmatan. Jari jemari Mawar terus bergerak menggosok clitorisnya, perlahan dan perlahan, dibenaknya Pino mengulum bibirnya, lembut sekali, Pino membuka bajunya, Mawar hanya bisa pasrah dan tak mampu menolak, buah dadanya yang mungil dikecup mesra, Mawar merasakan kenikmatan yang tiada taranya, kenikmatan semakin bertambah saat Pino menghisap putting payudaranya, seperti bayi pikirnya. Semakin lembab vaginanya, tidak tahan dibukanya celana dalamnya, semua akan dia serahkan buat pujaan hatinya. Batang Pino yang tegak dan ujung nya mulai berair itu semakin panas sesuatu ingin meledak dari dalamnya, masih di benaknya Pino membayangkan saat dibuka nya celana dalam Mawar, dilihatnya bukit venus Mawar yang indah itu, dibukanya perlahan belahan merah jambu itu, dicumnya dengan mesra , aroma khas kewanitaan terhirup dihidungnya, membuat nya semakin terangsang, dijilatnya celah indah itu dengan lembut, semakin basahlah celah itu, Mawar mendesah semakin kuat. Celah vaginanya semakin banjir, Mawar perlahan memasukan jarinya kelubang kenikmatannya, perlahan diputarnya jarinya, dibayangkan Pino, memasukan penisnya yang hitam dan besar itu, terasa merobek tubuhnya, kenikmatan yang tiada tara, Mawar meringis ringis menahan nikmat sata Pino menaik turunkan tubuhnya mengeluarkan dan memasukan penisnya berulang ulang kedalam vaginanya, kenikmatan yan belum pernah dirasakannya, saat itu dia hampir mencapai puncak pandangan disekelilingnya mulai gelap, kepalanya berputar putar, indah sekali, rasanya. Kemudian badannya terhempas saat di merasakan kenikmatan yang tiada terperi, nikmat sekali. Gerakan tangan Pino semakin kuat menggosok batang penisnya, didalam benaknya dia tengah membuka celah Mawar yang merah dan basah oleh lendir, dijilatinya setiap lendir yang keluar dari celah itu. Mawar semakin bergelinjang dan suara mendesahnya semakin kuat menambah berahinya semakin kuat pula. Kemudian Pino berdiri dan mengarahkan penisnya ke vagina Mawar, perlahan dimasukkannya penisnya, Mawar mendesah nikmat, perlahan kepala penisnya yang besar mulai hilang kedalam tubuh Mawar melengkung secara reflek kakinya melingkar dipinggangnya, lubang Mawar yang sempit menjepit penis Pino dengan kuat, semakin banjir vaginanya menambah nikmat gerakan turun naik Pino. Semakin kuat dia menggerakan batang penisnya keluar masuk vagian Mawar, semakin cepat, Mawar melenguh dan mendesah, sampai akhirnya Pino merasakan penisnya hendak meledak, dan "Ahhh Mawar saya cinta kamu.."meldaklah penis Pino memuntahkan cairan nya banyak sekali.
Mawar terperanjak dari tidurnya, dan dia bangkit duduk, dilihatnya dirinya, yang telanjang , mukanya merah, cepat cepat diraihnya bajunya, malu sekali rasanya dia membayangkan berhubungan intim dengan Pino, heran sekali dia kenapa dia begitu berahi tadi sampai onani dan lupa diri. Akhirnya Mawar beranjak ke kamar mandi, membersihkan dirinya. Sperma berceceran ditempat tidurnya, Pino cepat cepat membereskannya, dia lupa bahwa seprei ini punya hotelnya, malu sekali Pino memikirkan apa yang baru saja dilakukannya. Onani sambil membayangkan Mawar. Ahh begitu bernafsunya dia. Mawar duduk dikursi meja riasnya, dipandangnya dirinya dimuka cermin, "Ahh sudah mulai tua diriku, kapan saat indah itu mendekatiku .." Mawar berkata dalam hatinya dia merenungkan dirinya yang sudah berumur 25 tahun lebih tapi belum pernah merasakan jatuh cinta. Saat itu Pino pun sedang berbaring diranjang kamarnya setelah mandi, dia menerawang kelangit langit, kapan saat indah yang dibayangkannya akan terjadi. Malam itu dua insane itu tidak bisa tidur dengan nyenyak, itulah cinta misteri yang tidak bisa diungkap oleh akal manusia.
Sperma berceceran ditempat tidurnya, Pino cepat cepat membereskannya, dia lupa bahwa seprei ini punya hotelnya, malu sekali Pino memikirkan apa yang baru saja dilakukannya. Onani sambil membayangkan Mawar. Ahh begitu bernafsunya dia. Mawar duduk dikursi meja riasnya, dipandangnya dirinya dimuka cermin, "Ahh sudah mulai tua diriku, kapan saat indah itu mendekatiku .." Mawar berkata dalam hatinya dia merenungkan dirinya yang sudah berumur 25 tahun lebih tapi belum pernah merasakan jatuh cinta. Saat itu Pino pun sedang berbaring diranjang kamarnya setelah mandi, dia menerawang kelangit langit, kapan saat indah yang dibayangkannya akan terjadi. Malam itu dua insane itu tidak bisa tidur dengan nyenyak, itulah cinta misteri yang tidak bisa diungkap oleh akal manusia.;
Berikut merupakan kisah lanjutan dari bercinta dalam ilusi;
Malam Pertama;
Suara deru kereta api yang melintasi jembatan, membangunkannya dari alam mimpi, "Oh Pino sampai dimana kita ? " suara khas wanita tapi agak serak keluar dari bibir mungil seorang gadis yang cantik, dia adalah Mawar, ibu guru cantik yang memendam cintanya selama enam tahun lebih, disisinya adalah pemuda berbadan tegap berkulit hitam dengan wajah keras berbulu dan mata setajam elang, ya di Pino pekerja pemboran minyak lepas pantai, pemuda yatim yang kini sudah tumbuh menjadi dewasa. Mereka sedang dalam perjalan menuju tanah kelahiran mereka di sebuah kota kecil di Jawa Barat dimana waduk Jatiluhur berada. Bersama mereka ada serombongan ibu-ibu dan bapak bapak berpakaian rapi. "Sayang kita sudah hampir sampai, mungkin tiga setasion lagi"kata Pino sambil mengelus rambut Mawar.
Akhirnya keretapun sampai distasion tujuan mereka rombongan dengan sepuluh orang itupun berjalan beriringan menuju pintu keluar setasion, rombongan itupun keluar dan memanggil taksi. Rombongan itu adalah rombongan keluarga Pino dari pihak Ibu dan almarhum bapaknya. Dua bulan yang lalu Pino sudah bertekad bulat untuk meminang kekasihnya dan melamar pujaan hatinya, Mawar. Ya gadis itulah yang telah membuatnya menjadi lelaki yang dingin terhadap wanita hingga banyak teman temannya yang menganggapnya gay. Pino teringat saat saat dia dan kawan kawannya mendapat liburan setelah lebih dari dua bulan ada ditengah laut, mereka punya kebiasaan untuk mencari wanita penghibur saat mereka mendarat, tapi Pino memilih untuk pergi ketoko-toko dan mencari buku buku dari pada menghamburkan uang nya untuk wanita penghibur. "Pino kita sudah sampai "suara lembut Mawar membangunkannya dari lamunannya. "Nah itu bapak dan ibuku mereka sudah lama menunggu rupanya, wah sudah ramai, ya"Mawar berkata dengan nada gembira. Mawar menatap Pino pemuda yang telah dicintainya sejak lama, besok adalah saat yang terindah bagi mereka berdua, dia tidak pernah mengira bahwa semuanya akan berjalan demikian cepat, tidak ada masa pacaran diantara mereka, pikirannya menerawang mengingat kejadian dua bulan yang lalu di Yogya saat dia bertemu Pino, dan kejadian saat dia masturbasi membayangkan pemuda itu. Malu sekali rasanya dia saat itu, saat itu setelah pertemuannya dia tidak pernah bertemu dengan Pino, Mawar tidak pernah dating ke penginpan dimana Pino tinggal, sebagai wanita dia merasa malu bila dia mendatangi lelaki, sedang Pino, dia merasa canggung sekali untuk menemui Mawar. Hingga saat satu minggu setelah pertemuan tiba tiba Pino dating kerumah kostnya di Yogya dan berkata mau melamarnya. Sebagai wanita itulah saat paling bahagia dalam hidupnya. Langsung saja diterimanya lamaran Pino. Pino saat itu kembali bekerja di pemboran minyak lepas pantai. Pino berjanji akan dating dating dan melamarnya dan saat inilah saat Pino menepati janjinya itu. Suara ayat ayat suci bergema di seluruh desa itu, malam itu adalah malam pernikahan Pino dan Mawar sepasang kekasih yang telah lama terpendam cintanya, kisah cinta mereka terbilang unik, tidak ada masa pacaran, bahkan berciuman pun mereka belum pernah.
Setelah para kerabat dan tetangga pamitan pulang, Pino dan Mawarpun berjalan ke arah kamar pengantinnya, kamar itu terletak agak dibelakang dirumah orang tua Mawar yang beasr itu, rumah itu rumah peninggalan jaman dulu dengan gaya Belandanya yang kuat, orang tua Mawar memang berasal dari keluarga priyayi Sunda jaman dulu yang kaya dan berada. Rumah itu mempunyai dua belas kamar dan kamar Mawar yang menjadi kamar pengantin ada di salah satu pojok rumah itu. Setelah pamitan dengan orang tua mereka mereka pun berjalan menuju kamar pengantin, dirumah itu masih banyak pemuda dan pemudi yang membantu pesta pernikahan itu dan banyak dari mereka yang menggoda pasangan penganten baru itu. Melangkahlah mereka memasuki kamar besar itu kamar itu harum sekali, dengan perabotan modern dan kamar mandi didalam, Mawar melangkah menuju kamar mandi sementara Pino melepas bajunya, saat itu mereka bertatapan dan "Mawar, ."Pino mencium kening Mawar dan mencium bibirnya, tetes airmata mengalir dari matanya, "Pino sayangku."Mawar pun menangis , tangisan gembira. Merekapun berciuman lama seklai melepas rindu yang menggebu. Ciuman terus berlanjut, Pino mencium leher putih Mawar. "Ahhh, Pino sayangku."desah suara Mawar semakin keras. Jengkal demi jengkal diciuminya leher Mawar, bulu kuduk Mawar merinding dan berdiri, perasaan yang selama ini selalu diangankannya terjadi nyata, jauh berbeda dengan apa yang dibayangkannya, sensasinya luar biasa sekali. Sebagai wanita dewasa tidak dapat dipungkiri dia pun selalu membayangkan dicumbu oleh seorang pria, kinilah saat nya itu terjadi, Mawar pun hanya diam dan pasip saja menanti apa yang selanjutnya terjadi. Perlahan tapi pasti Pino membuka baju Mawar, bagian atas terus dibukanya, kancing baju Mawar satu persatu, Mawar mendesah dan lututnya gemetar. Dengan cepat dibukanya baju pengantin Mawar, dipandanginya tubuh istrinya itu yang tinggal memakai BH dan celana dalam, kemudian Mawar dengan relek menutup semua bagian terlarangnya itu, Pino pun kembali memeluknya dan menciumnya, kini birahi Mawarpun telah bangkit, diciumnya bibir kekasihnya itu perlahan lembut , lama lama semakin cepat, kini tangan Mawarpun bergerak membuka baju pemuda itu, kancing demi kancing dibukanya, sementara bibirnya tak lepas dari bibir pemuda itu. Kedua insane itu pun semakin lama semakin membara, kini Pino hanya mengenakan sehelai celana dalam saja. Penisnya tegang dan menyembul keluar dari celana dalamnya. Sementara itu Mawar pun semakin bernafsu, dipegangnya batang penis Pino, benda ini selama ini selalu dibayangkannya tapi tidak pernah dia mengira bahwa benda ini demikian keras dan besar, ada perasaan takut di hati Mawar takut bila benda itu akan melukainya menyobek tubuhnya. Pino membuka ikatan tutup payudara kekasihnya, bongkahan daging putih menyembul keluar, putting berwarna kecoklatan nampak tegang sekali diciuminya dengan lembut bongkahan itu, Pino menyadari bahwa apa yang selama ini dibayangkannya salah, payudara Mawar demikian indah kenyal dan mulus sekali, dengan nafsu membara Pino menciumi payudar indah itu, diciuminya perlahan dan diremasnya dengan lembut. "Ohh Pino oh .."Mawar mendesah dirasakannya tubunya semakin melayang, lututnya semakin gemetar saja. Bibir Pino pun melumat putting payudara indah itu dihisapnya dengan penuh perasaan, pertama dihisapnya putting sebelah kiri lalu sebelah kana demikian bergantian. Mawar semakin terbang melayang, tangannya dengan erat menggenggam batang yang keras itu, ujung kepala batang itu dirasakannya telah berlendir, spermakah itu pikirnya, tapi kalau sperma mengapa demikian cepat, ejakulasi premature kah ?, pikirannya sudah tidak bisa fokus lagi, Mawar mengocok batang itu dengan lembut, Pino merintih menahan nikmat yang tiada tara. Kemudian dipegangnya tangan Mawar diangkatnya tubuh mungil kekasihnya itu diangkat dan dibaringkannya tubuh mulus itu keranjang pelaminan mereka. Bau harum ruangan pengantin yang khas semakin menambah birahi mereka. Pino pun dengan agak kasar membuka celana dalam Mawar, bisa dimengerti seorang pria dewasa yang penasaran seperti apa kemaluan wanita itu bentuknya. Semua orang pasti begitu. Dikuaknya celah yang sudah sangat basah itu, pada saat hendak diciumnya vagina itu, Mawar menarik badan Pino , "Punya kamu dibuka dululah"Mawar dengan suara parau berkata, ternyata diapun sudah sangat penasaran seperti apa sih Penis pria itu. Pino pun mengalah dibukanya celana dalamnya dan mencuatlah penisnya yang hitam dan besar itu . "Ahh besar amat, ahh nggak muat sayang saya takut"Mawar menjerit dengan mata terbelalak. "Ah kamu punya orang Arab lebih besar dari ini tahu nggak "kata Pino mungkin maksudnya menenangkan kekasihnya. Pino pun dengan cepat bergerak kearah vagina Mawar, dia sudah tidak memperdulikan Mawar lagi dia ingin melihat dan menghirup aroma kemaluan wanita yang kata orang baunya aneh itu. Dibukanya kembali celah itu, celah berwarna merah dan berlendir, dihirupnya aroma daging merah itu, penisnya semakin tegang. Inilah saat terindah dalam hidupnya, rahasia wanita, surga dunia ada dihadapannya. Dia tidak tahu harus berbuat apa, memang pernah rekan-rekanya sesama pekerja minyak yang bercerita tentang menjilat, atau menghisap kelentit, tetapi saat ini Pino benar benar tidak tahu apa lagi yang harus dilakukannya dia hanya tertegun di pintu gerbang vagina Mawar yang merah dan berlendir itu. Apa yang dilakukannya, itu yang ada dalam pikiran Mawar, inilah saat pertama bagian tubuhnya yang paling rahasia dilihat orang lain, Mawar hanya bisa diam dan pasrah sementara itu lendir semakin banyak keluar dari lubang vaginanya. Akhrinya Mawar pun menarik batang penis Pino, digapainya batang penis yang sekeras batu itu dan diarahkannya ke vaginanya, Pinopun akhirnya menurut saja sementara itu diciumnya bibir indah Mawar, perlahan tapi pasti diarahkannya kepala phalusnya ke gerbang vagina Mawar, perlahan, senti demi senti "Ahh Pino sayang pelan sayang , ohh nikmat sekali, pelan pelan"Mawar merintih "Pino pun dengan agak gugup memasukan penisnya perlahan lahan kedalam vagina istrinya itu. Mawar semakin merintih penispun semakin dalam menghujam kedalam, sampai akhirnya terbentur dinding dan dikecupnya kening sang gadis yang akan kehilangan kegadisannya itu dan sekali hunjam masuk semua batang yang tegar itu kedalam vagina Mawar, Mawar menangis, ini adalah saat yang terindah dan terpenting dalam hidupnya dia menyerahkan mahkotanya dalam mahligai perkawinan yang syah, dan kepada pria yang dikasihinya. Diciumnya bibir suaminya dengan mesra. Perlahan Pino pun menggerakkan penisnya maju mundur, Mawar mendesah, desah keenakan, cerita tentang malam pengantin yang penuh rasa sakit dan pedih tidak dirasakannya saat itu yang ada hanyalah kenikmatan kenikmatan yang belum pernah dirasakan mereka berdua. Suara tembang sayup sayup semakin keras, menggema keseluruh desa, memang ada perayaan kecil disana dipesta pernikahan putrid bungsu yang amat dikasihinya, pak Rahmad ayah Mawar sengaja memanggil group gamelan sunda atau karawitan. Saat itu dirasakannya saat yang paling bahagia. Sebagai orang tua sudah tuntas rasanya semua anaknya telah jadi orang dan menikah. Tapi hanya putrid bungsunya inilah kebanggaannya, dia memilih menjadi guru dari pada kakak kakaknya yang lain yang menjadi dokter atau insinyur. Ya puri bungsunya ini memang lain, suaminya itupun dia tahu tidak mempunyai pendidikan yang tinggi tapi demi untuk membahagiakannya direstuinya pernikahan itu. Suara rintihan Mawar semakin keras, Pino pun semakin cepat menggerakan penisnya maju mundur, suara kecipak terdengar akibat lendir yang banyak dari vagina Mawar yang menandakan orgasme dasyat yang telah melandanya. Pino semakin mempercepat gerakannya, dirasakannya penisnya hendak meledak, semakin kuat dan semakin kuat dia melenguh dan "Mawar sayangku saya sudah mau sampai ""Sayang ciumlah saya"Mawarpun semakin merintih, dan akhirnya Pino pun meledakan spermanya jauh kedalam rahim Mawar. Rintihan kenikmatan sepasang insane itupun semakin kuat, diciumnya kening Mawar dengan mesra. Kemudia mereka pun berbaring berjejer Pino pun mencabut penisnya, dilihatnya warna merah dikepala dan batang penisnya, darah perawan istrinya, Mawarpun tersenyum, ..
Bercinta dengan ABG
Perkenalkan nama A, pegawai di salah satu perusahaan swasta. Umur saya saat ini 27 tahun dan belum menikah ! Pengalaman yang saat ini tidak terlupakan bagi saya adalah saat saya berkenalan dan akhirnya bisa bercinta dengan Asti, ABG berumur 18 tahun.
Awal perkenalan kami dikarenakan salah sambung melalui HP. Waktu saya sedang sibuk-sibuknya bekerja siang itu, tiba-tiba.....HPku berdering dan nomor yang tidak kukenal tampil di layar ponselku. Dengan sedikit malas, akhirnya kuangkat juga dan terdengar suara cewek yang enak didengar dari seberang sana........."Halo.....maaf bisa bicara dengan Mas Rudi?" tanyanya. Langsung aja kujawab, "Nama kamu siapa, ntar aku hubungi lagi yah....sedang sibuk nih...., lagian aku bukan Mas Rudi yang kamu cari, salah sambung kali...,jawabku seenaknya! "Oh....maaf Mas, nama saya Asti katanya !" dan terdengar nada putus dari HPku! Ah...sialan kataku dalam hati!
Saat malam harinya, di saat aku sedang sendirian di rumah, iseng-iseng kucoba
menghubungi kembali nomor HP yang tadi siang menghubungiku! "Halo.....hai.....masih inget aku, tanyaku padanya!" "Ah....Mas, galak, begitu jawabnya ! Boleh kenalan dong....kataku lagi ! Boleh...jawabnya ! Bagaimana kalau besok malam kita ketemu, pintaku padanya !
Singkat cerita akhirnya aku pun ketemu dengannya di tempat yang telah kami sepakati bersama!
Hai.....kamu pasti Asti yah, tanyaku pada gadis manis berpakaian u can see dengan jeans hitam. Dan kamu, pasti Mas Adikan?
Akhirnya kami jalan-jalan dan asyik bercerita macam-macam tentang segala hal. Rupanya dia mengaku baru berumur 17 tahun boooookkk ! Wah.....rupanya udah jam sepuluh malam nih, Mas Adi dan saya udah nggak bisa kembali ke kos katanya! Aih...kesempatan kenapa datangnya mendadak yah???? pikirku dalam hati dan terus berputar cepat dengan jawaban takut aku dikirainnya berpikiran yang macem-macem!
Bagaimana kalau kita menginap di Hotel S dulu ? Terserah Mas Adi sajalah, yang penting Asti bisa tiduran katanya lagi.
Di hotel tersebut, ternyata tinggal kamar yang punya 2 tempat tidur dan ketika di kamar, sengaja aku tidur di tempat tidur yang terpisah. Kemudian kami pun tertidur setelah cuci muka terlebih dahulu. Tapi....kontolku yang sejak dari tadi nggak mau diajak kompromi terus bangun minta dipuasin.....pikirnya kapan lagi ada kesempatan coyyyyy !
Tiba-tiba Asti bangun dan memandang ke arah tempat tidurku. Mas Adi....aku takut, pindah sini dong pintanya. Dasar aku memang dari tadi udah pingin deket yah udah akhirnya aku pindah, tapi sambil malu-malu aku katakan, nanti malah Asti nggak bisa tidur? Ah..biarin deh, katanya! Aku pun sudah berada dalam selimutnya berdua dengannya, pura-pura aku tidur, eh... malah dia mulai manggil lagi namaku! Mas.....Mas.....rengeknya ! Ada apa sih, pura-pura cuek sih, tapi sambil tanganku memeluknya. Dia diem dan kulanjutkan mendekatkan wajahku ke wajahnya. Kucium pipinya, dia tenang saja dan terus kuisap bibir kecilnya, ternyata dia membalas tak kalah buasnya.....
Aku pun terus berpindah ciuman ke lehernya yang jenjang, sambil tanganku mengusap-usap dadanya. Kudengar erangan dari bibirnya meracau dan badannya mulai menggeliat kegelian.Kuberanikan diriku membuka perlahan bajunya dan rupanya dia telah melepas BHnya sewaktu tadi di kamar mandi. Wah...kulihat puting susu merah yang baru mekar-mekarnya! Tak sabar lagi kuisap pelan putingnya dan dia terus menggeliat kegelian dan meracau...Mas....Mas...teruuuuusskan....aku pengen banget.......!!!Sambil mengerang, tangannya mulai bergerak melepas baju dan celana panjangku, tinggallah CDku saja. Tak mau kalah.....akhirnya kulepas juga celana dan CDnya. Dari puting susunya..perlahan kucium turun ke bawah dari perutnya yang mulus, mendekati bulu-bulu halus yang masih item lebat dan akhirnya kutemui lobang memek merah yang kelihatannya masih sempit.! Kujilat bibir vaginanya dan dia mengerang...sssshhhhh....ennnnakkkk.....Mas......Masssss...teruskan lagi.........! Aku yang udah kelimpungan mendengar desahannya terus menjilati clitorisnya yang kulihat mulai mengeras sambil tanganku terus memeras teteknya kiri dan kanan bergantian!
Tiba-tiba dia terbangun dari posisi tidurnya dan langsung membuka CDku yang dari tadi masih sengaja belum kulepas. Tangannya segera menggenggam kontolku dan memasukkannnya ke dalam mulutnya sambil mengisapnya. Aku benar-benar kelimpungan dibuatnya saat itu. Terusss....As....geli sekali.....kamu pinter sekali yahhhhh......! Setelah lima menitan kami saling menjilat dan mengulum vagina dan kontol, akhirnya Asti kembali ke posisi awal dan mengangkangkan pahanya. Mas...Adi...ayoooo.....masukin segera punya Mas, aku benar-benar udah nggak tahan....!! Tanpa perintah kedua kalinya langsung kusodokkan kontolku ke dalam lobang memeknya yang sudah basah dari tadi sejak kujilati. Ah....serentak kami saling mengerang tatkala kontolku mulai memasuki lobang memeknya yang sempit itu. Kukocok terus kontolku di dalam lobang memeknya....ahhhhh....terus .....Mas.....geliiiiii.......erangnya! Ketika kurasa kontolku mulai nyut-nyutan mau mengeluarkan isinya, kutarik dan kuminta agar Asti berada pada posisi atas.AKu pun langsung ke posisi tidur dan sambil tersenyum Asti mengambil posisi atas sambil menggenggam kontolku di masukkannya ke dalam vaginanya. Ah...ennnak katanya, sebetulnya Asti paling demen posisi begini, Mas ! Dia mulai menggoyang badannya atas dan bawah sambil sekali-kali memutar-mutar pinggulnya. Kulihat wajahnya penuh kepuasan dan tiba-tiba ia memeluk tubuhku dengan erat sekali.....aaahhhhhhh....sssshhhhh....ennnaaak..Mas! Rupanya dia udah mencapai klimaksnya. Lalu kuambil inisiatip mengganti posisi awal tadi agar dia dapat beristirahat di posisi bawah. Aku pun mulai menggenjot kembali kontolku..... Lima menit kemudian kurasakan geli...yang amat sangat di kepala kontolku....Sambil itu kulihat lagi Asti mulai naik lagi dan minta agar aku menunggunya mencapai klimaks bersamaan. Kuhentikan sodokanku sesaat agar rasa geli yang kurasakan mulai berkurang dan sekitar satu menit kemudian mulai lagi kusodokkan kontolku ke lobang memeknya yang basah.. Ayo....Mas ...pacu lagi! Sekitar sepuluh menit kemudian kurasakan geli yang amat sangat di kontolku dan tak tertahan lagi aku pun melepaskan spermaku di dalam memeknya Asti sambil kupeluk erat tubuhnya yang mulus itu. Dia membalas tak kalah serunya pelukan dan mengejang beberapa saat......Akhirnya kepuasaan itu pun kami rasakan berdua.
As....aku puas sekali dengan cara kamu......Iya....Asti juga puas sekali sampai dua kali dengan Mas Adi! Sudahlah ayo..kita bersih-bersih dan akhirnya kami pun tertidur pulas berpelukan mesra. Kucium pipinya, aku sayang kamu, As!
Jam 07.00 aku terbangun karena kontolku minta lagi dan akhirnya kami pun memulai lagi permainan cinta tadi sampai 2 kali berturut-turut...
BERCINTA DENGAN GURU TATA NEGARA
Saya bernama Vina (sebut saja begitu). Saya ingin membagikan pengalaman pribadiku dulu kepadaparapenggemar. Pengalaman ini terjadi ketika aku kelas 3 SMA, aku memang berasal dari keturunan yang sangat disiplin dalam segala sesuatu. Aku anak bungsu dari tiga bersaudara dan semuanya perempuan, namun kata orang sih aku yang paling cantik dan menurut orang-orang wajahku agak mirip Desy Ratnasari. Papa dan Mama cenderung orangnya keras dalam mendidik anak-anaknya bahkan boleh dibilang Papa itu orangnya tidak pernah menunjukkan pujian kepada anak-anaknya, jadi alhasil sampai saat ini aku tidak pernah merasakan belaian kasih sayang seorangayahlayaknya.Saking kerasnya didikan orang tua kami, mereka menyekolahkan semua anaknya di sekolah favorit termasuk aku dan tidak mengijinkan anak-anaknya untuk pacaran sebelum lulus SMA dan waktu itu aku terpaksa menurut walaupun dalam hati kecilku aku berontak karena di sekolah banyak sekali cowok keren yang cukup menarik perhatianku dan cukup banyak pula cowok yang mendekatiku lantaran wajahku yang lumayan. Namun semuanya terpaksa aku tolak dan hasratkupun aku pendam dalam-dalam demi menyenangkan kedua orang tuaku.
Terus terang saat aku sendiri aku sering membayangkan bisa merasakan nikmatnya berciuman dan juga ingin merasakan ada tangan yang membelai rambutku, menjilati sekujur tubuhku (seperti yang aku lihat di blue film ketika aku SMP), juga ingin merasakan ada penis ukuran besar memasuki vaginaku, sehingga akupun sering bermasturbasi di kamarku.
Suatu hari di sekolah (entah kapan persisnya), saat di kelasku ada pelajaran Tata Negara yang menurutku cukup membosankan, namun aku suka pelajaran itu karena Bapak Gunawan yang mengajar kunilai cukup simpatik dan tampan walaupun usianya pantas menjadi bapakku. Beliau usianya mendekati 45 tahun, selalu bercukur, agak gemuk dan aku suka memperhatikan rambut di dadanya yang agak tersembul saat dia mengajar. Saat itu aku memperhatikan penampilannya agak lain dari biasanya, beliau saat itu mengenakan pakaian batik berwarna biru gelap dipadu dengan celana panjang berwarna agak hitam. Aku sangat terpesona sehingga aku membayangkan dapat bercinta dengannya, dan tak kusadari vaginaku telah basah.
"Vina!",tegurnyamelihatkutidakkonsentrasi."Eh..i..iyaPak",sahutkusekenanya."Tolongperhatikan",timpalnya."BaikPak"jawabku.Sialan makiku dalam hati apes banget aku apalagi ditambah dengan ledakan tawa seisi kelas yang membuatku sangat kesal. Akhirnya kuikuti terus pelajaran dengan hati tidak menentu.
Seusai sekolah, aku langsung berlari menuju mobilku yang kubawa sendiri dan kuparkir dekat halaman sekolah, aku berniat langsung pulang mengerjakan PR-ku yang seabreg. Namun sesuatu menghambat niatku saat aku melihat Bpk. Gunawan sedang menunggu kendaraan umum di dekat sekolah, langsung kuhampiri dia dan kubuka kaca jendela mobilku.
"Pak!", tegurku.
"Eh, Vina", sahutnya.
"Pulang ke arah mana, Pak?", tanyaku.
"Kebayoran Baru", jawabnya.
"Wah, searah dong", timpalku.
"Ikut sekalian Pak", kataku sambil membuka pintu mobil dari dalam.
"Enggak merepotkan?", tanyanya.
"Tidak apa-apa", jawabku.
"Baiklah", jawabnya seraya naik ke mobilku.
Sepanjang perjalanan kami banyak berbicara tentang banyak hal, dan ternyata beliau cukup menyenangkan, ternyata beliau memperhatikanku cukup lama ini kuperhatikan lewat ekor mataku sesekali, dan tiba-tiba dia menyentuh tanganku.
"Maaf", katanya.
"Tidak apa-apa kok Pak", sahutku, aku senang juga dalam hati.
Lalu secara tidak sengaja kulirik dia dan astaga!, ternyata celana bagian depannya ada tonjolan.

Ketika sampai di rumahnya, dia menawarkan masuk dan langsung kusetujui. Rumahnya cukup sederhana namun rapi, sesudah aku masuk beliau bercerita tentang dirinya lebih banyak bahwa dia sampai saat ini masih belum menikah, mendengar ceritanya aku semakin simpatik dan semakin membayangkan bisa bercinta dengannya. Akhirnya kami saling berpandangan tanpa berkata apapun, dan tangan beliau secara spontan membelai rambutku, lalu perlahan dia menciumku, "Oooh nikmat rasanya", dan segera kubalas ciumannya dengan hangat. Ternyata beliau bisa membaca situasi dan langsung tangannya menggerayangi sekujur tubuhku sehingga membuatku menggelinjang kenikmatan.
Selang beberapa lama, dia menuntunku masuk kamarnya dan aku menurut saja, ketika kami masuk ke kamar dia langsung mengunci pintunya dan memulai kembali aksinya, dengan napasnya yang memburu dia menciumiku dan tentu saja kubalas kembali dengan tak kalah memburunya. Perlahan-lahan dia melepaskan baju seragam sekolahku, dan rokku. Praktis kini hanya behaku dan celana dalamku yang tinggal.
"Kamu cantik sekali, Vin", katanya, aku hanya tersenyum mendengarnya karena aku ingin dia berbuat lebih dari itu, dan diapun ternyata memahaminya, dengan cepat dia melucuti beha dan celana dalamku sehingga aku telanjang bulat di depannya. Lalu gantian dia yang melepaskan seluruh bajunya. Saat semua bajunya terlepas, aku agak sedikit memekik melihat penisnya yang telah tegang dan besarnya sekitar 24 cm dengan diameter kira-kira 4 cm, namun aku juga kagum melihatnya. Tanpa basa-basi dia langsung menidurkanku di tempat tidur dan membuka kakiku lebar-lebar sehingga kewanitaanku dapat terlihat jelas olehnya, kemudian dengan tidak membuang waktu lagi dia mulai membenamkan kepalanya disana dan mulai mempermainkan lidahnya sehingga aku menjerit-jerit kecil menahan kenikmatan. "Ehm.. ahh.. ahh..", hanya itu yang bisa kuucapkan, sampai beberapa waktu lamanya aku merasakan puncak kenikmatan dan menjerit-jerit, "Oh.. ahh.. aaah.. Pak.. ohh.. nikmat.. ooooh.." Dan spontan aku menjambak rambutnya tanpa mempedulikan lagi status antara kami.
Lalu dia bangkit dan secara cepat penisnya sudah ada di depan mukaku, aku paham maksudnya lansung kujilati penisnya perlahan-lahan kumainkan dengan lidahku dan aku dapat mendengar rintihannya menahan nikmat. Lalu kumasukkan penisnya ke dalam mulutku, sudah kuduga aku tak dapat melahap seluruhnya, hanya setengahnya yang masuk ke mulutku. Kulakukan gerakan maju mundur dengan kepalaku membuatnya semakin merintih kenikmatan. Harus kuakui aku juga menikmati permainan ini apalagi saat kurasakan penisnya berdenyut dalam mulutku, rasanya tak ingin kuakhiri permainan ini.

Tiba-tiba dia menarikku ke atas dan langsung dia menidurkanku kembali, kakiku kembali dibuka lebar-lebar dan dia mempermaikan klitku dengan penisnya yang membuatku semakin tak karuan sehingga tak berapa lama aku kembali mencapai puncak kenikmatan dan cairan kewanitaanku membasahi penisnya. Lalu tiba-tiba dengan satu gerakan cepat dia memasukkan penisnya ke dalam vaginaku, aku langsung menjerit karena vaginaku masih sempit dan aku masih perawan, sehingga kurasakan agak sedikit perih. Namun rupanya beliau telah tahu keadaanku sehingga dia diam sebentar agar aku dapat menguasai diri.
Setelah aku dapat menguasai diri beliau langsung menggerakkan pinggulnya perlahan-lahan dan makin lama makin cepat sehingga tubuhku terguncang-guncang. Setelah kira-kira 2 jam kami berpacu dalam birahi, aku merasakan orgasme kurang lebih sebanyak 5 kali sampai terakhir kurasakan beliau ingin mencapai puncak dia mengejang dan menjerit tertahan lalu kurasakan cairan hangat menyemprot dinding vaginaku.
Setelah semuanya selesai, aku pun berpamitan dengannya dan berjanji untuk melakukannya kembali malam minggu nanti.
Bermain di Pesawat Terbang
"Ladies and gentlemen welcome aboard flight SQ318 destination Los Angeles from Taipei. We will stop in Hawaii for a few moment to refill our fuel and continue to Los Angeles. The flight to Hawaii will take seven hours. So sit down and enjoy our flight entertainment. Dinner will be served at seven pm Taiwan time."
Sekali lagi gua menguap. Perjalanan ini pasti membosankan pikirku. Aku melirik penumpang yang duduk sebelahku. Cewe yang duduk sebelahku cakep banget. Kulitnya putih mulus, mukanya manis. Rambutnya dipotong pendek. Mukanya mengingatkanku akan sebuah karakter dalam kartun jepang Amy dalam film Sailormoon. Mataku mulai berkeliaran, dadanya tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil tapi kelihatan ketat dan tidak menunjukkan kekenduran sedikitpun. Bajunya putih ketat terbuat dari bahan yang elastis menunjukkan lekukan tubuhnya yang sempurna. Perutnya datar dan pinggangnya yang melekuk sungguh aduhai.
Tak kusadari dia melihat ke arahku. "Kok ngeliatin kaya gitu sih mas?" Muka gua langsung merah padam menanggung malu. Gua gelagapan bilang, "Maaf non abis loenya cakep sih."
Di luar dugaan dia cuman tersenyum kecil. Sambil mengulurkan tangannya dia berkata, "Nama saya Annie, nama loe sapa?" Gua agak bengong sebentar tapi kemudian menjabat tangannya dan menjawab "Eh.. nama saya Jonathan." Tangannya lembut banget. Pikiran gua mulai ngeres. Wah enak banget kalo yang dipegang itu kontol gua.
"Kok jabat tangannya ngga lepas-lepas sih?" Gua tersentak lagi dan minta maaf. Gua ngambil majalah dan mulai membacanya untuk menutupi muka gua yang mulai merah menahan malu. Gua memang boleh dibilang jarang ada pacar walaupun gua boleh dibilang lumayan. Kalau masalah seks, gua sih personal experience masih belon ada, cuman masturbasi aja pernahnya. Gua udah ngebet banget nge-sex ama cewe tapi sampai sekarang peruntungan masih belon ada.
"Eh loe pernah sekolah di SMP Petra Manyar bukan?" tanyanya secara tiba-tiba.
"Loe kok tahu?"
"Tadi waktu ngeliat loe rasanya gua pernah ngeliat loe sih, apa lagi ngedenger nama loe. Gua dulu pernah sekelas ama loe."
"Tapi rasanya ngga ada yang namanya Annie di kelas gua."
"Waktu itu gua belon ganti nama, waktu itu nama gua Li Ruyin, inget ngga?"
Gua seperti tersentak aja, si Li Ruyin itu pacar impian gua, biarpun badannya kaga perfect tapi cakep banget. Tapi cewe tang di depan mata gua ini kelihatannya lain banget, jauh lebih cakep.
"Oh eloe toh, gila, loe beda banget. Loe dulu kaya anak kecil aja, sekarang kaya Bidadari aja." Timpalku.
Dia cuman tersipu aja kemudian kami pun mulai menceritakan keadaan masing-masing. Ternyata setelah lulus SMP, dia pergi ke Kanada untuk belajar di sana. Dari Kanada, dia berjalan-jalan ke Taiwan dan dalam perjalanan balik ke Kanada tapi bakal tinggal di L.A untuk sementara. Sementara di Kanada, dia kaga ada cowo, katanya sih kaga ada yang ngejar dia. Gila, pikir gua, cewe cakep, body perfect kaya dia kaga ada yang ngejar.
Akhirnya makan malam pun mulai dihidangkan. Sebagai penumpang First Class, kami ditawari bermacam jenis arak dan anggur. "Whisky please," ucapku kepada sang pramugari. Dia menuangkan segelas Whisky. Annie ternyata memilih untuk minum Brandy. Sewaktu makan malam dihidangkan, lampu mulai diredupkan. Tiba-tiba aja gua ada rasa untuk mengungkapkan perasaanku kepadanya yang tak tersampaikan sewaktu di Surabaya.
"Yin, gua mao tanya nih tapi loe jangan kaget ya..."
Sambil tetap mengunyah dia menoleh ke arahku dan mengangguk.
"Yin, gua waktu di Petra dulu udah mulai suka ama loe, tapi kaga ada kesempatan dan keberanian."
"Jon, eloe mah gombal." Jawabnya sambil meminum Whiskynya.
"Yin, yang mau gua tanyain, kalo misalnya gua ngejar loe gimana?"
"Tergantung." Jawabnya polos.
Gua kaga banyak tanya lagi, kata "tergantung" sudah membuatku hilang semangat dan putus asa. Akhirnya piring kami diambil kembali dan waktu telah agak malam dan gua udah pengen tidur. Gua minta selimut kepada pramugari pesawat itu dan Annie pun juga minta selimut. Tapi pramugarinya kembali dan memberitahu kalau selimutnya tinggal satu saja tapi selimut ini cukup untuk dua orang.
Akhirnya gua dan Annie share selimut itu dan tempat naruh tangan di tengah gua angkat. Gua masih kaga bisa tidur, mikirin si Annie. Bagi gua kata "tergantung" adalah sebuah tolakan halus yang menyakitkan. Pernah gua menunggu jawaban seorang cewe yang memberi kata "tergantung" tetapi ternyata dia sudah punya pacar. Tiba-tiba saja gua merasakan kepala Annie di pundak gua, rupanya dia tertidur dan tidak sengaja. Gua tatap wajahnya yang manis dan cakep itu. Bibir imutnya seakan menggodaku untuk menciumnya. Tetapi aku berhasil menahan nafsuku dan mulai membetulkan dudukku.
Gua menoleh lagi, seakan gua pengen banget ngeliatin dia terus. Akhirnya tanpa peduliin resiko, tangan gua, gua taruh di pinggangnya sementara tangan satunya gua taruh di belakang kepalanya dan kucium bibirnya. Tanpa diduga, lidahnya mulai menerobos bibirku dan akhirnya lidah kami berduel di dalam mulut kami. Tangannya menarikku supaya lebih dekat. Akhirnya kami beristirahat untuk mengambil nafas.
"Yin, apa sih maksudmu "tergantung"?"
"Maksudku, tergantung loe mau ngga ngejar gua. Kalo loe mao, sih gua terima aja."
Gua tercengang, ternyata tadi dia cuman main hard-to-get. Gua cium dia sekali lagi tapi kali ini gua mulai ciumin juga lehernya dan kupingnya. Tangan gua juga mulai masuk ke dalam bajunya yang ketat itu. Akhirnya tangan gua mulai menyentuh bagian dasar daripada payudaranya, dengan satu gerakan mulus, tangan gua mulai menggenggam payudaranya yang lentur itu. Pentilnya yang sudah berdiri itu kumainin dengan ibu jariku. Dia cuman mendesah kecil. Dia melepas ciuman kami dan di bawah selimut yang hangat itu dia melepaskan kaos dan bh nya. Penumpang lain sudah tidur dan kami duduk di kursi paling belakang, sehingga tidak ada yang dapat melihat ataupun menduga apa yang kami lakukan.
Setelah itu kami pun mulai melanjutkan permainan kami yang gila ini. Tanganku mulai meraba masuk celananya tak dapat dikira, ternyata dia tidak memakai celana dalam. Tanganku mulai menelursuri hutan jumbutnya dan akhirnya menemukan klitorisnya yg juga telah berdiri seperti pentil payudaranya. Sewaktu tanganku menyentuh klitorisnya, dia bergetar sedikit. Kubenamkan kepalaku di bawah selimut dan dengan lahapnya kuhisap dan kujilat pentilnya sementara tanganku sibuk bermain dengan klitoris dan liang vaginanya. Desahannya mulai agak cepat dan aku mulai takut ketahuan dan tertangkap. Jadi kucium dia sambil tanganku tetap bermain di kemaluannya. Akhirnya dia mendapat klimaks dan jeritannya cuma terdengar dalam mulutku. Ledakan klimaksnya sangat dahsyat dan tanganku dibanjiri oleh air bah klimaksnya seolah-olah seperti bendungan pecah dan air bah dalam cerita Nabi Nuh keluar dari liang vaginanya. Celananya kini pun telah basah oleh air klimaksnya.
Tanganku yang untuk pertama kalinya bermain dengan kemaluan cewe ini mulai pegal. Akhirnya kubetulkan posisi dudukku dan kupeluk dia. Dia memakai kembail kaosnya dan bersandar pada dadaku. "Jon, loe belon puas khan, gua puasin yah?"
Gua mulai gelagapan, jangan-jangan si Annie mau ngewek di pesawat. Gua kaga mau menanggung malu kalo ketahuan orang-orang jadi gua bilang, "Yin, loe keliatannya capek loe istirahat aja, loe kalo mau puasin gua boleh aja tapi nanti aja."
Akhirnya pesawat kami tiba di Honolulu, Hawaii untuk mengisi bensin. Kami diperbolehkan menunggu di dalam pesawat ataupun turun pesawat dan melihat-lihat keadaan Hawaii dari ruang tunggu. Aku dan Annie turun pesawat dan ke ruang tunggu. Kami punya 2 jam untuk jalan-jalan.
"Yin, kita mau ngapain?" tanyaku sambil menggandeng tangannya bak sepasang kekasih.
"Loe maunya apa?" jawabnya sambil meberikan senyuman seribu arti.
Waktu masuk, aku melihat ada iklan hotel dalam airport. Kuajukan saranku untuk beristirahat di dalam hotel. Annie setuju aja dan kami memesan satu kamar. Sesampai di kamar, aku langsung merebahkan diri di ranjang setelah melepas kaos dan sepatu serta kaos kakiku. Annie berdiri di depan ranjang dan menyalakan TV, acara yang ditayangkan adalah MTV. Dia berjalan pelan mendekati ranjang tanpa melepaskan kontak mata. Pinggulnya bergerak ke kiri dan kanan dengan seksinya.
Dengan gerakan yang mulus, dia mulai berdansa dengan seksinya. Satu persatu pakaiannya dilepas hingga badannya tidak terbungkus sehelai kainpun. Adikku sudah tegang dan keras seperti baja. Perlahan-lahan dia naik ke ranjang. Dengan kedua lututnya, dia menopang badannya dan dia mulai menunduk dan menyingkapkan selimut ranjang yang kupakai. Sabukku dilepasnya dan celanaku ditarik sampai ke lutut. Adikku sudah sangat menonjol dan kepalanya keluar dari bagian atas celana dalamku. Kutendang celanaku kelantai. Celana dalamku dipelorotnya dan mulutnya yang kecil itu mulai mengulum adikku. Semua itu dilakukannya tanpa melepaskan kontak matanya dari mataku. Gerakan mulutnya yang naik turun diiringi dengan sedotannya yang keras sungguh membuat nafsuku meledak. Pinggulku, kugerakan naik turun seirama dengan naik turun mulutnya.
Kepalanya kupegang dan setiap kali kepalanya turun, kudorong kepalanya serendah mungkin agar seluruh adikku ditelannya sedalam mungkin. Akhirnya klimaksku mulai mendaki naik dengan tajam, gerakan mulutnya pun mulai cepat dan hisapan-hisapannya semakin keras. "Yin, gua mau keluar nih, kalo loe ngga lepasin ntar gua bakal nyemprot di mulut mu nih…" ucapku.
Dia tidak menggubris peringatan yang kuberikan, bahkan gerakannya makin dipercepat. "Ohhh yesss… arghhhhh……." Aku menjerit keras. Aku seolah melayang di dimensi keempat dan kenikmatan yang kudapat tidak dapat dilukisan dengan kata-kata sewaktu aku menyemprotkan pejuku di dalam mulutnya yang mungil itu. Seluruh pejuku ditelannya dan adikku dijilatinya agar tidak ada setetes peju pun yang bakal tertinggal.
Dia memandangku dan bertanya, "Gimana, aku hebat ngga?" Hebat? Apa saja yang dilakukannya sangat hebat dan mungkin dia the best cock sucker di dunia. Gua kaga tahu berapa tahun dia latihan dan berapa kontol yang telah dia isep.
"Yin, gua ngga tahu gimana bilangnya, loe bukan hebat lagi, loe the best."
"Jon, gua tahu loe cuma basa basi aja… Tadi itu pertama kali gua nyoba ngisep kontol orang loh…"
"Yang bener aja, gua kaga percaya Yin. Masa gua cowo pertama yang loe isep."
"Okay deh Jon, gua ceritain deh. Gua dulunya ada banyak cowo, tapi semua kaga cocok. Tiap kali gua ama cowo-cowo gua yang dulu dating, kami sampai petting."
"Terus?"
"Yah, waktu sampai heavy petting, gua suruh cowo gua ngisep gua tapi kaga ada yang mao. Jadi satu persatu gua putusin."
"Nah apa hubungannya ama loe ngisep gua?"
"Gua sayang ama loe Jon, alasan kedua gua putusin cowo-cowo gua yang dulu sebab gua kaga bisa ngelupaiin loe. Gua masih inget waktu itu gua diganggu ama orang jahat di dekat Mal Galaxy, loe ngebantu gua. Kalau ngga ada loe gua ngga tahu bakalan gimana. Sejak waktu itu gua mulai suka ama loe."
Hati gua mulai tersentuh dengan ucapannya itu. Kupeluk dia dan kucium bibirnya. Ciumanku mulai menjalar ke pipinya, kupingnya, dagunya dan lehernya. Tak berapa lama, ciumanku sampai ke buah dadanya. Sambil kucium dan kujilat pentil buah dadanya yang mulai keras dan tegak, tanganku menelusuri perutnya, hutannya dan akhirnya jariku masuk ke dalam liang vaginanya. Dia mulai mendesah kecil. Tangannya mengelus kepalaku dan rambutku. Ciumanku mulai menurun kebawah sampai ke liang vaginanya. Klitorisnya yang telah berdiri tegak terlihat jelas. Kujilat sekali dan efeknya sangat dahsyat. Jeritan-jeritan kenikmatan mulai keluar dari mulutnya. Sambil jariku keluar masuk lubangnya yang sempit itu, kujilati klitorisnya dengan penuh semangat. Bau odor sex yang keluar dari kemaluannya terasa harum di hidungku, menambah semangatku. Jilatanku keras dan cepat. Irama sodokan jariku kupercepat dan kuperlambat, membuat Annie menggeliat dan menjirat keenakan.
"Jon, kontolmu Jon, masukin donk…"
"Yin, loe udah pernah belon?"
"Kok nanya sih? Pasti belon lah!"
"Yin, pertama kali bakal sakit loh."
"Gini aja Yin, gua tiduran di ranjang and loe mengkangkang di atas gue, terus loe aja yang masukin agar loe enak. Kalau gitu, semua loe yang ngatur. Kalau sakit diem, kalau udah biasa masukin lagi."
"Suka suka loe deh."
Akhirnya dia pun mengkangkang dia atas kontol gue dan berat badannya ditopang dengan lututnya. Perlahan-lahan dia menurunkan badannya. Tangannya memegang kontolku dan di arahkannya ke dalam liang vaginanya. Liang vaginanya sempit sekali. Sedikit demi sedikit kontolku ditelan vaginanya. Kurasakan ada hambatan di depan kontol ku, rupanya dia masih bener-bener perawan.
"Yin, waktu hymen loe pecah loe pasti ngerasain sakit jadi loe kerasin aja agar sekali langsung masuk."
Dia menurut anjuranku dan menggunakan seluruh berat badannya dan gravitasi, dia menurunkan badannya. Pada saat yang sama, kuangkat lututku untuk menopang badannya. Jeritannya menggema didalam kamar yang kecil itu dan seprei ranjang diremasnya kuat-kuat.
Kami beristirahat sebentar, agar liang vaginanya bisa beradaptasi dengan adanya kontolku di dalam liang vaginanya. Setelah kurang lebih 3 menit, kutidurkan dia diranjang. Kedua kakinya di pundakku dan aku bertanya, "Yin, gua mulai ya?"
"Iya Jon, tapi jangan sakiti aku"
"Tenang kalau sakit bilang aja, gua pasti stop."
Pinggulku mulai kugerakan maju mundur dan jariku bermain dengan klitorisnya. Irama sodokanku dimulai dengan irama yang pelan, dan irama itu terkadang kupercepat. Erangan kenikmatan menggema di dalam kamar. Annie telah klimaks 2 kali selama irama ini kupermainkan. Akhirnya klimaksku pun telah mendekat. Iramanya kupercepat dan Annie pun mengikuti iramaku dan menarik tanganku agar kontolku bisa masuk sedalam mungkin. Pas sebelum aku klimaks, kurasakan dinding vagina Annie mengeras dan mencengkeram kontolku dengan kuatnya dan dia pun mendapatkan klimaksnya sekali lagi. Tidak lebih dari dua detik, aku pun menyemprotkan pejuku di dalam vaginanya.
Badan kami penuh keringat dan aku pun berbaring di sebelah Annie. Kami kembali berpakaian dan bergegas menuju pesawat, sebab kami hanya ada sepuluh menit sebelum pesawatnya berangkat.

Bidadari itu Ibu Pemilik Apartemen
Aku tiba di Jepang pertama kali pada awal Februari. Saat itu kota kecil tempat aku belajar tengah tertutup oleh timbunan salju. Sewaktu mencari apartemen yang kemudian kutinggali, aku hanya tahu bahwa ibu pemilik apartemennya masih muda dan sangat cantik. Waktu itu dia mengantarku menengok keadaan apartemen. Dia mengenakan celana jean dan jaket bulu yang longgar dengan mengenakan penutup kepala yang menyatu dengan jaket yang dia kenakan. Sesudah menandatangani kontrak sewa, aku tidak pernah berjumpa lagi dengannya hingga akhir Maret. Walaupun dia tinggal di rumah besar yang hanya berada di samping kanan apartemen yang kusewa, namun kesibukanku di kampus membuatku selalu pulang malam. Juga kebiasaan orang yang hidup di negara empat musim, pada musim dingan rumah besar itu selalu menutup pintu dan jendelanya rapat-rapat. Pada akhir pekan, waktu kuhabiskan di dalam apartemen dengan menonton kaset video.Pembayaran uang sewa apartemen kulakukan dengan transfer uang lewat bank ke rekening dia. Dari situlah aku jadi hafal namanya: Yumiko Kawamura.Yumiko ternyata sangat mengundang hasrat lelaki. Aku baru menyadarinya pada akhir bulan April. Waktu itu hari Jumat, tanggal 30 April. Aku lupa pergi ke bank untuk membayar sewa apartemen. Sementara kalau menunggu hari Senin, hari sudah menunjukkan tanggal 3 Mei. Padahal sesuai perjanjian, uang sewa bulan berikutnya harus sudah dibayarkan selambat-lambatnya pada hari terakhir bulan sebelumnya. Maka pada malam itu aku membawa uang sewa apartemen ke rumahnya barangkali dia mau menerima uangnya secara langsung.Dia sendiri yang membukakan pintu rumahnya saat itu. Aku mengemukakan alasanku, mengapa sampai aku menyalahi kontrak perjanjian, yakni tidak membayar lewat bank. Ternyata dia berkata, hal tersebut tidak menjadi masalah. Lewat bank atau langsung diantarkan, baginya tidak ada pengaruhnya. Hanya orang Jepang biasanya tidak mau repot-repot atau belum tentu punya waktu sehingga mereka membayar uang sewa melalui transfer otomatis antarrekening bank.Waktu Yumiko menemuiku tersebut, aku terpesona dengan kecantikan dan kemolekan bentuk tubuhnya. Tinggi tubuhnya sekitar 167 cm. Rambutnya tergerai sebahu. Wajahnya putih mulus dengan bentuk mata, alis, hidung, dan bibir yang indah. Dari celada jean ketat dan sweater yang dia kenakan, aku dapat melihat jelas postur tubuhnya. Pinggangnya berlingkar sekitar 58 cm. Pinggulnya melebar indah, ukuran lingkarnya tidak kurang dari 98 cm. Payudaranya amat montok dan membusung indah, lingkarnya sekitar 96 cm. Kalau dibawa ke ukuran BH Indonesia pasti dia memakai BH dengan ukuran 38. Suatu ukuran payudara yang enak diciumi, disedot-sedot, dan diremas-remas. Dari samping kulihat payudaranya begitu menonjol dari balik sweater yang dikenakannya. Melihat dia sewaktu membelakangiku, aku terbayang betapa nikmatnya bila tubuh kenyal indah tersebut digeluti dari arah belakang. Perlu diketahui, aku masih single. Walaupun aku gemar menonton video porno dan melakukan masturbasi, namun aku belum pernah melakukan hubungan sex dengan pacar-pacarku. Sejak mengetahui bahwa sewa apartemen dapat dibayarkan secara langsung, aku memutuskan untuk tidak membayar lewat transfer bank lagi. Alasannya, aku dapat menghemat ongkos transfer. Di samping itu aku dapat menatap wajah cantik dan tubuh aduhai Yumiko.Bulan Mei, udara di kotaku sudah tidak terlalu dingin lagi. Sudah berubah menjadi sejuk. Yumiko Kawamura pada hari Sabtu atau Minggu sering terlihat bekerja di halaman. Kadang dia memotong rumput, memangkas pepohonan kecil, atau merapihkan pot-pot tanamannya. Aku paling suka menatap tubuhnya bila dia membelakangi jendela apartemenku. Sungguh merupakan sosok yang enak digeluti. Apalagi bila dia sedang menunggingkan pinggulnya yang padat, hal itu membuatku teringat pada adegan perempuan Jepang yang sedang digenjot dalam posisi menungging pada video-video kaset permainan sex yang sering kupinjam dari persewaan. Lama-lama aku tahu sedikit tentang keluarga dia. Umur Yumiko adalah 30 tahun. Anaknya dua, perempuan semua. Yang pertama berumur tujuh tahun, yang kedua lima tahun. Suaminya bekerja di kota lain, pulangnya pada akhir pekan. Sabtu dini hari dia tiba di rumah, dan berangkat lagi hari Minggu tengah malam.Di hari penutup bulan Mei, hari Senin, aku berniat membayar sewa apartemen di petang hari. Karena itu aku pulang dari kampus lebih awal dari biasanya. Saat itu tiba di apartemen baru jam 17:00. Sesudah menyimpan tas punggung, aku pergi ke rumah Yumiko Kawamura. Kuketuk pintu, namun tidak ada jawaban dari dalam. Kupencet bel yang terpasang di kusen pintu. Kutunggu sekitar satu menit, namun tidak ada suara apapun dari dalam rumah. Agaknya sedang tidak ada orang di rumah. Mungkin Yumiko dan anak-anaknya sedang ke supermarket. Akhirnya aku kembali ke apartemen dan mandi. Sehabis mandi aku menonton TV, sampai akhirnya aku tertidur di depan TV. Aku terbangun jam setengah delapan malam. Kutengok rumah Yumiko dari jendela apartemen. Lampu-lampu rumahnya sudah menyala. Berarti mereka sudah datang. Akupun membawa amplop berisi uang sewa apartemen. Kupencet tombol bel pintunya, seraya mengucap, "Gomen kudasai." Sejenak hening, namun kemudian terdengar sahutan, "Hai. Chotto matte kudasai."Terdengar suara langkah di dalam rumah menuju pintu. Kemudian pintu terbuka. Aku terpana. Di hadapanku berdiri Yumiko dengan hanya mengenakan baju kimono yang terbuat dari bahan handuk sepanjang hanya 15 cm di atas lutut. Paha dan betis yang tidak ditutupi kimono itu tampak amat mulus. Padat dan putih. Kulitnya kelihatan licin, dihiasi oleh rambut-rambut halus yang pendek. Pinggulnya yang besar melebar dengan aduhainya. Pinggangnya kelihatan ramping. Sementara kimono yang menutupi dada atasnya belum sempat dia ikat secara sempurna, menyebabkan belahan dada yang montok itu menyembul di belahan baju. Payudara yang membusung itu dibalut oleh kulit yang putih mulus. Lehernya jenjang. Beberapa helai rambut terjuntai di leher putih tersebut. Sementara bau harum sabun mandi terpancar dari tubuhnya. Agaknya dia sedang mandi, atau baru saja selesai mandi. Tanpa sengaja, sebagai laki-laki normal, kontholku berdiri melihat kesegaran tubuhnya. "A... Bobby-san. Watashi no imoto to omotteta...," sapanya membuyarkan keterpanaanku. Agaknya aku tadi dikiranya adik perempuannya. Pantas... dia berpakaian seadanya. Untuk selanjutnya, percakapanku dengannya kutulis di sini langsung dalam bahasa Indonesia saja agar semua pembaca mengetahuinya, walaupun percakapan yang sebenarnya terjadi dalam bahasa Jepang."Kawamura-san, maaf... saya mau membayar sewa apartemen," kataku."Hai, dozo... Silakan duduk di dalam, dan tunggu sebentar," sahutnya. Aku berjalan mengikutinya menuju ruang tamu. Kuperhatikan gerak tubuhnya dari belakang. Pinggul yang besar itu meliuk ke kiri-kanan mengimbangi langkah-langkah kakinya. Edan! Ingin rasanya kudekap tubuh itu dari belakang erat-erat. Ingin kutempelkan kontholku di liatnya gundukan pantatnya. Dan ingin rasanya kuremas-remas payudara montoknya habis-habisan. Aku duduk di bantal duduk yang disediakan mengelilingi meja tamu. Sementara dia naik tangga menuju lantai dua. Langkah-langkah betis indah di anak-anak tangga itu tidak pernah lepas dari tatapan liar mataku. Empat menit kemudian dia turun dari lantai dua. Baju yang dikenakan sudah ganti. Sekarang dia mengenakan baju kimono tidur putih yang berbahan licin. Diterpa sorot lampu, kain tersebut mempertontonkan tonjolan buah dada sehingga tampak membusung dengan gagahnya. Dia tidak mengenakan bra di balik kimono tidurnya, sehingga kedua puting payudaranya tampak jelas sekali tercetak di bahan kimononya. "Ingin minum apa? Kopi, teh, atau bir?" tanya Yumiko. "Teh saja," jawabku. Selama ini aku memang belum pernah minum bir. Bukan aku antialkohol atau menganggap bahwa bir itu haram, namun hanya alasan takut ketagihan minuman alkohol saja.Yumiko kemudian membawa baki berisi poci teh hijau dan sebuah cangkir untukku. Untuk dia sendiri, diambilnya satu cangkir besar dan tiga botol bir dari kulkas. Kemudian aku pun menikmati teh khas Jepang tersebut, sementara dia menikmati bir. "Kok sepi? Anak-anak apa sudah tidur?" tanyaku. "Mereka sedang main ke rumah adik perempuan saya. Tadi perginya bersama-sama saya. Lalu saya pulang duluan karena harus ke supermarket dulu untuk membeli sayur dan buah. Mungkin sebentar lagi mereka akan tiba, diantar oleh adik perempuan." "Oh... pantas, tadi saya ke sini tidak ada orang. Sepi." "Bobby-san berasal dari mana? Tai? Malaysia? Filipina?" "Saya dari Indonesia." "Indonesia...," Yumiko tampak berpikir, "... dengan Pulau Bali?" "A... itu. Bali adalah salah satu pulau dari Indonesia." "O ya? Sungguh pulau yang indah. Saya belum pernah ke sana, namun ingin dapat mengunjungi Bali. Saya mempunyai brosurnya." Yumiko beranjak dari duduknya dan mengambil suatu buku tipis tentang pulau Bali dari rak buku. Pada posisi membelakangiku, aku menatap liar ke tubuhnya. Mataku berusaha menelanjangi tubuhnya dari kain kimono mengkilat yang dia kenakan. Pinggangnya ramping. Pinggulnya besar dan indah. Kemudian betis dan pahanya yang putih mulis tampak licin mengkilap di bawah sorot lampu TL. Betapa harum dan sedapnya bila betis dan paha tersebut diciumi dan dijilati.Yumiko kemudian membuka brosur tentang pulau Bali tersebut di atas meja tamu. Dia bertanya-tanya tentang gambar yang ada dalam brosur tersebut sambil kadang-kadang meneguk bir. Kini dari mulutnya yang indah tercium wanginya bau bir setiap kali dia mengeluarkan suara. Kupikir sungguh kuat dia meminum bir. Tiga gelas besar sudah hampir habis diteguknya. Perhatian dia ke foto-foto di brosur dan bir saja. Ngomongnya kadang agak kacau, mungkin karena pengaruh alkohol. Namun bagiku adalah kesempatan menatapnya dari dekat tanpa rasa risih. Dia tidak menyadari bahwa belahan kain kimono di dadanya mempertontonkan keindahan gumpalan payudara yang montok dan putih di kala dia agak merunduk. Edan, ranumnya! Kontholku pun menegang dan terasa hangat. Sebersit kenikmatan terasa di saraf-saraf kontholku. Kring... kring... Tiba-tiba telpon berdering. Yumiko bangkit dan berjalan menuju pesawat telpon. Pengaruh kebanyakan minum bir mulai terlihat pada dirinya. Jalannya agak sempoyongan. "Sialan...," makiku dalam hati karena dering telpon tersebut memutus keasyikanku melihat kemontokan payudaranya.Yumiko terlibat pembicaraan sebentar di pesawat telpon. Kemudian kembali lagi ke bantal duduknya semula dengan jalan yang sempoyongan. "Anak-anak tidak mau pulang," Yumiko menjelaskan isi pembicaraan telponnya. "Malam ini mereka bermalam di rumah adik perempuan saya. Besok mereka diantarnya langsung ke sekolah mereka." Yumiko menuangkan bir ke gelasnya lagi. Sudah gelas yang keempat. Edan juga perempuan Jepang ini. Jalannya sudah sempoyongan namun masih terus menambah bir. "Bobby-san sudah menikah?" tanyanya. "Belum," jawabku. "Sudah ada pacar?" "Sudah. Saat ini masih kuliah di Indonesia." "Syukurlah. Nikmati masa pacaran. Masa pacaran adalah masa yang indah. Bagaimana permainan cinta sang pacar?" Kunilai kata-kata Yumiko semakin mengacau. Semakin berada di alam antara sadar dan tidak sadar. "Permainan cinta?" "Iya... permainan sex." "Saya belum pernah melakukan hubungan sex, termasuk dengan pacar saya. Kebanyakan perempuan di negara saya masih menjaga kegadisan sampai dengan menikah." Yumiko tertawa lirih mendengar kata-kataku. Suara tawanya amat menantang kejantananku. "Di Jepang gadis-gadis sudah melakukan hubungan sex dengan pacar mereka pada usia 17 atau 18 tahun. Kalau belum melakukan hal tersebut, mereka belum merasa menjadi orang dewasa. Mereka akan diejek kawan-kawannya masih sebagai anak ingusan." "O... begitu. Baru tahu saya..." "Kalau begitu Bobby-san masih perjaka?" "Saya tidak tahu masih disebut perjaka atau tidak. Saya belum pernah melakukan hubungan sex. Namun sejak usia 15 tahun saya suka melakukan masturbasi untuk mengatasi kebutuhan sex saya." Yumiko tertawa lagi. Tawa yang membangkitkan hasrat. Sialan. Aku diejek sebagai anak ingusan oleh pemilik bibir ranum sensual itu. Ingin rasanya kubuktikan kedewasaan dan kejantananku. Ingin rasanya kulumat habis-habisan bibir merekah itu. Ingin rasanya kusedot-sedot payudara aduhai itu dengan penuh kegemasan. Dan ingin rasanya kuremas-remas pantat kenyal Yumiko itu sampai dia menggial-gial keenakan. Agar dia kapok."Kenapa tidak cari pacar yang dapat diajak berhubungan sex sekarang-sekarang ini? Bobby-san ganteng, badan tinggi-tegap dan berpenampilan jantan. Kalau di sini cari pacar, pasti banyak perempuan Jepang yang mau. Sayang kalau energi pada usia muda tidak dinikmati." Omongan Yumiko semakin ngelantur. Pasti karena kebanyakan minum bir. "Sebab kalau Bobby-san berumur tua sedikit, energi akan berkurang. Atau bahkan loyo seperti suami saya. Baru main empat atau lima menit sudah jebol pertahanannya. Dan langsung mendengkur, tidak memperdulikan saya yang baru setengah jalan... Dasar laki-laki payah." Nah, benar terkaanku. Dia mulai tidak sadar. Bicaranya tambah mengacau. Kebiasaan orang Jepang, kalau mulaihilang kesadarannya karena kebanyakan minum bir, apa yang dia pendam dalam hati akan dia keluarkan satu per satu. Yumiko menenggak bir lagi. Habislah gelas yang keempat. Dan dia mengisinya kembali sampai penuh. Padahal matanya sudah merah dan kelihatan mengantuk. Namun dalam kondisi demikian kulihat keayuan aslinya. Mata mungil yang setengah tertutup kelopak mata itu tampak sangat bagus. Terus terang aku menyukai perempuan bermata sipit, contohnya perempuan Jepang, Cina, atau Korea. Bibir Yumiko yang sensual dan berwarna merah muda tanpa polesan lipstik itu mengeluarkan keluhan-keluhan tentang keloyoan suaminya dalam masalah sex. Namun biarlah dia mengoceh, bagiku yang terpenting adalah menatap bibir merekah itu tanpa rasa risih karena yakin si empunya dalam keadaan tidak tersadar. Wuih... enak sekali kalau bibir ranum tersebut dilumat-lumat."A... Bobby-san. Gomen... sampai lupa ke masalah utama. Sebentar, saya ambilkan kuitansi untuk pembayaran apartemen... "Yumiko Kawamura menenggak bir lagi. "Kawamura-san. Daijobu desu ka?" aku mengkhawatirkan kesadarannya karena dia sudah kebanyakan minum bir. "Daijobu desu. Saya sudah terbiasa minum bir banyak-banyak. Semakin banyak minum bir dunia terasa semakin indah." Yumiko beranjak dari duduknya. Dia mencoba berdiri, namun sempoyongan terjatuh. Aku bersiap-siap menolongnya, namun dia berkata, "Mo ii desho. Daijobu..." Yumiko berusaha berjalan menuju rak buku. Namun baru menapak dua langkah... Gedebrug! Dia terjatuh seperti yang kukhawatirkan. Untung tangannya masih sempat sedikit menjaga badannya sehingga dia tidak terbanting di lantai kayu. Walaupun lantai kayu tersebut ditutup karpet, namun akan cukup sakit juga bila badan sampai jatuh terbanting di atasnya. Namun tak ayal, betis kanan Yumiko masih membentur rak kayu. "Ak... ittai...," dia berteriak kesakitan. Aku segera menolongnya. Punggung dan pinggulnya kuraih. Kubopong dia ke atas karpet bulu yang tebal. Kuletakkan kepalanya di atas bantal duduk. Dalam waktu seperti itu, tercium bau harum sabun mandi memancar dari tubuhnya. Kimono atasnya terbuka lebih lebar sehingga mataku yang berada hanyasekitar 10 cm dari payudaranya melihat dengan leluasa kemontokan gumpalan daging kenyal di dadanya. Alangkah merangsangnya. Nafsuku pun naik. Kontholku semakin tegang. Dan ketika aku menarik tangan dari pinggulnya, tanganku tanpa sengaja mengusap pahanya yang tersingkap. Paha itu hangat, licin, dan mulus. "Ittai...," sambil masih pada posisi tiduran tangannya berusaha meraih betisnya yang terbentur rak tadi. Namun pengaruh banyaknya bir yang sudah dia minum membuatnya tak mampu meliukkan badannya dalam menggapai betis. Kulihat bekas benturan tadi membuat sedikit memar di betis yang putih indah itu. Aku pun berusaha membantunya. Kuraih betis tersebut seraya meminta permisi, "Sumimasen..." Kuraba dan kuurut bagian betis yang memar tersebut. "Ak... ittai...," Yumiko meringis kesakitan. Namun kemudian dia bilang, "So-so-so-so-so... Betul bagian situ yang sakit. Ah... enak... Ah... ah... terus... terus..." Lama-lama suaranya hilang. Sambil terus memijit betis Yumiko, kupandang wajahnya. Matanya sekarang terpejam. Nafasnya jadi teratur, dengan bau harum bir terpancar dari udara pernafasannya. Dia sudah tertidur. Kantuk akibat kebanyakan minum alkohol sudah tidak mampu dia tahan lagi. Aku semakin melemahkan pijitanku, dan akhirnya kuhentikan sama sekali. Aku pun bingung. Apa yang harus aku lakukan? Kuambil uang sewa apartemen dari saku kemeja dan kuletakkan di atas meja tamu di samping cangkir tehku. Terus bagaimana dengan kuitansi pembayarannya? Kupandangi Yumiko yang tengah tertidur. Alangkah cantiknya wajah dia. Lehernya jenjang. Daging montok di dadanya bergerak naik-turun dengan teratur mengiringi nafas tidurnya, seolah menantang kejantananku. Dan dada tersebut tidak dilindungi bra sehingga putingnya menyembul dengan gagahnya dari balik kain kimononya. Pinggangnya ramping, dan pinggulnya yang besar melebar dengan indahnya. Kain kimono yang mengkilap tersebut tidak mampu menyembunyikan garis segitiga celana dalamnya yang kecil. Sungguh kontras, celana dalam minim membungkus pinggul yang maksimum. Celana dalam yang di antara dua pahanya terlihat membelah. Pasti di situ letak lobang memeknya. Terbayang dengan apa yang ada di balik celana dalamnya, kontholku menjadi semakin tegang. Apalagi paha yang putih mulusnya dipertontonkan dengan jelas oleh kimono bagian bawah yang tersingkap. Dan paha tersebut tersambung dengan betis yang indah. Edan! Melihat lekuk-liku tubuh aduhai yang tertidur itu nafsuku naik. Terbangunkah dia bila kutiduri? Beranikah aku? Teman-teman Jepangku yang tertidur karena kebanyakan minum bir biasanya akan pulas sampai sekitar satu atau dua jam. Apakah Yumiko juga begitu? Akankah dia terbangun bila tubuhnya kugeluti tanpa memasukkan konthol ke liang memeknya? Hasratku semakin memuncak. Kuelus betis indah Yumiko. Kemudian sedikit kuremas itu untuk memastikan bahwa dia cukup pulas. Ternyata dia tidak terbangun. Keberanianku bertambah. Kusingkapkan bagian bawah kimononya sampai sebatas perut. Kini paha mulus itu terhampar di hadapanku. Paha yang menantang kejantananku. Di atas paha, beberapa helai bulu jembut keluar dari celana dalamnya yang minim. Sungguh kontras warnanya. Jembutnya berwarna hitam, sedang tubuhnya berwarna putih.Kueluskan tanganku menuju pangkal pahanya sambil kuamati wajah Yumiko. Dia tidak terbangun. Kueluskan perlahan ibu jariku di bagian celana yang mempertontonkan belahan bibir memeknya. Tiba-tiba jari-jari tangannya bergerak seperti tersentak. Aku kaget. Segera kuhentikan aksiku karena khawatir bila Yumiko terbangun. Namun dia tetap tertidur dengan nafas yang teratur.Keberanianku muncul kembali. Kini kuciumi paha mulus tersebut berganti-ganti, kiri dan kanan, sambil tanganku mengusap dan meremasnya perlahan-lahan. Kedua paha tersebut secara otomatis bergerak membuka agak lebar. Namun si empunya tetap tertidur. Bau harum yang terpancar dari pahanya membimbing hasrat kejantananku untuk meneruskan pendakian.Dia sedang tertidur pulas! Dia sedang tidak tersadar! Dia sedang di bawah pengaruh alkohol! Kenapa aku harus takut? Aku berjalan ke pintu dan menguncinya dari dalam, untuk berjaga-jaga kalau ada orang dari luar mau masuk. Kemudian aku melepas celana dalamku. Celana dalam kulipat dan kumasukkan ke dalam kantong celana pendek yang kupakai. Celana pendek yang kukenakan adalah longgar dan terbuat dari bahan yang tipis dan lemas, sehingga tanpa lindungan celana dalam kontolku dapat bergerak bebas di salah satu lobang kakinya yang memang lebar.Kemudian kuhampiri Yumiko yang tertidur pulas. Kembali kuciumi dan kujilati paha dan betis mulus yang berbau harum tersebut. Setelah beberapa saat kukeluarkan konthol dari lobang kanan celana pendekku. Kontholku sudah begitu tegang. Kutempelkan kepala kontholku di paha mulus tersebut. Rasa hangat mengalir dari paha Yumiko ke kepala kontholku. Kemudian kugesek-gesekkan kepala konthol di sepanjang pahanya. Rasa geli, hangat, dan nikmat menyelimuti sel-sel kontholku. Kontholku terus kugesek-gesekkan di paha sambil agak kutekan. Semakin terasa nikmat. Konthol semakin tegang. Nafsu seks-ku semakin tinggi.Aku semakin nekad. Kulepaskan ikatan baju kimono tidur Yumiko, dan kusingkapkan baju itu ke kiri dan kanan. Tergoleklah tubuh mulus Yumiko tanpa helaian kimono menghalanginya. Tubuh moleknya sungguh membangkitkan birahi. Payudara yang besar membusung, pinggang yang ramping, dan pinggul yang besar melebar dengan bagusnya. Payudaranya menggunung putih, putingnya berdiri tegak berwarna pink kecoklat-coklatan, dan dikelilingi oleh warna coklat kulit payudara di sekitarnya sampai dengan diameter sekitar dua setengah centimeter. Perlahan-lahan kucium payudara montok Yumiko. Hidungku mengendus-endus kedua payudara yang berbau harum sambil sesekali mengecupkan bibir dan menjilatkan lidahku. Kemudian puting payudara kanannya kulahap ke dalam mulutku. Badannya sedikit tersentak ketika puting itu kugencet perlahan dengan menggunakan lidah dan gigi atasku. Aku pun terperanjat. Namun dia tetap tertidur. Kini kusedot-sedot puting payudaranya secara berirama. Mula-mula lemah, lama-lama agak kuperkuat sedotanku. Kuperbesar daerah lahapan bibirku. Kini puting dan payudara sekitarnya yang berwarna kecoklatan itu semua masuk ke dalam mulutku. Kembali kusedot daerah tersebut dari lemah-lembut menjadi agak kuat. Yang penting perlahan-lahan tanpa irama yang menyentak, agar dia tidak terbangun. Namun walaupun tetap tertidur, mimik wajah Yumiko tampak sedikit berubah, seolah menahan suatu kenikmatan.Kedua payudara harum itu kuciumi dan kusedot-sedot secara berirama. Kontholku bertambah tegang. Sambil terus menggumuli payudara dengan bibir, lidah, dan wajahku, aku terus menggesek-gesekkan konthol di kulit pahanya yang halus dan licin. Rasa nikmat dan hanya merembes dari kontholku ke sel-sel otak di kepalaku. Dan mulut kecil di kepala kontholku ikut-ikutan mencari rasa geli dan nikmat lewat kecupan-kecupan kecilnya nya di permukaan mulus kulit paha Yumiko.Kubenamkan wajahku di antara kedua belah gumpalan dada Yumiko. Kemudian perlahan-lahan bergerak ke arah bawah. Kugesek-gesekkan wajahku di lekukan tubuh yang merupakan batas antara gumpalan payudara dan kulit perutnya. Kiri dan kanan kuciumi dan kujilati secara bergantian. Keharuman yang terpancar dari badannya kuhirup dengan rakusnya, dengan habis-habisan, seolah tidak rela bila ada bagian kulit tubuh yang terlewatkan barang satu milimeter pun.Kecupan-kecupan bibirku, jilatan-jilatan lidahku, dan endusan-endusan hidungku pun beralih ke perut dan pinggang Yumiko. Sementara gesekan-gesekan kepala kontholku kupindahkan ke betisnya. Bibir dan lidahku menyusuri perut sekeliling pusarnya yang putih mulus. Kemudian wajahku bergerak lebih ke bawah. Dengan nafsu yang menggelora kupeluk pinggulnya secara perlahan-lahan. Kecupanku pun berpindah ke celana dalam tipis yang membungkus pinggulnya tersebut. Kususuri pertemuan antara kulit perut dan celana dalam. Kemudian ke arah pangkal paha. Kujilat helaian-helaian rambut jembutnya yang keluar dari celana dalamnya. Lalu kuendus dan kujilat celana dalam pink itu di bagian yang tidak mampu menyembunyikan lekuk belahan bibir memeknya. Kuhirup kuat-kuat bau khas yang terpancar dari balik celana dalam yang membuat nafsuku semakin meronta-ronta.Setelah cukup puas, aku mengakhiri kecupan dan jilatanku di celana dalam sekitar memeknya tersebut. Aku bangkit. Dengan posisi berdiri di atas lutut kukangkangi tubuh mulus yang begitu menggairahkan tersebut. Kontholku yang tegang kemudian kutempelkan di kulit payudara Yumiko. Kepala konthol kugesek-gesekkan di kehalusan kulit payudara yang menggembung montok itu. Kembali rasa geli, hangat, dan nikmat mengalir di syaraf-syaraf kontholku. Sambil kukocok batangnya dengan tangan kananku, kepala konthol terus kugesekkan di gumpalan daging payudaranya, kiri dan kanan. Rasa nikmat semakin menjalar. Aku ingin berlama-lama merasakannya.Setelah sekitar dua menit aku melakukan hal itu, nafsuku yang semakin tinggi mengalahkan rasa takut. Kulepas celana pendekku. Tampak kontholku yang besar dan panjang berdiri dengan gagahnya. Kuraih kedua belah gumpalan payudara mulus Yumiko yang montok itu. Aku berdiri di atas lutut dengan mengangkangi pinggang ramping Yumiko dengan posisi badan sedikit membungkuk. Batang kontholku kemudian kujepit dengan kedua gumpalan payudaranya. Kini rasa hangat payudara Yumiko terasa mengalir ke seluruh batang kontholku.Perlahan-lahan kugerakkan maju-mundur kontholku di cekikan kedua payudara Yumiko. Kekenyalan daging payudara tersebut serasa memijit-mijit batang kontholku, memberi rasa nikmat yang luar biasa. Di kala maju, kepala kontholku terlihat mencapai pangkal lehernya yang jenjang. Di kala mundur, kepala kontholku tersembunyi di jepitan payudaranya. Lama-lama gerak maju-mundur kontholku bertambah cepat, dan kedua payudara montoknya kutekan semakin keras dengan telapak tanganku agar jepitan daging kenyal di batang kontholku semakin kuat. Aku pun merem melek menikmati enaknya jepitan payudara indah.Bibir Yumiko pun mendesah-desah tertahan, "Ah... hhh... hhh... ah..." Mungkin walaupun tetap dalam keadaan tertidur pulas, dia merasa geli dan ngilu-ngilu enak di kedua gumpalan payudaranya yang kutekan-tekan dengan telapak tanganku dan kukocok dengan kontholku.Bibir mungil di kepala kontholku pun mulai melelehkan sedikit cairan. Cairan tersebut membasahi belahan payudara Yumiko. Oleh gerakan maju-mundur kontholku di dadanya yang diimbangi dengan tekanan-tekanan dan remasan-remasan tanganku di kedua payudaranya, cairan itu menjadi teroles rata di sepanjang belahan dadanya yang menjepit batang kontholku. Cairan tersebut menjadi pelumas yang memperlancar maju-mundurnya kontholku di dalam jepitan payudaranya. Dengan adanya sedikit cairan dari kontholku tersebut aku merasakan keenakan dan kehangatan yang luar biasa pada gesekan-gesekan batang dan kepala kontholku dengan kulit payudara indahnya. "Hih... hhh... edan... edan... Luar biasa enaknya...," aku tak kuasa menahan rasa enak yang tak terperi. Sementara nafas Yumiko dalam tidurnya menjadi tidak teratur. Desahan-desahan keluar dari bibirnya yang sensual, yang kadang diseling desahan lewat hidungnya, "Ngh... ngh... hhh... heh... eh... ngh..."Desahan-desahan Yumiko baik yang lewat hidung maupun lewat bibir semakin menuntun nafsuku untuk menaiki suatu perjalanan pendakian yang indah. Gesekan-gesekan maju-mundurnya kontholku di jepitan gumpalan payudaranya semakin cepat. Kontholku semakin tegang dan keras. Kurasakan pembuluh darah yang melalui batang kontholku berdenyut-denyut, menambah rasa hangat dan nikmat yang luar biasa. "Sugoi... edan... oh... hhh...," erangan-erangan keenakan keluar tanpa kendali dari mulutku. "Sugoi... sugoi... Enak sekali, Yumiko... Heh... rasa cewek Jepang luar biasa... Hhh... enaknya payudara Jepang... hhh... enaknya gesekan kulit mulus Jepang... ah... Enaknya... mulusnya... hangatnya... enak sekali payudara Jepang..."Aku menggerakkan maju-mundur kontholku di jepitan payudara Yumiko dengan semakin cepatnya. Rasa enak yang luar biasa mengalir dari konthol ke syaraf-syaraf otakku. Kulihat wajah Yumiko Kawamura. Walupun tertidur, namun alis matanya yang bagus bergerak naik turun seiring dengan desah-desah perlahan bibir sensualnya akibat tekanan-tekanan, remasan-remasan, dan kocokan-kocokan di buah dadanya. Ada sekitar lima menit aku menikmati rasa keenakan luar biasa di jepitan payudaranya itu.Payudara sebelah kanannya kulepas dari telapak tanganku. Tangan kananku lalu membimbing konthol dan menggesek-gesekkan kepala konthol dengan gerakan memutar di kulit payudaranya yang halus mulus. Sambil jari-jari tangan kiriku terus meremas payudara kiri Yumiko, kontholku kugerakkan memutar-mutar menuju ke bawah. Ke arah perut. Dan di sekitar pusarnya, kepala kontholku kugesekkan memutar di kulit perutnya yang putih mulus, sambil sesekali kusodokkan perlahan di lobang pusarnya. Rasa hangat, nikmat, dan bercampur geli menggelitiki kepala kontholku.Keberanianku semakin tinggi. Sekarang kedua tanganku mencopot celana dalam minimnya. Pinggul yang melebar indah itu tidak berpenutup lagi. Kulit perut yang semula tertutup celana dalam tampak jelas sekali. Licin, putih, dan amat mulus. Di bawah perutnya, jembut yang hitam lebat menutupi daerah sekitar lobang kemaluannya. Kedua paha mulus Yumiko kemudian kurenggangkan lebih lebar. Kini hutan lebat di bawah perut tadi terkuak, mempertontonkan alat kemaluannya. Bibir memek Yumiko nampak berwarna coklat tua bersemu pink. Aku pun mengambil posisi agar kontholku dapat mencapai alat kemaluan Yumiko dengan mudahnya. Dengan tangan kanan memegang batang konthol, kepalanya kugesek-gesekkan ke jembut Yumiko. Rasa geli menggelitik kepala kontholku. Kemudian kepala kontholku bergerak menyusuri jembut menuju ke memeknya. Kugesek-gesekkan kepala konthol ke sekeliling bibir memeknya. Terasa geli dan nikmat. Kemudian kepala konthol kugesekkan agak ke arah lobang. Dan menusuk sedikit ke dalam. Lama-lama dinding mulut lobang kemaluan itu menjadi basah. Kugetarkan perlahan-lahan kontholku sambil terus memasuki lobang memek. Kini seluruh kepala kontholku yang berhelm pink tebenam dalam jepitan mulut memek Yumiko. Jepitan mulut memek itu terasa hangat dan enak sekali. Sementara getaran perlahan dengan amplituda kecil tanganku pada batang konthol membuat kepala kontholku merasa geli dan nikmat dalam sentuhan-sentuhannya dengan dinding lobang memek.Kembali dari mulut Yumiko keluar desisan kecil tanda nikmat tak terperi.Kontholku semakin tegang. Sementara dinding mulut memek Yumiko terasa semakin basah. Perlahan-lahan kontholku kutusukkan lebih ke dalam. Kini tinggal separuh batang yang tersisa di luar. Tusukan kuhentikan untuk memastikan bahwa Yumiko tidak terbangun. Setelah yakin dia tidak terbangun, kembali secara perlahan kumasukkan kontholku ke dalam memek. Terbenam sudah seluruh batang kontholku di dalam memek Yumiko. Sekujur batang konthol sekarang dijepit oleh daging hangat yang basah di dalam memek Yumiko dengan sangat enaknya.Sesaat aku diam. Kulihat ekspresi wajah Yumiko kembali mengendur. Artinya dia tidak terbangun. Kemudian secara perlahan-lahan kugerakkan keluar-masuk kontholku ke dalam memeknya. Sewaktu keluar, yang tersisa di dalam memek hanya kepala konthol saja. Sewaktu masuk seluruh konthol terbenam di dalam memek sampai batas pangkalnya. Rasa hangat dan enak yang luar biasa kini seolah memijiti seluruh bagian kontholku. Aku menyukai rasa nikmat ini. Aku terus memasuk-keluarkan kontholku ke lobang memeknya. Namun semua gerakanku kujaga tidak menghentak-hentak agar Yumiko tidak terbangun. Dalam keadaan tetap tertidur alis matanya terangkat naik setiap kali kontholku menusuk masuk memeknya secara perlahan. Bibir segarnya yang sensual sedikit terbuka, sedang giginya terkatup rapat. Dari mulut sexy itu keluar desis kenikmatan, "Sssh... sssh... hhh... hhh... ssh... sssh..."Aku terus mempertahankan kenikmatan yang mengalir lewat batang kontholku dengan mengocok perlahan-lahan memek perempuan Jepang tersebut. Enam menit sudah hal itu berlangsung. Lama-lama aku membutuhkan kocokan yang agak menghentak-hentak agar dapat mengakhiri perjalanan pendakian tersebut. Namun bila kocokan itu kulakukan ke memek Yumiko bisa-bisa dia terbangun. Jadi kocokan yang menghentak-hentak pada konthol harus kulakukan di luar memeknya. batang konthol itu kulakukan. Aku kembali memasukkan seluruh kontholku ke dalam memeknya. Kembali kukocok secara perlahan memeknya. Kunikmati kehangatan daging dalam memeknya. Kurasakan enaknya jepitan otot-otot memek pada kontholku. Kubiarkan kocokan perlahan tersebut sampai selama dua menit. Kembali kutarik kontholku dari memek Yumiko. Namun kini tidak seluruhnya, kepala konthol masih kubiarkan tertanam dalam mulut memeknya. Sementara batang konthol kukocok denganjari-jari tangan kananku dengan cepatnya. Walaupin sudah berhati-hati, namun kepala konthol itu menggelitiki dinding memek dengan amplituda kecil tetapi berfrekuensi tinggi akibat kocokan tanganku di batangnya. Hal tersebut menyebabkan rasa enak tak terperi. Geli, hangat, dan nikmat.Rasa enak itu agaknya dirasakan pula oleh Yumiko. Terbukti walaupun dalam keadaan tidur, dia mendesah-desah akibat sentuhan-sentuhan getar kepala kontholku pada dinding mulut memeknya, "Sssh... sssh... zzz... ah... ah... hhh..." Tiga menit kemudian kumasukkan lagi seluruh kontholku ke dalam memek Yumiko. Dan kukocok perlahan. Kunikmati kocokan perlahan pada memeknya kali ini lebih lama. Sampai kira-kira empat menit. Lama-lama aku tidak puas. Kupercepat gerakan keluar-masuk kontholku pada memeknya, namun tetap kujaga agar jangan menyentak-sentak. Kurasakan rasa enak sekali menjalar di sekujur kontholku. Aku sampai tak kuasa menahan ekspresi keenakanku. Sambil tertahan-tahan, aku mendesis-desis, "Subarashii... subarashii... sugoi... sugoi... edan... enaknya... Edan, hangatnya memek Jepang... Edan jepitan memeknya... Yumiko... memekmu luar biasa... Edan... nikmatnya..." Gerakan keluar-masuk secara cepat itu berlangsung sampai sekitar empat menit. Kemudian rasa gatal-gatal enak mulai menjalar di sekujur kontholku. Berarti beberapa saat lagi aku akan mengalami orgasme. Ke mana harus kusemprotkan? Yang jelas jangan di dalam memeknya. Dapat diketahui Yumiko nantinya. Apalagi kalau Yumiko sampai hamil dan terlahir anak Indonesia.Kucopot kontholku dari memek Yumiko. Segera aku berdiri dengan lutut mengangkangi tubuhnya agar kontholku mudah mencapai payudaranya. Kembali kuraih kedua belah payudara montok itu untuk menjepit kontholku yang berdiri dengan amat gagahnya. Agar kontholku dapat terjepit dengan enaknya, aku agak merundukkan badanku. Kemudian kontholku kukocokkan maju-mundur di dalam jepitan buah dada aduhai itu. Cairan dinding memek Yumiko yang membasahi kontholku kini merupakan pelumas yang pas dalam memberi keenakan luar biasa pada gesekan-gesekan kontholku dan kulit buah dada yang mulus itu."Edan... Yumiko. Edan... luar biasa... Enak sekali... Payudaramu kenyal sekali... Payudaramu indah sekali... Payadaramu montok sekali... Payudaramu mulus sekali... Oh... hangatnya... Sssh... nikmatnya... Tubuhmu luarrr biasa...", aku merintih-rintih keenakan.Sementara di dalam tidurnya Yumiko mendesis-desis keenakan, "Sssh... sssh... sssh..." Giginya tertutup rapat. Alis matanya bergerak ke atas ke bawah.Aku mempercepat maju-mundurnya kontholku. Aku memperkuat tekananku pada payudaranya agar kontholku terjepit lebih kuat. Rasa enak menjalar lewat kontholku. Rasa hangat menyusup di seluruh kontholku. Karena basah oleh cairan memek, kepala kontholku tampak amat mengkilat di saat melongok dari jepitan buah dada Yumiko. Leher konthol yang berwarna coklat tua dan helm konthol yang berwarna pink itu menari-nari di jepitan payudaranya. Lama-lama rasa gatal yang menyusup ke segenap penjuru kontholku semakin menjadi-jadi.Semakin kupercepat kocokan kontholku pada payudara Yumiko. Rasa gatal semakin hebat. Rasa hangat semakin luar biasa. Dan rasa enak semakin menuju puncaknya. Tiga menit sudah kocokan hebat kontholku di payudara montok itu berlangsung. Dan ketika rasa gatal dan enak di kontholku hampir mencapai puncaknya, aku menahan sekuat tenaga benteng pertahananku sambil mengocokkan konthol di kempitan payudara indah Yumiko dengan sangat cepatnya. Rasa gatal, hangat, dan enak yang luar biasa akhirnya mencapai puncaknya. Aku tak kuasa lagi membendung jebolnya tanggul pertahananku."Yumiko...!" pekikku dengan tidak tertahankan. Mataku membeliak-beliak.Jebollah pertahananku. Rasa hangat dan nikmat yang luar biasa menyusup ke seluruh sel-sel kontholku saat menyemburkan cairan sperma.Crot! Crot! Crot! Crot! Spermaku menyemprot dengan derasnya. Sampai empat kali. Kuat sekali semprotannya, sampai menghantam rahang bagus Yumiko. Sperma tersebut berwarna putih dan kelihatan sangat kental. Dari rahang sperma yang banyak sekali itu mengalir turun ke arah leher Yumiko yang putih dan jenjang.Sperma yang tersisa di dalam kontholku pun menyusul keluar dalam tiga semprotan. Cret! Cret! Cret! Kali ini semprotannya lemah. Semprotan awal hanya sampai pangkal batang leher mulus Yumiko, sedang yang terakhir hanya jatuh di atas belahan payudaranya.Sejenak aku terdiam. Aku menikmati akhir-akhir kenikmatan pada penghujung pendakianku ini. "Sugoi... luar biasa... Yumiko, nikmat sekali tubuhmu...," aku bergumam lirih. Baru kali ini aku mengalami kenikmatan sex yang indah luar biasa. Diri bagai terlempar ke langit ketujuh. Jauh lebih indah daripada masturbasi dengan menghadapi gambar artis sexy yang bugil.Setelah nafsuku menurun, kontholku pun mengecil. Kulepaskan payudara Yumiko dari raupan telapak tanganku. Kontholku sekarang tergeletak di atas belahan payudaranya. Suatu komposisi warna yang kontras pun terlihat, batang kontholku berwarna coklat dengan kepala konthol berhelm pink, sedang kulit payudara montok Yumiko adalah putih mulus. Masih tidak puas aku memandangi payudara indah yang terhampar di depan mataku tersebut. Kemudian mataku memandang ke arah pinggangnya yang ramping dan pinggulnya yang melebar indah. Terus tatapanku jatuh ke memeknya yang dikelilingi oleh bulu jembut hitam jang lebat. Kubayangkan betapa enaknya bila bermain sex dalam kesadaran penuh dengan Yumiko. Aku dapat menggeluti dan mendekap kuat tubuhnya yang benar-benar menantang kejantanan. Aku dapat mengocok memeknya dengan kontholku dengan irama yang menghentak-hentak kuat. Dan aku dapat menyemprotkan spermaku di dalam memeknya sambil merengkuh kuat-kuat tubuhnya di saat orgasmeku."Engh..." Tiba-tiba Yumiko menggeliatkan badannya.Aku terkejut dan tersadar. Cepat-cepat aku meraih celana pendekku dan berlindung di belakang meja tamu. Sebentar menunggu reaksi, namun Yumiko tertidur kembali dengan nafas yang teratur. Aku segera mengelap konthol dengan tissue yang ada di atas meja, dan memakai celana pendek. Sementara kubiarkan celana dalamku tetap di dalam saku celana pendek agar aku kontholku segera tertutup kembali.Kemudian beberapa lembar tissue kuambil untuk mengelap spermaku yang berleleran di rahang, leher, dan buah dada Yumiko. Ada yang tidak dapat dilap, yakni cairan spermaku yang sudah terlajur jatuh di rambut kepalanya."Ah, nggak apa-apalah. Masak dia tahu. Dia kan hilang kesadarannya. Mungkin juga dia baru terbangun besok pagi," demikian pikirku.Celana dalam pink kupakaikan kembali ke pinggul Yumiko. Dan... edan! Kontholku mulai berdiri lagi melihat kemolekan tubuh Yumiko. Namun aku tidak boleh melakukannya lagi. Salah-salah dia terbangun. Cukup sudah sekali aku menikmati tubuhnya di saat dia tertidur pulas oleh pengaruh alkohol sehingga berlangsung aman. Daripada aku menanggung resiko lagi. Kurapihkan kembali baju kimono tidurnya. Tissue-tissue bekas pengelap konthol dan sperma di tubuh Yumiko kukumpulkan menjadi satu. Akan kusimpan sebagai kenang-kenangan bahwa aku sudah berhasil menggeluti tubuh perempuan Jepang yang molek walaupun dia dalam keadaan tertidur. Akhirnya aku memutuskan kembali ke apartemenku sendiri, meninggalkan Yumiko yang tertidur pulas di atas karpet di samping meja tamu. Sempat kulirik jam dinding di ruang tamu Yumiko, jarum jam menunjukkan pukul sembilan kurang seperempat. Kututup pintu rumah Yumiko sambil bergumam lirih, "Terimakasih atas servis kenikmatannya, Yumiko-san." Jam duduk di atas TV menunjukkan pukul 22:30 ketika pesawat telpon berdering. Aku bangun dari tidur-tiduran di depan TV. Gagang telpon pun kuangkat dari pesawatnya yang tergeletak di samping TV."Hai, Bobby desu keredomo...," ucapku sambil menempelkan ujung gagang telpon ke telinga."A... Kawamura Yumiko desu ga...," suara merdu perempuan menyahut di telpon. Deg! Jantungku berdegup keras. Telpon tersebut ternyata dari Yumiko. Dia sudah tersadar dari tidurnya. Ada apa menelponku malam-malam begini? Tahukah dia dengan apa yang kuperbuat kepadanya dua jam yang lalu? "A-ada apa?" tanyaku dengan suara agak bergetar."Gomenasai... tadi saya terlalu banyak minum. Jadi saya jatuh tertidur sebelum membuat kuitansi pembayaran apartemen. Uang sewa yang Bobby-san letakkan di atas meja sudah saya ambil, dan sekarang sudah saya buatkan kuitansinya. Harap datang ke sini sekarang untuk mengambilnya."Aku bernafas lega. Ternyata hanya urusan kuitansi. Suara Yumiko tetap lembut. Tidak bernada tinggi. Berarti dia tidak sedang marah. Berarti dia tidak tahu kalau tubuhnya kuesek-esek dua jam yang lalu.Aku lalu menuruni tangga apartemen dan berjalan menuju pintu rumah Yumiko. Sebelum aku menekan bel pintu, dia sudah membuka pintu. Dia berdiri dengan menariknya, bagai bidadari yang turun dari kayangan. Rambutnya sudah tersisir rapih, dengan bagian belakang dijepitkan ke atas. Dengan gaya sisiran semacam itu, leher jenjangnya yang putih mulus seolah dipamerkan dengan jelasnya. Kimono yang dikenakan masih kimono yang tadi. Kimono yang terbuat dari bahan putih, lembut, dan mengkilat. Dadanya membusung dengan gagahnya, dan putingnya tergambar jelas di kain kimono yang menutup dadanya. Wow... ada perubahan. Bau parfum! Kini bau parfum yang harum dan segar terpancar dari tubuhnya. Bau harum yang berbeda dengan wangi sabun mandi yang tadi terpancar dari tubuhnya."Ayo, masuk. Saya ambilkan kuitansinya." Bibir sensual Yumiko menyunggingkan senyum. Senyum manis yang amat menggoda nafsuku. Dan berbeda dengan tadi, bibir sensualnya itu sekarang sudah berlapis lipstik tipis berwarna pink. Sexy, ranum, dan segar sekali bibir tersebut. Seolah menantang bibirku untuk melumat bibir tersebut habis-habisan.Aku melangkah masuk. "Sumimasen...," kataku sambil menganggukkan kepala. Pintu tertutup secara perlahan karena adanya pegas yang terpasang di dekat engselnya.Aku kemudian berjalan di belakangnya menuju ruang tamu. Kuperhatikan goyang pantatnya yang sungguh aduhai. Gumpalan daging pantat itu tergambar jelas menggunduk di kimono tidurnya. Gundukan tersebut menggial ke kiri-kanan di saat melangkah, seolah menantang batang kejantananku untuk memijit-mijit kekenyalannya.Yumiko mengambil buku kuitansi dari rak buku, kemudian menyobeknya selembar."Ini Bobby-san, kuitansinya," kata Yumiko sambil memberikan lembaran itu padaku. Bibirnya menyunggingkan senyum. Matanya menatap diriku tajam. Namun menurut penilaianku, sunggingan bibir dan tatapan mata itu menantang diriku.Aku mengulurkan tangan kanan untuk menerima kuitansi itu. Belum lagi kuitansi kupegang, Yumiko sudah melepaskan kertas kuitansi tersebut. Akibatnya kertas kuitansi melayang jatuh. Secara refleks tanganku bergerak ke bawah berusaha menyelamatkan kuitansi sebelum menyentuh lantai. Agaknya Yumiko pun melakukan gerak refleks yang sama denganku, bahkan dia bergerak sedikit lebih cepat. Tangan Yumiko berhasil menangkap kuitansi, sementara tanganku dengan tidak sengaja menangkap jari-jari tangan Yumiko.Aku terpana dengan ketidaksengajaanku. Kehalusan jari-jari tangan Yumiko terasa benar di dalam genggaman tanganku. Sementara posisi tubuh Yumiko yang agak membungkuk membuat mataku dapat melihat belahan payudara montok yang amat mulus itu dengan jelas dari belahan baju kimononya. Edan... kontholku berdiri lagi.Yumiko menatap tanganku yang tanpa sengaja menggenggam jari tangannya. Kemudian tatapan matanya beralih ke wajahku. Sinar matanya itu... sinar mata meminta. Sinar mata orang yang sedang kehausan. Sinar mata orang yang sedang penuh hasrat.Tiba-tiba Yumiko merangkul pundakku. Buah dadanya menekan dadaku dengan hangatnya."Bobby-san. Buat apa kau berpura-pura," kata Yumiko, "Aku tahu kau melakukan masturbasi di sini saat aku tertidur pulas tadi. Saat aku terbangun, rambutku ada yang basah oleh air mani. Dan itu pasti air manimu..."Yumiko mempererat rangkulannya pada bahuku. Dia berdiri sedikit berjinjit. Bibir sensualnya yang berwarna pink merekah itu dengan ganasnya mendarat di bibirku dan melumat-lumat bibirku. Nafasku jadi terengah-engah tidak beraturan."Kawamura-san...," kataku tersenggal di saat bibirku sedikit terbebas dari bibirnya."Bobby-san... jangan gunakan nama keluarga saat ini. Panggil saja namaku... Yumiko...," pinta Yumiko. "Bobby-san... cumbulah diriku... Sudah lama saya merindukan cumbuan hangat yang menggelora... Cumbuan laki-laki jantan yang penuh tenaga... Dan sejak pertamakali melihatmu, saya mendambakan cumbuan geloramu. Saya suka bermasturbasi dengan membayangkan tubuhmu yang tegap berisi... Bila suamiku sedang menggelutiku, kubayangkan bahwa yang menggelutiku itu adalah dirimu..."Nafsuku terbakar. Ternyata hasratku untuk merasakan keaduhaian tubuhnya yang sudah cukup lama timbul dalam diriku tidak bertepuk sebelah tangan. Ternyata dia juga menyimpan hasrat untuk bercinta denganku."Yumiko...," desahku penuh nafsu. Bibirku pun menggeluti bibirnya. Bibir sensual yang menantang itu kulumat-lumat dengan ganasnya. Tidak kusisakan satu milimeter pun bibir itu dari seranganku. Sementara Yumiko pun tidak mau kalah. Bibirnya pun menyerang bibirku dengan dahsyatnya, seakan tidak mau kedahuluan oleh lumatan bibirku.Kedua tangankupun menyusup diantara lengan tangannya. Tubuh sexy dan kenyal itu sekarang berada dalam dekapanku. Aku mempererat dekapanku, sementara Yumiko pun mempererat pelukannya pada diriku. Kehangatan tubuhnya terasa merembes ke badanku, walau lembaran kain baju masih memerantarai kami. Payudaranya yang membusung terasa semakin menekan dadaku. Jari-jari tangan Yumiko mulai meremas-remas kulit punggungku dari sela-sela lobang leher T-shirt yang kupakai."Bobby-san... kita langsung lepas pakaian dulu saja...," kata Yumiko sambil berusaha melepas T-shirtku. Aku mengangkat kedua tangan ke atas untuk memberi kesempatan dia mencopot T-shirt. Tercopot sudah kaos yang kupakai itu. Kini kedua tangan Yumiko dengan sigap melepaskan ikatan tali celana pendekku. Dan mencopotnya, sehingga aku kini tinggal memakai celana dalam saja. Yumiko pun merangkul punggungku lagi. Aku kembali mendekap erat tubuh Yumiko sambil melumat kembali bibirnya. Sambil tangan kiri terus mendekap tubuh, tangan kananku bergerak ke samping pinggang Yumiko dan melepaskan ikatan baju kimono tidurnya. Begitu terbuka kusingkapkan bukaan kimono tadi. Kemudian kedua tanganku menyusup ke dalam kimono dan langsung mendekap erat punggungnya yang berkulit halus. Yumiko kemudian melepaskan rangkulannya ke tubuhku dan mengayunkan kedua tangannya satu per satu ke belakang agar kimononya terlepas dari tubuhnya. Dan terjatuhlah kimononya ke lantai. Kini dia seperti diriku, hanya mengenakan celana dalam saja.Dalam keadaan hanya memakai celana dalam saja, kami kembali berpelukan erat dan saling melumat bibir. Sementara tangan kami saling meremas-remas kulit punggung. Kehangatan menyertai tubuh bagian depan kami yang saling menempel. Kini kurasakan payudaranya yang montok menekan nakal ke dadaku. Dan ketika saling sedikit bergeseran, putingnya seolah-olah menggelitiki dadaku. Kontholku terasa hangat dan mengeras di dalam celana dalam. Kontholku serasa protes, ingin ikut-ikutan menyerang tubuh mulus Yumiko. Tangan kiriku pun turun ke arah perbatasan pinggang ramping dan pinggul besar Yumiko, kemudian menekannya kuat-kuat dari belakang ke arah perutku. Kini masih di dalam celana dalam, kontholku tergencet perut bawahku dan perut bawah Yumiko dengan enaknya. Sementara bibirku melepaskan diri dari bibir Yumiko, dan bergerak ke arah lehernya. Leher jenjang yang putih mulus dan berbau harum segar itu pun kuciumi, kuhisap-hisap dengan hidungku, dan kujilati dengan lidahku. "Ah... geli... geli...," desah Yumiko sambil menengadahkan kepala, agar seluruh leher sampai dagunya terbuka dengan luasnya.Yumiko pun membusungkan dadanya dan melenturkan pinggangnya ke depan. Dengan posisi begitu, walaupun wajahku dalam keadaan menggeluti lehernya, tubuh kami dari dada hingga bawah perut tetap dapat menyatu dengan rapatnya. Tangan kananku lalu bergerak ke dadanya yang montok, dan meremas-remas payudara tersebut dengan perasaan gemas. Setelah puas menggeluti lehernya, wajahku turun ke arah belahan dadanya. Aku berdiri dengan agak merunduk. Tangan kiriku pun menyusul tangan kanan, yakni bergerak memegangi payudara. Wajahku kemudian menggeluti belahan payudara Yumiko, sementara kedua tanganku meremas-remas kedua belah payudaranya sambil menekan-nekankannya ke arah wajahku. Segala kemulusan dan kehalusan belahan dada itu kukecupi dengan bibirku. Segala keharuman yang terpancar dari belahan payudara itu kuhirup kuat-kuat dengan hidungku, seolah tidak rela apabila ada keharuman yang tersisa sedikitpun. Kugesek-gesekkan memutar wajahku di belahan payudara itu. Kemudian bibirku bergerak ke atas bukit payudara sebelah kiri. Kuciumi bukit payudara yang membusung dengan gagahnya itu. Dan kumasukkan puting payudara di atasnya ke dalam mulutku. Kini aku menyedot-sedot puting payudara kiri Yumiko. Kumainkan puting di dalam mulutku itu dengan lidahku. Sedotan kadang kuperbesar ke puncak bukit payudara di sekitar puting yang berwarna coklat. "Ah... ah... Bobby-san... geli... geli...," mulut indah Yumiko mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan, bagaikan desisan ular yang kelaparan mencari mangsa.Aku memperkuat sedotanku. Sementara tanganku meremas kuat payudara montok yang kenyal Yumiko sebelah kanan. Kadang remasan kuperkuat dan kuperkecil menuju puncak bukitnya, dan kuakhiri dengan tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jariku pada puting di atas puncak bukit payudara kanan itu."Bobby-san... hhh... geli... geli... enak... enak... ngilu... ngilu..."Aku semakin gemas. Payudara aduhai Yumiko itu kumainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit payudara kadang kusedot sebesar-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang kusedot hanya putingnya dan kucepit dengan gigi atas dan lidah. Belahan lain kadang kuremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan sekuat-kuatnya, kadang hanya kupijit-pijit dan kupelintir-pelintir kecil puting yang mencuat gagah di puncaknya."Ah... Bobby-san... terus Bobby-san... terus... hzzz... ngilu... ngilu..." Yumiko mendesis-desis keenakan. Matanya kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhnya ke kanan-kiri semakin sering frekuensinya.Sampai akhirnya Yumiko tidak kuat melayani serangan-serangan awalku. Dia dengan gerakan cepat memelorotkan celana dalamku hingga turun ke paha. Aku memaklumi maksudnya, segera kurapatkan lututku sehingga celana dalam melorot jatuh ke karpet ruang tamu. Jari-jari tangan kanan Yumiko yang mulus dan lembut kemudian menangkap kontholku yang sudah berdiri dengan gagahnya. Sejenak dia memperlihatkan rasa terkejut."Sugoi... Bobby-san, sugoi... Batang kontholmu besar sekali... Konthol pacar-pacarku dulu dan juga konthol suamiku tidak ada yang sebesar ini. Sugoi... sugoi...," ucapnya terkagum-kagum. Sambil membiarkan mulut, wajah, dan tanganku terus memainkan dan menggeluti kedua belah payudaranya, jari-jari lentik tangan kanannya meremas-remas perlahan kontholku secara berirama, seolah berusaha mencari kehangatan dan kenikmatan di liatnya menara kejantananku. Remasannya itu memberi rasa hangat dan nikmat pada batang kontholku."Bobby-san, kita main di dalam kamar saja...," ajak Yumiko dengan sinar mata yang sudah dikuasai nafsu birahi. Tangan kirinya mendorong perlahan diriku untuk membebaskan payudaranya dari gelutan wajah dan tanganku. Dia lalu mengunci pintu dari dalam dan membiarkan kunci tetap tertanam di lobangnya agar orang dari luar tidak dapat membukanya. Setelah itu dia menarik tanganku.Aku dan Yumiko pun berjalan menuju menuju kamar yang ada di sebelah ruang tamu. Kamar itu berukuran dua belas tatami. Sebagaimana kamar-kamar tidur tradisional Jepang, kamar itu kelihatan kosong, tanpa perabotan rak atau lemari. Namun di salah satu dindingnya, terdapat dua buah pintu geser dimana di dalamnya terdapat suatu ruang bersusun untuk menaruh futon. Futon adalah kasur tidur yang gampang digulung. Kebiasaan orang Jepang, bila mereka mau tidur mereka membuka futon, sedang bila selesai tidur maka futon tersebut mereka gulung kembali dan mereka simpan di ruang bersusun yang menyatu dengan dinding tersebut. Dengan cara inilah orang Jepang menghemat tempat karena di saat tidak tidur maka kamar tersebut dapat dipakai untuk acara lainnya.Yumiko yang tinggal tertutup celana dalam itu berjalan di depanku. Dari belakang, bentuk tubuhnya sungguh terlihat aduhai. Rambut belakang yang diikatnya ke atas itu menyebabkan lehernya yang jenjang terlihat jelas bagian belakangnya. Beberapa helai rambut bagian bawahnya yang pendek terlepas dari ikatan tersebut dan terjatuh menghiasi lehernya yang jenjang. Kulit punggungnya kelihatan licin. Tubuh tersebut meramping di bagian pinggangnya. Di bawah pinggang, tampak pinggulnya yang melebar dengan indahnya. Celana dalam pink minimnya tidak mampu menyembunyikan keindahan gundukan daging pantatnya yang putih dan amat mulus. Gundukan daging pantat itu menggial ke kiri-kanan dengan amat merangsangnya bergerak mengimbangi setiap langkah kakinya. Kemudian bentuk paha dan betisnya amatlah bagus, berkulit putih mulus tanpa terlihat goresan sedikitpun.Perempuan Jepang bertubuh aduhai itu membuka pintu geser dan mengambil satu futon lebar dari dalamnya. Lebar futon itu kira-kira satu tiga per empat lebar futon yang kupunyai. Agaknya futon tersebut adalah futon untuk tidur dua orang. Yumiko lalu membuka futon tersebut di atas lantai kamar yang berkarpet tebal berwarna biru tua. Dalam mengatur letaknya, dia merunduk menghadap ke arahku. Buah dadanya yang besar dan montok itupun tampak menggantung kenyal dengan indahnya di dadanya. Di bawah lampu neon, gundukan payudara itu tampak amat mulus dan putih mengkilat. Sementara ujungnya berwarna coklat tua, dengan putingnya yang menyembul gagah di tengah-tengahnya berwarna pink kecoklat-coklatan. Yumiko kemudian mengambil sprei dari ruang susun atas, lalu menutup kembali pintu geser tersebut. Ketika mengambil sprei, tubuh tampak kanannya kelihatan jelas dari tempatku berdiri. Dari samping kanannya, payudaranya kelihatan begitu membusung dengan bagusnya, di mana ujung serta putingnya kelihatan meruncing tajam dengan aduhainya. Sungguh payudara dan puting yang sangat enak dilahap dan disedot-sedot.Selesai melapisi futon dengan sprei, Yumiko mematikan lampu neon dan berjalan membelakangiku dalam rangka menghidupkan lampu bercahaya kuning yang agak remang-remang. Masih pada posisi membelakangiku, dia lalu mencopot celana dalamnya. Wow... luar biasa! Kini tubuh yang membelakangiku itu telanjang bulat, tanpa suatu penutup kain selembarpun. Gumpalan daging di pantatnya yang tadi masih ditutupi celana dalam itu kini terlihat menggunduk dengan amat bagusnya. Di bawah sorot lampu kekuningan, kulit pantat yang putih itu menjadi terlihat kuning licin. Sungguh mulus sekali.Aku tidak dapat berlama-lama memandang tubuh Yumiko yang sungguh aduhai itu. Segera kurengkuh tubuhnya dari belakang dengan gemasnya. Kukecup daerah antara telinga dan lehernya. Bau harum dan segar yang terpancar dari kulitnya kuhisap dalam-dalam. Kadang daun telinga sebelah bawahnya yang kebetulan sedang tidak memakai anting-anting kukulum dalam mulutku dan kumainkan dengan lidahku. Kadang ciumanku berpindah ke punggung lehernya yang jenjang. Kujilati pangkal helaian rambutnya yang terjatuh di kulit lehernya. Sementara tanganku mendekap dadanya dengan eratnya. Telapak dan jari-jari tanganku meremas-remas kedua belah payudaranya. Remasanku kadang sangat kuat, kadang melemah. Sementara di bagian bawah, kontholku kutekankan ke gundukan pantatnya yang amat mulus. Kontholku merasa hangat dan nikmat berada di himpitan pantat kenyal Yumiko dan kulit perut bawahku sendiri. Sambil telunjuk dan ibu jari tangan kananku menggencet dan memelintir perlahan puting payudara kirinya, sementara tangan kiriku meremas kuat bukit payudara kanannya dan bibirku menyedot kulit mulus pangkal lehernya yang bebau harum, kontholku kugesek-gesekkan dan kutekan-tekankan ke pantatnya. Yumiko pun menggelinjang ke kiri-kanan bagaikan ikan yang hampir kehabisan air."Ah... Bobby-san... ngilu... ngilu... terus Bobby-san... terus... ah... geli... geli...terus... hhh... enak... enaknya... enak...," Yumiko merintih-rintih sambil terus berusaha menggeliat ke kiri-kanan dengan berirama sejalan dengan permainan tanganku di buah dadanya. Akibatnya pinggulnya menggial ke kanan-kiri. Goyang gialan pinggul itu membuat kontholku yang sedang menggesek-gesek dan menekan-nekan pada kenyalnya bukit pantatnya merasa semakin keenakan. Batang kontholku serasa diremas-remas dan dipelintir-pelintir oleh pantat mulus Yumiko."Yumiko... enak sekali Yumiko... enak sekali pantatmu... sssh... luar biasa... enak sekali...," aku pun mendesis-desis keenakan."Hi-hik... Bobby-san... kamu keenakan ya? Batang kontholmu terasa besar dan keras sekali memijat-mijat pantatku. Wow... kontholmu terasa hangat di kulit pantatku... Ah...sssh... Bobby-san... tanganmu nakal sekali di dadaku... ngilu, Bob... ngilu...," rintih Yumiko."Benar, Yumiko... tanganku memang nakal... Tetapi penyebabnya karena payudaramu besar dan kenyal sekali. Payudaramu mulus sekali... Payudaramu licin sekali... Sssh... luar biasa indahnya...""Bobby-san... ngilu... suka sekali kau memainkan buah dadaku... Ah... geli ah, geli... Jangan mainkan hanya putingnya saja... geli... remas seluruhnya saja..." Yumiko semakin menggelinjang-gelinjang dalam dekapan eratku."Yumiko... sugoi... indah sekali payudaramu... Kenapa kau tidak jadi bintang film saja... Payudaramu lebih indah dari payudara Natsumi Kawahama... Payudaramu lebih bagus dari payudara Ai Iijima... Seharusnya kau jadi bintang film saja..." "Auw! Bobby-san... remasanmu kuat sekali... Tanganmu nakal sekali... Sssh... sssh... ngilu... ngilu... Ak... kontholmu di pantatku juga nakal sekali... besar sekali... kuat sekali..." "Habis... pinggulmu bagus sekali... pantatmu kenyal dan mulus sekali... licin sekali... Wow... pantatmu bergoyang ke kanan-kiri... Edan... edan... enak sekali..."Aku semakin bersemangat menekan-tekankan kontholku di pantat Yumiko yang licin dan mulus sekali itu. Tekanannya menjadi berputar-putar akibat goyangan ke kiri-kanan pinggul Yumiko. Rasa hangat dan enak sekali mengalir semakin hebat di seluruh sel-sel kontholku. Seiring dengan rasa enak itu aku semakin meningkatkan permainan tanganku di payudara montok itu dan kecupan-kecupan bibirku di leher dan daun telinganya."Sssh... Bobby-san. Ngilu... ngilu... geli... geli... Nakal sekali tangan, mulut, dan konthol kamu. Auw...! Ngilu... ngilu...," suara rintihan Yumiko mulai terdengar melayang. Seolah dia sudah berada di antara alam sadar dan alam tak sadar. "Sudah Bobby-san... aku sudah tidak tahan lagi... Aku inginkan permainan yang sebenarnya... "Tanpa menunggu aba-aba kedua kalinya, tubuh telanjang Yumiko yang mulus itu langsung kubopong ke atas futon. Di dalam boponganku, Yumiko merangkulkan tangannya ke leherku sambil bibirnya mengecupi lengan tanganku. Untuk ukuran perempuan Jepang, tubuh Yumiko sebenarnya termasuk istimewa. Kebanyakan perempuan Jepang, tinggi badan mereka hanya sekitar 160 cm, sedang buah dada mereka relatif kecil. Kalau masalah pinggul, mereka memang rata-rata mempunyai bentuk yang melebar dengan bagusnya, yang cukup kontras dengan pinggang mereka yang ramping-ramping. Berbeda dengan Yumiko, dia mempunyai badan yang tergolong tinggi, yakni 167 cm. Payudaranya besar, padat, dan montok. Pinggangnya ramping, dan pinggulnya luar biasa. Kecuali melebar dengan bagusnya, gumpalan pantatnya pun membusung ke luar dengan amat indahnya. Walaupun kulitnya putih dan mulus, namun tubuhnya tidak lunak dan empuk. Seluruh bagian tubuh yang sudah kugeluti terasa padat dan kenyal. Makanya kalau dipandang dari kejauhan kulit tubuhnya mengesankan licin dan mulus sekali. Namun untuk membopong tubuh aduhai Yumiko yang berukuran serba istimewa itu bagiku tidak ada masalah. Enteng-enteng saja. Tinggi badanku sendiri 174 cm. Badanku padat dan tegap. Dadaku bidang. Orang-orang Jepang temanku dalam latihan aikido bilang tubuhku sangat atletis ditambah dengan otot-otot badan yang berisi.Tubuh Yumiko kubaringkan di atas futon. Yumiko tidak mau melepaskan tangannya dari leherku. Bahkan, begitu tubuhnya menyentuh futon, tangannya menarik wajahku mendekat ke wajahnya. Tak ayal lagi, bibirnya yang pink merekah itu melumat bibirku dengan ganasnya. Aku pun tidak mau mengalah. Kulumat bibirnya dengan penuh nafsu yang menggelora, sementara tanganku mendekap tubuhnya dengan kuatnya. Kulit punggungnya yang teraih oleh telapak tanganku kuremas-remas dengan gemasnya.Kemudian aku menindihi tubuh Yumiko. Kontholku terjepit di antara kemulusan pangkal pahanya dan perutku bagian bawah sendiri. Rasa hangat mengalir ke batang kontholku yang tegang dan keras. Bibirku kemudian melepaskan bibir sensual Yumiko. Kecupan bibirku pun turun. Kukecup dagu Yumiko yang bagus. Kukecup leher jenjang Yumiko yang memancarkan bau wangi dan segarnya parfum yang dia pakai. Kuciumi dan kugeluti leher indah itu dengan wajahku, sementara pantatku mulai bergerak aktif sehingga kontholku menekan dan menggesek-gesek paha Yumiko. Gesekan maju-mundur di kulit paha yang licin itu membuat batang kontholku bagai diperas dengan gerakan maju-mundur. Kepala kontholku merasa geli-geli enak oleh gesekan-gesekan paha Yumiko.Puas menggeluti leher indah itu, wajahku pun turun ke buah dada montok Yumiko. Dengan gemas dan ganasnya aku membenamkan wajahku ke belahan dadanya, sementara kedua tanganku meraup kedua belah payudaranya dan menekannya ke arah wajahku. Keharuman payudaranya kuhirup sepuas-puasku. Belum puas dengan menyungsep ke belahan dadanya, wajahku kini menggesek-gesek memutar sehingga kedua gunung payudaranya tertekan-tekan oleh wajahku secara bergantian. Sungguh sedap sekali rasanya ketika hidungku menyentuh dan menghirup dalam-dalam daging payudara yang besar dan kenyal itu. Kemudian bibirku meraup puncak bukit payudara kiri Yumiko. Daerah payudara yang kecoklat-coklatan beserta putingnya yang pink kecoklat-coklatan itu pun masuk dalam mulutku. Kulahap ujung payudara dan putingnya itu dengan bernafsunya, tak ubahnya seperti bayi yang menetek susu setelah kelaparan selama seharian. Di dalam mulutku, puting itu kukulum-kulum dan kumainkan dengan lidahku."Bobby-san... geli... geli...," kata Yumiko kegelian.Aku tidak perduli. Aku terus mengulum-kulum puncak bukit payudara Yumiko. Putingnya terasa di lidahku menjadi keras. Kemudian aku kembali melahap puncak bukit payudara itu sebesar-besarnya. Apa yang masuk dalam mulutku kusedot sekuat-kuatnya. Sementara payudara sebelah kanannya kuremas sekuat-kuatnya dengan tanganku. Hal tersebut kulakukan secara bergantian antara payudara kiri dan payudara kanan Yumiko. Sementara kontholku semakin menekan dan menggesek-gesek dengan beriramanya di kulit pahanya. Yumiko semakin menggelinjang-gelinjang dengan hebatnya."Bobby-san... Bobby... ngilu... ngilu... hihhh... nakal sekali tangan dan mulutmu... Auw! Sssh... ngilu... ngilu...," rintih Yumiko. Rintihannya itu justru semakin mengipasi api nafsuku. Api nafsuku semakin berkobar-kobar. Semakin ganas aku mengisap-isap dan meremas-remas payudara montoknya. Sementara kontholku berdenyut-denyut keenakan merasakan hangat dan licinnya paha Yumiko.Akhirnya aku tidak sabar lagi. Kulepaskan payudara montok Yumiko dari gelutan mulut dan tanganku. Bibirku kini berpindah menciumi dagu dan lehernya, sementara tanganku membimbing kontholku untuk mencari liang memeknya. Kuputar-putarkan dulu kepala kontholku di kelebatan jembut disekitar bibir memek Yumiko. Bulu-bulu jembut itu bagaikan menggelitiki kepala kontholku. Kepala kontholku pun kegelian. Geli tetapi enak."Bobby-san... kamu sudah ingin masuk? Hi-hi-hik... dasar masih perjaka. Baru pertama kali menggeluti perempuan, jadi tidak sabar untuk merasakan memek perempuan. Hi-hi-hik... kau akan cepat terlempar ke langit ketujuh, Bob. Kau akan segera ejakulasi... Namun bukan masalah, nanti kita dapat melakukan babak kedua..." Jari-jari tangan Yumiko yang lentik meraih batang kontholku yang sudah amat tegang. Pahanya yang mulus itu dia buka agak lebar."Sugoi... sugoi... kontholmu besar dan keras sekali, Bob...," katanya sambil mengarahkan kepala kontholku ke lobang memeknya.Sesaat kemudian kepala kontholku menyentuh bibir memeknya yang sudah basah. Kemudian dengan perlahan-lahan dan sambil kugetarkan, konthol kutekankan masuk ke liang memek. Kini seluruh kepala kontholku pun terbenam di dalam memek. Daging hangat berlendir kini terasa mengulum kepala kontholku dengan enaknya.Aku menghentikan gerak masuk kontholku."Bobby-san... teruskan masuk, Bob... Sssh... enak... jangan berhenti sampai situ saja...," Yumiko protes atas tindakanku. Namun aku tidak perduli. Kubiarkan kontholku hanya masuk ke lobang memeknya hanya sebatas kepalanya saja, namun kontholku kugetarkan dengan amplituda kecil. Sementara bibir dan hidungku dengan ganasnya menggeluti lehernya yang jenjang, lengan tangannya yang harum dan mulus, dan ketiaknya yang bersih dari bulu ketiak. Yumiko menggelinjang-gelinjang dengan tidak karuan."Sssh... sssh... enak... enak... geli... geli, Bob. Geli... Terus masuk, Bob..."Bibirku mengulum kulit lengan tangannya dengan kuat-kuat. Sementara tenaga kukonsentrasikan pada pinggulku. Dan... satu... dua... tiga! Kontholku kutusukkan sedalam-dalamnya ke dalam memek Yumiko dengan sangat cepat dan kuatnya. Plak! Pangkal pahaku beradu dengan pangkal pahanya yang mulus yang sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya. Sementara kulit batang kontholku bagaikan diplirid oleh bibir dan daging lobang memeknya yang sudah
basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi: srrrt! "Auwww!" pekik Yumiko.Aku diam sesaat, membiarkan kontholku tertanam seluruhnya di dalam memek Yumiko tanpa bergerak sedikit pun."Sakit Bobby-san... Nakal sekali kamu... nakal sekali kamu...," kata Yumiko sambil tangannya meremas punggungku dengan kerasnya.Aku pun mulai menggerakkan kontholku keluar-masuk memek Yumiko. Aku tidak tahu, apakah kontholku yang berukuran panjang dan besar ataukah lubang memek Yumiko yang berukuran kecil. Yang saya tahu, seluruh bagian kontholku yang masuk memeknya serasa dipijit-pijit dinding lobang memeknya dengan agak kuatnya. Pijitan dinding memek itu memberi rasa hangat dan nikmat pada batang kontholku."Bagaimana Yumiko, sakit?" tanyaku"Sssh... enak sekali... enak sekali... Barangmu besar dan panjang sekali... sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru lobang memekku...," jawab Yumiko.Aku terus memompa memek Yumiko dengan kontholku perlahan-lahan. Payudara kenyalnya yang menempel di dadaku ikut terpilin-pilin oleh dadaku akibat gerakan memompa tadi. Kedua putingnya yang sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dadaku yang bidang. Kehangatan payudaranya yang montok itu mulai terasa mengalir ke dadaku. Kontholku serasa diremas-remas dengan berirama oleh otot-otot memeknya sejalan dengan genjotanku tersebut. Terasa hangat dan enak sekali. Sementara setiap kali menusuk masuk kepala kontholku menyentuh suatu daging hangat di dalam memek Yumiko. Sentuhan tersebut serasa menggelitiki kepala konthol sehingga aku merasa sedikit kegelian. Geli-geli nikmat.Kemudian aku mengambil kedua kakinya yang putih mulus dan mengangkatnya. Sambil menjaga agar kontholku tidak tercabut dari lobang memeknya, aku mengambil posisi agak jongkok. Betis kanan Yumiko kutumpangkan di atas bahuku, sementara betis kirinya kudekatkan ke wajahku. Sambil terus mengocok memeknya perlahan dengan kontholku, betis kirinya yang amat indah itu kuciumi dan kukecupi dengan gemasnya. Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanannya yang kuciumi dan kugeluti, sementara betis kirinya kutumpangkan ke atas bahuku. Begitu hal tersebut kulakukan beberapa kali secara bergantian, sambil mempertahankan rasa nikmat di kontholku dengan mempertahankan gerakan maju-mundur perlahannya di memek Yumiko.Setelah puas dengan cara tersebut, aku meletakkan kedua betisnya di bahuku, sementara kedua telapak tanganku meraup kedua belah payudaranya. Masih dengan kocokan konthol perlahan di memeknya, tanganku meremas-remas payudara montok Yumiko. Kedua gumpalan daging kenyal itu kuremas kuat-kuat secara berirama. Kadang kedua putingnya kugencet dan kupelintir-pelintir secara perlahan. Puting itu semakin mengeras, dan bukit payudara itu semakin terasa kenyal di telapak tanganku. Yumiko pun merintih-rintih keenakan. Matanya merem-melek, dan alisnya mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah. "Ah... Bobby-san, geli... geli... Tobat... tobat... Ngilu Bob, ngilu... Sssh... sssh... terus Bob, terus.... Edan... edan... kontholmu membuat memekku merasa enak sekali... Nanti jangan disemprotkan di luar memek, Bob. Nyemprot di dalam saja... aku sedang tidak subur..."Aku mulai mempercepat gerakan masuk-keluar kontholku di memek Yumiko."Ah-ah-ah... bener, Bob. Bener... yang cepat... Terus Bob, terus... "Aku bagaikan diberi spirit oleh rintihan-rintihan Yumiko. Tenagaku menjadi berlipat ganda. Kutingkatkan kecepatan keluar-masuk kontholku di memek Yumiko. Terus dan terus. Seluruh bagian kontholku serasa diremas-remas dengan cepatnya oleh daging-daging hangat di dalam memek Yumiko. Mata Yumiko menjadi merem-melek dengan cepat dan dan indahnya. Begitu juga diriku, mataku pun merem-melek dan mendesis-desis karena merasa keenakan yang luar biasa."Sssh... sssh... Yumiko... enak sekali... enak sekali memekmu... enak sekali memekmu..." "Ya Bob, aku juga merasa enak sekali... terusss... terus Bob, terusss..."Aku meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk kantholku pada memeknya. Kontholku terasa bagai diremas-remas dengan tidak karu-karuan."Bob... Bob... sugoi Bob, sugoi... sssh... sssh... Terus... terus... Saya hampir keluar nih Bob...sedikit lagi... kita keluar sama-sama ya Booob...," Yumiko jadi mengoceh tanpa kendali.Aku mengayuh terus. Aku belum merasa mau keluar. Namun aku harus membuatnya keluar duluan. Biar perempuan Jepang yang molek satu ini tahu bahwa lelaki Indonesia itu perkasa. Biar dia mengakui kejantanan orang Indonesia yang bernama Bobby ini. Sementara kontholku merasakan daging-daging hangat di dalam memek Yumiko bagaikan berdenyut dengan hebatnya."Bobby-san... Bobby... Bobby...," rintih Yumiko. Telapak tangannya memegang kedua lengan tanganku seolah mencari pegangan di batang pohon karena takut jatuh ke bawah.Ibarat pembalap, aku mengayuh sepeda balapku dengan semakin cepatnya. Bedanya, dibandingkan dengan pembalap aku lebih beruntung. Di dalam "mengayuh sepeda" aku merasakan keenakan yang luar biasa di sekujur kontholku. Sepedaku pun mempunyai daya tarik tersendiri karena mengeluarkan rintihan-rintihan keenakan yang tiada terkira."Bob... ah-ah-ah-ah-ah... Kimochi Bob, kimochi... Ah-ah-ah-ah-ah... Mau keluar Bob... mau keluar... ah-ah-ah-ah-ah... sekarang ke-ke-ke..." Tiba-tiba kurasakan kontholku dijepit oleh dinding memek Yumiko dengan sangat kuatnya. Di dalam memek, kontholku merasa disemprot oleh cairan yang keluar dari memek Yumiko dengan cukup derasnya. Dan telapak tangan Yumiko meremas lengan tanganku dengan sangat kuatnya. Mulut sensual Yumiko pun berteriak tanpa kendali:"...keluarrr...!"Mata Yumiko membeliak-beliak. Sekejap tubuh Yumiko kurasakan mengejang.Aku pun menghentikan genjotanku. Kontholku yang tegang luar biasa kubiarkan diam tertanam dalam memek Yumiko. Kontholku merasa hangat luar biasa karena terkena semprotan cairan memek Yumiko. Kulihat mata Yumiko kemudian memejam beberapa saat dalam menikmati puncak orgasmenya.Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan tangannya pada lenganku perlahan-lahan mengendur. Kelopak matanya pun membuka, memandangi wajahku. Sementara jepitan dinding memeknya pada kontholku berangsur-angsur melemah, walaupun kontholku masih tegang dan keras. Kedua kaki Yumiko lalu kuletakkan kembali di atas futon dengan posisi agak membuka. Aku kembali menindih tubuh telanjang Yumiko dengan mempertahankan agar kontholku yang tertanam di dalam memeknya tidak tercabut."Bobby-san... kamu luar biasa... kamu membawaku ke langit ke tujuh," kata Yumiko dengan mimik wajah penuh kepuasan, "Sudah dua tahun terakhir ini suamiku tidak pernah membawa aku orgasme. Baru setengah jalan dia selalu sudah keluar. Dalam dua tahun belakangan ini aku mencapai kepuasan seks lewat onani sambil menonton blue film. Aku selalu membayangkan bahwa perempuan yang digenjot dalam film itu adalah diriku. Dan sejak kamu tinggal di sini, aku selalu membayangkan bahwa laki-laki yang menggenjot lawan mainnya di film tersebut adalah kamu."Aku senang mendengar pengakuan Yumiko itu. Berarti selama aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku selalu membayangkan kemolekan tubuh Yumiko dalam masturbasiku, sementara dia juga membayangkan kugeluti dalam onaninya."Bobby-san... kamu seperti yang kubayangkan. Kamu jantan... kamu perkasa... dan kamu berhasil membawaku ke puncak orgasme. Luar biasa nikmatnya..."Aku bangga mendengar ucapan Yumiko. Dadaku serasa mengembang. Dan bagai anak kecil yang suka pujian, aku ingin menunjukkan bahwa aku lebih perkasa dari dugaannya. Perempuan Jepang harus kewalahan menghadapi laki-laki Indonesia. Perempuan Jepang harus mengakui kejantanan dan keperkasaan pria Indonesia. Kebetulan aku saat ini baru setengah perjalanan pendakianku di saat Yumiko sudah mencapai orgasmenya. Kontholku masih tegang di dalam memeknya. Kontholku masih besar dan keras, yang harus menyemprotkan pelurunya agar kepalaku tidak pusing.Aku kembali mendekap tubuh mulus Yumiko, yang di bawah sinar lampu kuning kulit tubunya tampak kuning dan licin. Kontholku mulai bergerak keluar-masuk lagi di memek Yumiko, namun masih dengan gerakan perlahan. Dinding memek Yumiko secara berangsur-angsur terasa mulai meremas-remas kontholku. Terasa hangat dan enak. Namun sekarang gerakan kontholku lebih lancar dibandingkan dengan tadi. Pasti karena adanya cairan orgasme yang disemprotkan oleh memek Yumiko beberapa saat yang lalu."Ahhh... Bobby-san... kau langsung memulainya lagi... Sekarang giliranmu... semprotkan air manimu ke dinding-dinding memekku... Sssh...," Yumiko mulai mendesis-desis lagi.Bibirku mulai memagut bibir merekah Yumiko yang amat sensual itu dan melumat-lumatnya dengan gemasnya. Sementara tangan kiriku ikut menyangga berat badanku, tangan kananku meremas-remas payudara montok Yumiko serta memijit-mijit putingnya, sesuai dengan irama gerak maju-mundur kontholku di memeknya."Sssh... sssh... sssh... enak Bob, enak... Terus... teruss... terusss...," desis bibir Yumiko di saat berhasil melepaskannya dari serbuan bibirku. Desisan itu bagaikan mengipasi gelora api birahiku.Sambil kembali melumat bibir Yumiko dengan kuatnya, aku mempercepat genjotan kontholku di memeknya. Pengaruh adanya cairan di dalam memek Yumiko, keluar-masuknya konthol pun diiringi oleh suara, "srrt-srret srrrt-srrret srrt-srret..." Mulut Yumiko di saat terbebas dari lumatan bibirku tidak henti-hentinya mengeluarkan rintih kenikmatan,"Bob... ah... Bob... ah... Bob... hhh... Bob... ahh..."Kontholku semakin tegang. Kulepaskan tangan kananku dari payudaranya. Kedua tanganku kini dari ketiak Yumiko menyusup ke bawah dan memeluk punggung mulusnya. Tangan Yumiko pun memeluk punggungku dan mengusap-usapnya. Aku pun memulai serangan dahsyatku. Keluar-masuknya kontholku ke dalam memek Yumiko sekarang berlangsung dengan cepat dan bertenaga. Setiap kali masuk, konthol kuhunjamkan keras-keras agar menusuk memek Yumiko sedalam-dalamnya. Dalam perjalanannya, batang kontholku bagai diremas dan dihentakkan kuat-kuat oleh dinding memek Yumiko. Sampai di langkah terdalam, mata Yumiko membeliak sambil bibirnya mengeluarkan seruan tertahan, "Ak!" Sementara daging pangkal pahaku bagaikan menampar daging pangkal pahanya sampai berbunyi: plak! Di saat bergerak keluar memek, konthol kujaga agar kepalanya yang mengenakan helm tetap tertanam di lobang memek. Remasan dinding memek pada batang kontholku pada gerak keluar ini sedikit lebih lemah dibanding dengan gerak masuknya. Bibir memek yang mengulum batang kontholku pun sedikit ikut tertarik keluar, seolah tidak rela bila sampai ditinggal keluar oleh batang kontholku. Pada gerak keluar ini Bibir Yumiko mendesah, "Hhh..."Aku terus menggenjot memek Yumiko dengan gerakan cepat dan menghentak-hentak. Remasan yang luar biasa kuat, hangat, dan enak sekali bekerja di kontholku. Tangan Yumiko meremas punggungku kuat-kuat di saat kontholku kuhunjam masuk sejauh-jauhnya ke lobang memeknya. Beradunya daging pangkal paha menimbulkan suara: Plak! Plak! Plak! Plak! Pergeseran antara kontholku dan memek Yumiko menimbulkan bunyi srottt-srrrt... srottt-srrrt... srottt-srrrt... Kedua nada tersebut diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecil yang merdu yang keluar dari bibir Yumiko:"Ak! Hhh... Ak! Hhh... Ak! Hhh..."Kontholku terasa empot-empotan luar biasa. Rasa hangat, geli, dan enak yang tiada tara membuatku tidak kuasa menahan pekikan-pekikan kecil:"Yumiko... Yumiko... sugoi... sugoi... Enak sekali Yumiko... Memekmu enak sekali... Memekmu hangat sekali... sugoi... jepitan memekmu enak sekali...""Bob... Bob... terus Bob...," rintih Yumiko, "enak Bob... enaaak... Ak! Ak! Ak! Hhh... Ak! Hhh... Ak! Hhh..."Tiba-tiba rasa gatal menyelimuti segenap penjuru kontholku. Gatal yang enak sekali. Aku pun mengocokkan kontholku ke memeknya dengan semakin cepat dan kerasnya. Setiap masuk ke dalam, kontholku berusaha menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi dibandingkan langkah masuk sebelumnya. Rasa gatal dan rasa enak yang luar biasa di konthol pun semakin menghebat."Yumiko... aku... aku..." Karena menahan rasa nikmat dan gatal yang luar biasa aku tidak mampu menyelesaikan ucapanku yang memang sudah terbata-bata itu."Bob... Bob... Bob! Ak-ak-ak... Aku mau keluar lagi... Ak-ak-ak... aku ke-ke-ke..."Tiba-tiba kontholku mengejang dan berdenyut dengan amat dahsyatnya. Aku tidak mampu lagi menahan rasa gatal yang sudah mencapai puncaknya. Namun pada saat itu juga tiba-tiba dinding memek Yumiko mencekik kuat sekali. Dengan cekikan yang kuat dan enak sekali itu, aku tidak mampu lagi menahan jebolnya bendungan dalam alat kelaminku.Pruttt! Pruttt! Pruttt! Kepala kontholku terasa disemprot cairan memek Yumiko, bersamaan dengan pekikan Yumiko, "...keluarrrr...!" Tubuh Yumiko mengejang dengan mata membeliak-beliak."Yumiko...!" aku melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuh Yumiko sekuat-kuatnya, seolah aku sedang berusaha meremukkan tulang-tulang punggungnya dalam kegemasan. Wajahku kubenamkan kuat-kuat di lehernya yang jenjang. Cairan spermaku pun tak terbendung lagi. Crottt! Crottt! Crottt! Spermaku bersemburan dengan derasnya, menyemprot dinding memek Yumiko yang terdalam. Kontholku yang terbenam semua di dalam kehangatan memek Yumiko terasa berdenyut-denyut.Beberapa saat lamanya aku dan Yumiko terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali, sampai-sampai dari alat kemaluan, perut, hingga ke payudaranya seolah terpateri erat dengan tubuh depanku. Aku menghabiskan sisa-sisa sperma dalam kontholku. Cret! Cret! Cret! Kontholku menyemprotkan lagi air mani yang masih tersisa ke dalam memek Yumiko. Kali ini semprotannya lebih lemah.Perlahan-lahan baik tubuh Yumiko maupun tubuhku tidak mengejang lagi. Aku kemudian menciumi leher mulus Yumiko dengan lembutnya, sementara tangan Yumiko mengusap-usap punggungku dan mengelus-elus rambut kepalaku. Aku merasa puas sekali berhasil bermain sex dengan Yumiko. Pertama kali aku bermain seks, bidadari lawan mainku adalah perempuan jepang yang bertubuh tinggi dan kenyal, berkulit putih mulus, berpayudara besar dan padat, berpinggang ramping, dan berpinggul besar serta aduhai. Tidak rugi air maniku diperas habis-habisan pada pengalaman pertama ini oleh orang semolek Yumiko."Bobby-san... Terima kasih Bob. Puas sekali saya. Indah sekali... sungguh... kimochi yokatta," kata Yumiko lirih. "Malam ini tidur di sini saja ya, Bob?"Aku tidak memberi kata jawaban. Sebagai jawaban, bibirnya yang indah itu kukecup mesra. Yumiko kemudian mengambil dua buah bantal tipis serta sebuah selimut besar dari dalam rak futon. Aku dan dia tidur bersama tanpa mengenakan selembar pakaian pun di bawah satu selimut. Dia meletakkan kepalanya di atas dadaku yang bidang, sedang tangannya melingkar ke badanku. Bau harum bir yang dia minum masih terpancar dari udara pernafasannya.
Birahi Perawat
Hari ini adalah hari pertamaku tinggal di kota Bandung. Karena tugas kantorku, aku terpaksa tinggal di Bandung selama 5 hari dan week end di Jakarta. Di kota kembang ini, aku menyewa kamar di rumah temanku. Menurutnya, rumah itu hanya ditinggali oleh Ayahnya yang sudah pikun, seorang perawat, dan seorang pembantu. "Rumah yang asri" gumamku dalam hati. Halaman yang hijau, penuh tanaman dan bunga yang segar dikombinasikan dengan kolam ikan berbentuk oval. Aku mengetuk pintu rumah tersebut beberapa kali sampai pintu dibukakan. Sesosok tubuh semampai berbaju serba putih menyambutku dengan senyum manisnya. "Pak Rafi ya.." "Ya.., saya temannya Mas Anto yang akan menyewa kamar disini..Lho, kamu kan pernah kerja di tetanggaku?" jawabku surprise. Perawat ini memang pernah bekerja pada tetanggaku di Bintaro sebagai baby sitter. "Iya.. saya dulu pengasuhnya Aurelia. Saya keluar dari sana karena ada rencana untuk kawin lagi. Saya kan dulu janda pak.. tapi mungkin belum jodo.. ee dianya pergi sama orang lain.. ya sudah, akhirnya saya kerja di sini.." Mataku memandangi sekujur tubuhnya. Tati -- nama si perawat itu -- secara fisik memang tidak pantas menjadi seorang perawat. Kulitnya putih mulus, wajahnya manis, rambutnya hitam sebahu, buah dadanya sedang menantang, dan kakinya panjang semampai. Kedua matanya yang bundar memandang langsung mataku, seakan ingin mengatakan sesuatu. Aku tergagap dan berkata "Ee.. Mbak Tati, Bapak ada?" "Bapak sedang tidur. Tapi Mas Anto sudah nitip sama saya. Mari saya antarkan ke kamar..". Tati menunjukkan kamar yang sudah disediakan untukku. Kamar yang luas, ber AC, tempat tidur besar, kamar mandi sendiri, dan sebuah meja kerja. Aku meletakkan, koporku di lantai sambil meliat berkeliling, sementara Tati merunduk merapikan sprei ranjangku. Tanpa sengaja aku melirik Tati yang sedang menunduk. Dari balik baju putihnya yang kebetulan berdada rendah, terlihat dua buah dadanya yang ranum bergayut di hadapanku. Ujung buah dada yang berwarna putih itu ditutup oleh BH berwarna pink. Darahku terkesiap. Ahh.. perawat cantik, janda, di rumah yang relatif kosong..
Sadar melihat aku terkesima akan keelokan buah dadanya, dengan tersipu-sipu Tati menghalangi pemandangan indah itu dengan tangannya. "Semuanya sudah beres Pak.. silakan beristirahat.." "Ee.. ya.. terima kasih" jawabku seperti baru saja terlepas dari lamunan panjang.
Sore itu aku berkenalan dengan ayah Anto yang sudah pikun itu. Ia tinggal sendiri di rumah itu setelah ditinggalkan oleh istrinya 5 tahun yang lalu. Selama beramah tamah dengan sang Bapak, mataku tak lepas memandangi Tati. Sore itu ia menggunakan daster tipis yang dikombinasikan dengan celana kulot yang juga tipis. Buah dadanya nampak semakin menyembul dengan dandanan seperti itu. Di rumah itu ada seorang pembantu berumur sekitar 17 tahun. Mukanya manis, walaupun tidak secantik Tati. Badannya bongsor dan motok. Ani namanya. Ia yang sehari-hari menyediakan makan untukku.
Hari demi hari berlalu. Karena kepiawaianku dalam bergaul, aku sudah sangat akrab dengan orang-orang di rumahku. Bahkan Ani sudah biasa mengurutku dan Tati sudah berani untuk ngobrol di kamarku. Bagi janda muda itu, aku sudah merupakan tempat mencurahkan isi hatinya. Begitu mudah keakraban itu terjadi hingga kadang-kadang Tati merasa tidak perlu mengetuk pintu sebelum masuk ke kamarku. Sampai suatu malam, ketika itu hujan turun dengan lebatnya. Aku, karena sedang suntuk memasang VCD porno kesukaanku di laptopku. Tengah asik2nya aku menonton tanpa sadar aku menoleh ke arah pintu, astaga.. Tati tengah berdiri disana sambil juga ikut menonton. Rupanya aku lupa menutup pintu, dan ia tertarik akan suara-suara erotis yang dikeluarkan oleh film produksi Vivid interactive itu. Ketika sadar bahwa aku mengetahui kehadirannya, Tati tersipu dan berlari ke luar kamar. "Mbak Tati.." panggilku seraya mengejarnya ke luar. Kuraih tangannya dan kutarik kembali ke kamarku. "Mbak Tati.. mau nonton bareng? Ngga apa-apa kok.. " "Ah, ngga Pak.. malu aku.." katanya sambil melengos. "Lho.. kok malu.. kayak sama siapa saja.. kamu itu.. wong kamu sudah cerita banyak tentang diri kamu dan keluarga..dari yang jelek sampai yang bagus.. masak masih ngomong malu sama aku??" Kataku seraya menariknya ke arah ranjangku. "Yuk kita nonton bareng yuk.." Aku mendudukkan Tati di ranjangku dan pintu kamarku kukunci. Dengan santai aku duduk di samping Tati sambil mengeraskan suara laptop ku. Adegan-adegan erotis yang diperlihatkan ke 2 bintang porno itu memang menakjubkan. Mereka bergumul dengan buas dan saling menghisap. Aku melirik Tati yang sedari tadi takjub memandangi adegan-adegan panas tersebut. Terlihat ia berkali-kali menelan ludah. Nafasnya mulai memburu, dan buah dadanya terlihat naik turun. Aku memberanikan diri untuk memegang tangannya yang putih mulus itu.. Tati tampak sedikit kaget, namun ia membiarkan tanganku membelai telapak tangannya. Terasa benar bahwa telapak tangan Tati basah oleh keringat. Aku membelai-belai tangannya seraya perlahan-lahan mulai mengusap pergelangan tangannya dan terus merayap ke arah ketiaknya. Tati nampak pasrah saja ketika aku memberanikan diri melingkarkan tanganku ke bahunya sambil membelai mesra bahunya. Namun ia belum berani untuk menatap mataku. Sambil memeluk bahunya, tangan kananku kumasukkan ke dalam daster melalui lubang lehernya. Tanganku mulai merasakan montoknya pangkal buah dada Tati. Kubelai-belai seraya sesekali kupencet dagung empuk yang menggunung di dada bagian kanannya. Ketika kulihat tak ada reaksi dari Tati, secepat kilat kusisipkan tangganku ke dalam BH nya.. ku angkat cup BH nya dan… kugenggam buah dada ranum si janda muda itu. "Ohhh..Pak.. jangan.." Bisiknya dengan serak seraya menoleh ke arahku dan mencoba menolak dengan menahan pergelangan tangan kananku dengan tangannya. "Sshh..ngga apa-apa mbak..ngga apa-apa.. " "Nnanti ketauanhh.." "Nggaa..jangan takut.." Kataku seraya dengan sigap memegang ujung puting buah dada Tati dengan ibu jari dan telunjukku, lalu kupelintir-pelintir ke kiri dan kanan. "Ooh..hhh.. Pak.. Ouh..jj..jjanganhh..ouh.." Tati mulai merintih-rintih sambil memejamkan matanya. Pegangan tangannya mulai mengendor di pergelangan tanganku. Saat itu juga, kusambar bibirnya yang sedari tadi sudah terbuka karena merintih-rintih. "Ouhh..mmff..cuphh.. mpffhhh.." Dengan nafas tersengal-sengal Tati mulai membalas ciumanku. Kucoba mengulum lidahnya yang mungil, ketika kurasakan ia mulai membalas sedotanku. Bahkan ia kini mencoba menyedot lidahku ke dalam mulutnya seakan ingin menelannya bulat-bulat. Tangannya kini sudah tidak menahan pergelanganku lagi, namun kedua-duanya sudah melingkari leherku. Malahan tangan kanannya digunakannya untuk menekan belakang kepalaku sehingga ciuman kami berdua semakin lengket dan bergairah. Momentum ini tak kusia-siakan. Sementara Tati melingkarkan kedua tangannya di leherku, aku pun melingkarkan kedua tanganku di pinggangnya. Aku melepaskan bibirku dari kulumannya, dan aku mulai menciumi leher putih Tati dengan buas. "Aaahh..Ouhh.." Tati menggelinjang kegelian dan tanganku mulai menyingkap daster di bagian pinggangnya. Kedua tanganku merayap cepat ke arah tali BH nya dan.. tasss.. terlepaslah BH nya dan dengan sigap kualihkan kedua tanganku ke dadanya. Saat itulah lurasakan betapa kencang dan ketatnya kedua buah dada Tati. Kenikmatan meremas-remas dan mempermainkan putingnya itu terasa betul sampai ke ujung sarafku. Penisku yang sedari tadi sudah menegang terasa semakin tegang dan keras. Rintihan-rintihan Tati mulai berubah menjadi jeritan-jeritan kecil terutama saat kuremas buah dadanya dengan keras. Tati sekarang lebih mengambil inisiatif. Dengan napasnya yang sudah sangat terengah-engah, ia mulai menciumi leher dan mukaku. Ia bahkan mulai berani menjilati dan menggigit daun telingaku ketika tangan kananku mulai merayap ke arah selangkangannya. Dengan cepat aku menyelipkan jari-jariku ke dalam kulotnya melalui perut, langsung ke dalam celana dalamnya. Walaupun kami berdua masih dalam keadaan duduk berpelukan di atas ranjang, posisi paha Tati saat itu sudah dalam keadaan mengangkang seakan memberi jalan bagi jari jemariku untuk secepatnya mempermainkan kemaluannya.
Hujan semakin deras saja mengguyur kota Bandung. Sesekali terdengar suara guntur bersahutan. Namun cuaca dingin tersebut sama sekali tidak mengurangi gairah kami berdua di saat itu. Gairah seorang lajang yang memiliki libido yang sangat tinggi dan seorang janda muda yang sudah lama sekali tidak menikmati sentuhan lelaki. Tati mengeratkan pelukannya di leherku ketika jemariku menyentuh bulu-bulu lebat di ujung vaginanya. Ia menghentikan ciumannya di kupingku dan terdiam sambil terus memejamkan matanya. Tubuhnya terasa menegang ketika jari tengahku mulai menyentuh vaginanya yang sudah terasa basah dan berlendir itu. Aku mulai mempermainkan vagina itu dan membelainya keatas dan kebawah. "Ouuhh Pak..ouhhh.. aaahhh..g..g.ggelliiihh…" Tati sudah tidak bisa berkata-kata lagi selain merintih penuh nafsu ketika clitorisnya kutemukan dan kupermainkan. Seluruh badan Tati bergetar dan bergelinjang. Ia nampak sudah tak dapat mengendalikan dirinya lagi. Jeritan-jeritannya mulai terdengar keras. Sempat juga aku kawatir dibuatnya. Jangan-jangan seisi rumah mendengar apa yang tengah kami lakukan. Namun kerasnya suara hujan dan geledek di luar rumah menenangkanku. Benda kecil sebesar kacang itu terasa nikmat diujung jari tengahku ketika aku memutar-mutarnya. Sambil mempermainkan clitorisnya, aku mulai menundukkan kepalaku dan menciumi buah dadanya yang masih tertutupi oleh daster. Seolah mengerti, Tati menyingkapkan dasternya ke atas, sehingga dengan jelas aku bisa melihat buah dadanya yang ramun, kenyal dan berwarna putih mulus itu bergantung di hadapanku. Karena nafsuku sudah memuncak, dengan buas kusedot dan kuhisap buah dada yang berputing merah jambu itu. Putingnya terasa keras di dalam mulutku menandakan nafsu janda muda itu pun sudah sampai di puncak. Tati mulai menjerit-jerit tidak karuan sambil menjambak rambutku. Sejenak kuhentikan hisapanku dan bertanya "enak mbak ??". Sebagai jawabannya, Tati membenamkan kembali kepalaku ke dalam ranumnya buah dadanya. Jari tengahku yang masih mempermainkan clitorisnya kini kuarahkan ke lubang vagina Tati yang sudah menganga karena basah dan posisi pahanya yang mengangkang. Dengan pelan tapi pasti kubenamkan jari tengahku itu ke dalamnya dan… "Auuhhh… P.Paaaak..hhhh" Tati menjerit dan menaikkan kedua kakinya ke atas ranjang "terrusshh..auhh.." Kugerakkan jariku keluar masuk di vaginanya dan Tati menggoyangkan pingggulnya mengikuti irama keluar masuknya jemariku itu. Aku menghentikan ciumanku di buah dada Tati dan mulai mengecup bibir ranum janda itu. Matanya tak lagi terpejam, tapi memandang sayu ke mataku seakan berharap kenikmatan yang ia rasakan ini jangan pernah berakhir. Tangan kiriku yang masih bebas, membimbing tangan kanan Tati ke balik celana pendekku. Ketika tangannya menyentuh penisku yang sudah sangat keras dan besar itu, terlihat ia agak terbelalak karena belum pernah melihat bentuk yang panjang dan besar seperti itu. Tati meremas penisku dan mulai mengocoknya naik turun naik turun.. kocokan yang nikmat yang membuatku tanpa sadar melenguh "Ahhh.. mbaaak.. enaknya…terusin..". Saat itu kami berdua berada pada puncaknya nafsu. Aku yakin bahwa Mbak Tati sudah ingin secepatnya memasukkan penisku kedalam vaginanya. Ia tidak mengatakannya secara langsung, namun dari tingkahnya menarik penisku dan mendekatkannya ke vaginanya sudah merupakan pertanda. Namun, di detik-detik yang paling menggairahkan itu terdegar suara si Bapak tua berteriak "Tatiiii.. Tatiiii…". Kami berdua tersentak. Ku keluarkan jemariku dari vaginanya, Tati melepaskan kocokannya dan ia membenahi pakaian dan rambutnya yang berantakan. Sambil mengancingkan kembali BH nya ia keluar dari kamarku menuju kamar Bapak tua itu. Sialan !! kepalaku terasa pening. Begitulah penyakitku kalau libidoku tak tersalurkan.
Beberapa saat lamanya aku menanti siapa tahu janda muda itu akan kembali ke kamarku. Tapi nampaknya ia sibuk mengurus orang tua pikun itu, sampai aku tertidur. Entah berapa lama aku terlelap, tiba-tiba aku merasa napasku sesak. Dadaku serasa tertindih suatu beban yang berat. Aku terbangun dan membuka mataku. Aku terbelalak, karena tampak sesosok tubuh putih mulus telanjang bulat menindih tubuhku. "Mbak Tati ?.." Tanyaku tergagap karena masih mengagumi keindahan tubuh mulus yang berada di atas tubuhku. Lekukan pinggulnya terlihat landai, dan perutnya terasa masih kencang. Buah dadanya yang lancip dan montok itu menindih dadaku yang masih terbalut piyama itu. Seketika, rasa kantukku hilang. Mbak Tati tersenyum simpul ketika tangannya memegang celanaku dan merasakan betapa penisku sudah kembali menegang. "Kita tuntaskan ya mbak ?" Kataku sambil menyambut kuluman lidahnya. Sambil dalam posisi tertindih aku menanggalkan seluruh baju dan celanaku. Kegairahan yang sempat terputus itu, mendadak kembali lagi dan terasa bahkan lebih menggila. Kami berdua yang sudah dalam keadaan bugil saling meraba, meremas, mencium, merintih dengan keganasan yang luar biasa. Mbak Tati sudah tidak malu-malu lagi menggoyangkan pinggulnya diatas penisku sehingga bergesekan dengan vaginanya. Tidak lebih dari 5 menit, aku merasakan bahwa nafsu syahwat kami sudah kembali berada dipuncak. Aku tak ingin kehilangan momen lagi. Kubalikkan tubuh Tati, dan kutindih sehingga keempukan buah dadanya terasa benar menempel di dadaku. Perutku menggesek nikmat perutnya yang kencang, dan penisku yang sudah sangat menegang itu bergesekan dengan vaginanya. "Mbak.. buka kakinya.. sekarang kamu akan merasakan sorganya dunia mbak.." bisikku sambil mengangkangkan kedua pahanya. Sambil tersengal-sengal Tati membuka pahanya selebar-lebarnya. Ia tersenyum manis dengan mata sayunya yang penuh harap itu. "Ayo Pak.. masukkan sekarang…" Aku menempelkan kepala penisku yang besar itu di mulut vagina Tati. Perlahan-lahan aku memasukkannya ke dalam, semakin dalam, semakin dalam dan…"Aaa.. Aooohh..Pp.paakh…..aaaahh.." rintihnya sambil membelalakkan matanya ketika hampir seluruh penisku kubenamkan ke dalam vaginanya. Setelah itu "Blesss…" dengan sentakan yang kuat kubenamkan habis penisku diiringi jeritan erotisnya "Ahhhhh…besarnyah…ennnakk ppaak..". Aku mulai memompakan penisku keluar masuk keluar masuk. Gerakanku makin cepat dan cepat. Semakin cepat gerakanku, semakin keras jeritan Tati terdengar di kamarku. Pinggul janda muda itu pun berputar-putar dengan cepat mengikuti irama pompaanku. Kadang-kadang pinggulnya sampai terangkat-angkat untuk mengimbangi kecepatan naik turunnya pinggulku. Buah dadanya yang terlihat bulat dalam keadaan berbaring itu bergetar dan bergoyang kesana kemari. Sungguh menggairahkan !! Tiba-tiba aku merasakan pelukannya semakin mengeras. Terasa kuku-kukunya menancap di punggungku. Otot-ototnya mulai menegang. Nafas perempuan itu juga semakin cepat. Tiba-tiba tubuhnya mengejang, mulutnya terbuka, matanya terpejam,dan alisnya merengut "Aaaaahhhhhhh.." Tati menjerit panjang seraya menjambak rambutku, dan penisku yang masih bergerak masuk keluar itu terasa disiram oleh suatu cairan hangat. Dari wajahnya yang menyeringai, tampak janda muda itu tengah menghayati orgasmenya yang mungkin sudah lama tidak pernah ia alami itu. Aku tidak mengendurkan goyangan pinggulku, karena aku sedang berada di puncak kenikmatanku "Mbak.. goyang terus mbak.. aku juga mau keluar.." Tati kembali menggoyang pinggulnya dengan cepat dan beberapa detik kemudian, seluruh tubuhku menegang "keluarkan di dalam saja pak…" bisik Tati "aku masih pakai IUD…" Begitu Tati selesai berbisik, aku melenguh "Mbak..aku keluar..aku keluarr….aaahhhh.." dan.. crat..crat.. craaaat.. kubenamkan penisku dalam-dalam di vagina perempuan itu. Seakan mengerti, Tati mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi sehingga puncak kenikmatan ini terasa benar hingga ke tulang sum-sumku.
Kami berdua terkulai lemas sambil memejamkan mata. Pikiran kami melayang-layang entah kemana. Tubuhku masih menindih tubuh montok Tati. Kami berdua masih saling berpelukan dan aku pun membayangkan hari-hari penuh kenikmatan yang akan kualami sesudah itu di Bandung.
Sejak kejadian malam itu, kesibukan di kantorku yang luar biasa membuatku sering pulang larut malam. Kepenatanku selalu membuatku langsung tertidur lelap. Kesibukan ini bahkan membuat aku jarang bisa berkomunikasi dengan Tati. Walaupun begitu, sering juga aku mempergunakan waktu makan siangku untuk mampir ke rumah dengan maksud untuk melakukan sex during lunch. Sayang, di waktu tersebut ternyata Ayah Anto senantiasa dalam keadaan bangun sehingga niatku tak pernah kesampaian. Namun suatu hari aku cukup beruntung walaupun orang tua itu tidak tidur. Aku mendapat apa yang kuinginkan. Ceritanya sebagai berikut: Tati diminta oleh Ayah Anto untuk mengambil sesuatu di kamarnya. Melihat peluang itu, aku diam-diam mengikutinya dari belakang. Kamar ayah Anto memang tidak terlihat dari tempat di mana orang tua itu biasa duduk. Sesampainya di kamar kuraih pinggang semampai perawat itu dari belakang. Tati terkejut dan tertawa kecil ketika sadar siapa yang memeluknya dan tanpa basa-basi langsung menyambut ciumanku dengan bibirnya yang mungil itu sambil dengan buas mengulum lidahku. Ia memang sudah tidak malu-malu lagi seperti awal pertemuan kami. Janda cantik itu sudah menunjukkan karakternya sebagai seorang pecinta sejati yang tanpa malu-malu lagi menunjukkan kebuasan gairahnya. Kadang aku tidak mengerti, kenapa suaminya tega meninggalkannya. Namun analisaku mengatakan, suaminya tak mampu mengimbangi gejolak gairah Tati di atas ranjang dan untuk menutupi rasa malu yang terus menerus terpaksa ia meninggalkan perempuan muda itu untuk hidup bersama dengan perempuan lain yang lebih 'low profile'. Aku memang belum sempat menanyakan pada Tati bagaimana ia menyalurkan kebutuhan biologisnya di saat menjanda. Aku berpikir, bawa masturbasi adalah jalan satu-satunya.
Kami berdua masih saling berciuman dengan ganas ketika dengan sigap aku menyelipkan tanganku ke balik baju perawatnya yang putih itu. Sungguh terkejut ketika aku sadar bahwa ia sama sekali tidak memakai BH sehingga dengan mudahnya kuremas buah dada kanannya yang ranum itu. "Kok ngga pakai BH mbak..?" Sambil menggelinjang dan mendesah, ia menjawab sambil tersenyum nakal "supaya gampang diremas sama kamu.." Benar-benar jawaban yang menggemaskan! Kembali kukulum bibir dan lidahnya yang menggairahkan itu sambil dengan cepat kubuka kancing bajunya yang pertama, kedua, dan ketiga …. Lalu tanpa membuang waktu kutundukkan kepalaku, dengan tangan kananku kukeluarkan buah dada kanannya dan kuhisap sedemikian rupa sehingga hampir setengahnya masuk ke dalam mulutku. Tati mulai mengerang kegelian "Ouhhh..geli mas.. geliii.. ahhh.." Sejak kejadian malam itu, ia memang membiasakan dirinya untuk memanggilku mas. Sambil menggelinjang dan merintih, tangan kanan Tati mulai mengelus-elus bagian depan celana kantorku. Penisku yang terletak tepat di baliknya terasa semakin menegang dan menegang. Jari-jari lentik perempuan itu berusaha untuk mencari letak kepala penisku untuk kemudian digosok-gosoknya dari luar celana. Sensasi itu membuat nafasku semakin memburu seperti layaknya nafas kuda yang tengah berlari kencang. Seakan tak mau kalah darinya, tangan kiriku berusaha menyingkap rok janda muda itu dan dengan sigap kugosokkan jari-jemariku di celana dalamnya. Tepat diatas vaginanya, celana dalam Tati terasa sudah basah. Sungguh hebat! Hanya dalam beberapa menit saja, ia sudah sedemikian terangsangnya sehingga vaginanya sudah siap untuk dimasuki oleh penisku. Tanpa membuang waktu kuturunkan celana dalam tipis yang kali ini berwarna hitam, kudorong tubuh montok perawat itu kedinding, lalu kuangkat paha kanannya sehingga dengkulnya menempel dipinggangku. Dengan sigap pula kubuka resleting celanaku dan kukeluarkan penisku yang sudah sangat tegang dan besar itu. Tati sudah nampak pasrah. Ia hanya bersender di dinding sambil memejamkan matanya dan memeluk bahuku.
"Tatiii.. mana minyak tawonnya.. kok lama betuul…". Suara orang tua itu terdengar dengan keras. Sungguh menjengkelkan. Tati sempat terkejut dan nampak panik ketika kemudian aku berbisik "Tenang mbak.. jawab aja.. kita selesaikan dulu ini.. kamu mau kan ?" Ia mengangguk seraya tersenyum manis "Sebentar Pak.." teriaknya "Minyak tawonnya keselip entah kemana.. ini lagi dicari kok…" Ia tertawa cekikikan, geli mendengar jawaban spontannya sendiri. Namun tawanya itu langsung berubah menjadi jerikan erotis kecil ketika kupukul-pukulkan kepala penisku ke selangkangannya. Perlahan-lahan kutempelkan kepala penisku itu di pintu vaginanya. Sambi kuputar-putar kecil kudorong pinggulku perlahan-lahan. Tati ternganga sambil terengah-engah "Aaahhh..aaahh.. ouhhh..mas..besar sekali..pelan-pelan mas..pelan-pelanhh.." dan.. "Aaaa…" Tati menjerit kecil ketika kumasukkan seluruh penisku ke dalam vaginanya yang becek dan terasa sangat sempit dalam posisi berdiri ini. Aku menyodokkan penisku maju mundur dengan gerakan yang percepatannya meningkat dari waktu ke waktu. Tubuh Tati terguncang-guncang, buah dadanya bergayut ke kiri dan kanan dan jeritannya semakin menjadi-jadi. Aku sudah tak perduli kalau ayah Anton sampai mendengarkan jeritan perempuan itu. Nafsuku sudah naik ke kepala. Janda muda ini memang memiliki daya pikat sex yang luar biasa. Walaupun ia hanya seorang perawat, namun kemulusan dan kemontokan badannya sungguh setara dengan perempuan kota jaman sekarang. Sangat terawat dan nikmat sekali bila digesek-gesekkankan di kulit kita. Gerakan pinggulku semakin cepat dan semakin cepat. Mulutku tak puas-puasnya menciumi dan menghisap puting buah dadanya yang meruncing panjang dan keras itu. Buah dadanya yang kenyal itu hampir seluruhnya dibasahi oleh air liurku. Aku memang sedang nafsu berat. Aku merasakan bahwa sebentar lagi aku akan orgasme dan bersamaan dengan itu juga tubuh Tati menegang. Kupercepat gerakan pinggulku dan tiba-tiba "Aaahh..mas..masss…aku keluarrr…….. aaaaaahhhh…." Jeritnya. Saat itu juga kusodokkan penisku ke dalam vagina janda muda itu sekeras-kerasnya dan….. craaat..craatt.craaaaaat….. "Ahhh…mbaaak…" erangku sambil meringis menikmati puncak orgasme kami yang waktunya jatuh bersamaan itu. Kami berpelukan sesaat dan Tati berbisik dengan suara serak "Mas.. aku ngga pernah dipuasin laki-laki seperti kamu muasin saya… kamu hebat..". Aku tersenyum simpul "Mbak.. aku masih punya 1001 teknik yang bisa membuat kamu melayang ke surga ke7… ngga bosan kan kalo lain waktu aku praktekkan sama kamu ?" Perlahan Tati menurunkan paha kanannya dan mencabut penisku dari vaginanya "Bosan? Aku gila apa.. yang beginian ngga akan membuatku bosan.. kalau bisa tiap hari aku mau mas.. " Benar-benar luar biasa libido perempuan ini. Beruntung aku mempunyai libido yang juga luar biasa besarnya. Sebagai partner sex, kami benar-benar seimbang.
Setelah kejadian siang itu, aku dan Tati seperti pengantin baru saja. Tak ada waktu luang yang tak terlewatkan tanpa nafsu dan birahi. Walaupun demikian, aku tekankan pada Tati, bahwa hubungan antara aku dan dia, hanyalah sebatas hubungan untuk memuaskan nafsu birahi saja. Aku dan dia punya hak untuk berhubungan dengan orang lain. Tati si janda muda yang sudah merasakan kenikmatan sex bebas itu tentu saja menyetujuinya.
Suatu hari, Tati masuk ke dalam kamarku dan ia berkata "Mas, aku akan mengambil cuti selama 1 bulan. Aku harus mengurusi masalah tanah warisan di kampungku.." "Lha.. kalau mbak pulang, siapa yang akan mengurusi Bapak ?" tanyaku sambil membayangkan betapa kosongnya hari-hariku selama sebulan ke depan. "Mas Anto bilang, akan ada adik Bapak yang akan menggantikan aku selama 1 bulan.. namanya Mbak Ine.. dia ngga kawin.. umurnya sudah hampir 40 tahun.. orangnya baik kok.. cerewet.. tapi ramah.. " Yah apa boleh buat, aku terpaksa kehilangan seorang teman berhubungan sex yang sangat menggairahkan. Hitung-hitung cuti 1 bulan.. atau… kalau berpikir positif.. its time to look for a new partner !!!
Hari ini adalah hari ke lima setelah kepergian Tati. Mbak Ine, pengganti sementara Tati, ternyata adalah adik ipar ayah Anto. Jadi, adik istri si bapak tua itu. Mbak Ine adalah seorang perempuan Sunda yang ramah. Wajahnya lumayan cantik, kulitnya berwarna hitam manis, badannya agak pendek dan bertubuh montok. Ukuran buah dadanya besar. Jauh lebih besar dari Tati dan senantiasa berdandan agak menor. Wanita yang berumur hampir 40 tahun itu mengaku belum pernah menikah karena merasa bahwa tak ada laki-laki yang bisa cocok dengan sifatnya yang avonturir. Saat ini ia bekerja secara free lance di sebuah stasiun televisi sebagai penulis naskah. Kemampuan bergaulku dan keramahannya membuat kami cepat sekali akrab. Lagi-lagi, kamarku itu kini menjadi markas curhat nya Mbak Ine. "Panggil saya teh Ine aja deh.." katanya suatu kali dengan logat Bandungnya yang kental. "Kalau gitu panggil saya Rafi aja ya teh… ngga usah pake pak pak-an segala.." balasku sambil tertawa. Baru 5 hari kami bergaul, namun sepertinya kami sudah lama saling mengenal. Kami seperti dua orang yang kasmaran, saling memperhatikan dan saling bersimpati. Persis seperti cinta monyet ketika kita remaja. Saat itu seperti biasa, kami sedang ngobrol santai dari hati ke hati sambil duduk di atas ranjangku. Aku memakai baju kaos dan celana pendek yang ketat sehingga tanpa kusadari tekstur penis dan testisku tercetak dengan jelas. Bila kuperhatikan, beberapa kali tampak teh Ine mencuri-curi melirik selangkanganku yang dengan mudah dilihatnya karena aku duduk bersila. Aku sengaja membiarkan keadaan itu berlangsung. Malah kadang-kadang dengan sengaja aku meluruskan kedua kakiku dengan posisi agak mengangkang sehingga cetakan penisku makin nyata saja di celanaku. Sesekali, ditengah obrolan santai itu, tampak teh Ine melirik selangkanganku yang diikuti dengan nafasnya yang tertahan. Kenapa aku melakukan hal ini? Karena libidoku yang luar biasa, aku jadi tertantang untuk bisa meniduri teh Ine yang aku yakini sudah tak perawan lagi karena sifatnya yang avonturir itu. Dan lagi, dari sifatnya yang ramah, ceria, cerewet dan petualang itu, aku yakin di balik tubuh montok perempuan setengah baya tersimpan potensi libido yang tak kalah besar dengan Tati. Juga, gayanya dalam bergaul yang mudah bersentuhan dan saling memegang lengan sering membuat darahku berdesir. Apalagi kalau aku sedang dalam keadaan libido tinggi. Saat ini, teh Ine mengenakan daster berwarna putih tipis sehingga tampak kontras dengan warna kulitnya yang hitam manis itu. Belahan buah dadanya yang besar itu menyembul di balik lingkaran leher yang berpotongan rendah di bagian dada. Dasternya sendiri berpola terusan hingga sebatas lutut sehingga ketika duduk, pahanya yang montok itu terlihat dengan jelas. Aku selalu berusaha untuk bisa mengintip sesuatu yang terletak di antara kedua paha teh Ine. Namun karena posisi duduknya yang selalu sopan, aku tak dapat melihat apa-apa. Bukan main ! Ternyata seorang wanita berusia 40 an masih mempunyai daya tarik sexual yang tinggi. Terus terang, baru kali ini aku berani berfantasi mengenai hubungan sex dengan teh Ine. Sementara ia bercerita tentang masa mudanya, pikiranku malah melayang dan membayangkan tubuh teh Ine sedang duduk dihadapanku tanpa selembar benangpun. Alangkah menggairahkannya. Aku seperti bisa melihat dengan jelas seluruh lekuk tubuhnya yang mulus tanpa cacat. Tanpa sadar, penisku menegang dan cairan madzi di ujungnya pun mulai keluar. Celanaku tampak basah di ujung penisku, dan cetakan penis serta testisku semakin jelas saja tercetak di selangkangan celanaku.
Membesarnya penisku ternyata tak lepas dari perhatian teh Ine. Tampak jelas terlihat matanya terbelalak melihat ukuran penisku yang membesar dan tercetak jelas di celana pendekku. Obrolan kami mendadak terhenti karena beberapa saat teh Ine masih terpaku pada selangkanganku. "Kunaon teh.. ?" tanyaku memancing. "Eh..enteu.. kamu teh mikirin apa sih …?" katanya sambil tersenyum simpul "Mikirin teh Ine teh.. entah kenapa barusan saya membayangkan teh Ine ngga pakai apa-apa.. aduh indahnya teh.." tiba-tiba saja jawaban itu meluncur dari mulutku. Aku sendiri terkejut dengan jawabanku yang sangat terus terang itu dan sempat membuatku terpaku memandang wajah teh Ine. Wajah teh Ine tampak memerah mendengar jawabanku itu. Napasnya mendadak memburu. Tiba-tiba teh Ine bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu. Ia menutup pintu kamarku dan menguncinya. Leherku tercekat, dan kurasakan jantungku berdegup semakin kencang. Dengan tersenyum dan sorot mata nakal ia menghampiriku dan duduk tepat di hadapan selangkanganku. Aku memang sedang dalam posisi selonjor dengan kedua kaki mengangkang. "Fi, kamu pingin sama teteh..? Hmm?" Desahnya seraya meraba penis tegangku dari luar celana. Aku menelan ludah sambil mengangguk perlahan dan tersenyum. Entah mengapa, aku jadi gugup sekali melihat wajah teh Ine yang semakin mendekat ke wajahku. Tanpa sadar aku menyandarkan punggungku ke tembok di ujung ranjang dan teh Ine menggeser duduknya mendekatiku sambil tetap menekan dan membelai selangkanganku. Nafas teh Ine yang semakin cepat terasa benar semakin menerpa hidung dan bibirku. Rasa nikmat dari belaian jemari teh Ine di selangkanganku semakin terasa keujung syaraf-syarafku. Napasku mulai memburu dan tanpa sadar mulutku mulai mengeluarkan suara erangan-erangan.

Birahi Perawat 2

Dengan lembut teh Ine menempelkan bibirnya di atas bibirku. Ia memulainya dengan mengecup ringan, menggigit bibir bawahku, dan tahu-tahu.. lidahnya memasuki mulutku dan berputar-putar di dalamnya dengan cepat. Langit-langit mulutku serasa geli disapu oleh lidah panjang milik perempuan setengah baya yang sangat menggairahkan itu. Aku mulai membalas ciuman, gigitan, dan kuluman teh Ine. Sambil berciuman, tangan kananku kuletakkan di buah dada kiri teh Ine. Uh.. alangkah besarnya.. walaupun masih ditutupi oleh daster, keempukan dan kekenyalannya sudah sangat terasa di telapak tanganku. Dengan cepat kuremas- remas buah dada teh Ine itu "Emph..emph.." rintihnya sambil terus mengulum lidahku dan menggosok-gosok selangkanganku. Mendadak teh Ine menghentikan ciumannya. Ia menahan tanganku yang tengah meremas buah dadanya dan berkata "Fi, sekarang kamu diam dulu yah.. biar teteh yang duluan..". Tiba-tiba dengan cepat teh Ine menarik celana pendekku sekalaian dengan celana dalamku. Saking cepatnya, penisku yang menegang melejit keluar. Sejenak teh Ine tertegun menatap penisku yang berdiri tegak laksana tugu monas itu. "Gusti Rafi.. ageung pisan.." bisiknya lirih. Dengan cepat teh Ine mnundukkan kepalanya, dan seketika tubuhku terasa dialiri oleh aliran listrik yang mengalir cepat ketika mulut teh Ine hampir menelan seluruh penisku. Terasa ujung penisku itu menyentuh langit-langit belakang mulut teh Ine. Dengan sigap teh Ine memegang penisku sementara lidahnya memelintir bagian bawahnya. Kepala teh Ine naik turun dengan cepat mengiringi pegangan tangannya dan puntiran lidahnya. Aku benar-benar merasa melayang di udara ketika teh Ine memperkuat hisapannya. Aku melirik ke arah kaca riasku, dan di sana tampak diriku terduduk mengangkang sementara teh Ine dengan dasternya yang masih saja rapi merunduk di selangkanganku dan kepalanya bergerak naik turun. Suara isapan, jilatan dan kecupan bibir perempuan montok itu terdengar dengan jelas. Kenikmatan ini semakin menjadi-jadi ketika kurasakan teh Ine mulai meremas-remas kedua bola testisku secara bergantian. Perutku serasa mulas dan urat-urat di penisku serasa hendak putus karena tegangnya. Teh Ine tampak semakin buas menghisapi penisku seperti seseorang yang kehausan di padang pasir menemukan air yang segar. Jari jemarinyapun semakin liar mempermainkan kedua testisku. "Slurrp..Cuph.. Mphh.." Suara kecupan-kecupan di penisku semakin keras saja. Nafsuku sudah naik ke kepala. Aku berontak untuk berusaha meremas kedua buah dada montok dan besar milik wanita lajang berusia setengah baya itu, namun tangan teh Ine dengan kuat menghalangi tubuhku dan ia pun semakin gila menghisapi dan menjilati penisku. Aku mulai bergelinjang-gelinjang tak karuan "Teh Ine.. teeeh… gantian dongg.. please.. saya udah ngga kuaaat…aaahhh..sssss.." erangku seakan memohon. Namun permintaanku tak digubrisnya. Kedua tangan dan mulutnya semakin cepat saja mengocok penisku. Terasa seluruh syaraf-syarafku semakin menegang dan menegang…degup jantungku berdetak semakin kencang.. napasku pun makin memburu.."Oohh. teh Ine… teh Ineeee…aaaaaaaahhhhhhh…." Aku berteriak sambil mengangkat pinggulku tinggi-tinggi… dan.. crat..craaat..craaaaaaat……… aku memuncratkan spermaku di dalam mulut teh Ine. Dengan sigap pula teh Ine menelan dan menjilati spermaku seperti seorang yang menjilati es krim dengan nikmatnya. Setiap jilatan teh Ine terasa seperti setruman-setruman kecil di penisku. Aku benar-benar menikmati permainan ini.. luar biasa teh Ine… "Enak Fi..? Hmm?" teh Ine mengangkat kepalanya dari selangkanganku dan menatapku dengan senyum manisnya.. tampak diseputar mulutnya banyak menempel bekas-bekas spermaku. "Fuhhh nikmatnya sperma kamu Fi.." Bisiknya mesra seraya menjilat sisa-sisa spermaku di bibirya "Obat awet muda ya teh.." kataku bercanda "Yaa kitulah.... antosan sekedap nya? Biar teteh ambilkan minum buat kamu…" Oh my God.. benar-benar seorang wanita yang penuh pengabdian.. dia belum mengalami orgasme apa-apa tapi perhatiannya pada pasangan lelakinya luar biasa besar.. sungguh pasangan sex yang ideal !! Kenyataan itu saja membuat rasa simpati dan birahiku pada teh ine kembali bergejolak. Teh Ine kembali dari luar membawa segelas air.."Minum deh.. biar kamu segeran.." "Nuhun teh.. tapi janjii ya abis ini giliran saya muasin teteh.." Aku meneguk habis air dingin buatan teh Ine dan saat itu pula aku merasakan kejantananku kembali. Birahiku kembali bergejolak melihat tubuh montok teh Ine yang ada di hadapanku.
Aku meraih tangan teh Ine dan dengan sekali betot kubaringkan tubuhnya yang moleg itu di atas ranjang "Eeehh.. pelan-pelan Fi.." teriak teh Ine dengan geli "Teteh mau diapain sih… " lanjutnya manja. Tanpa menjawab, aku menindih tubuh montok itu, dan sekejap kurasakan nikmatnya buah dada besar itu tergencet oleh dadaku. Juga, syaraf-syaraf sekitar pinggulku merasakan nikmatnya penisku yang menempel dengan gundukan vaginanya walaupun masih ditutupi oleh daster dan celana dalamnya. Kupandangi wajah teh Ine yang bundar dan manis itu. Kalau diperhatikan, memang sudah terdapat kerut-kerut kecil di daerah mata dan keningnya. Tapi perduli setan ! Teh Ine adalah seorang wanita setengah baya yang paling menggairahkan yang pernah kulihat. Pancaran aura sexualnya sungguh kuat menerangi sanubari lelali yang memandangnya. "Teteh mau tau apa yang ingin saya lakukan terhadap teteh ??" Kataku sambil tersenyum "Saya akan memperkosa teteh sampai teteh ketagihan …" Lalu dengan ganas, aku memulai menciumi bibir dan leher teh Ine. Teh Ine pun dengan tak kalah ganasnya membalas ciuman-ciumanku. Keganasan kami berdua membuat suasana kamarku menjadi riuh oleh suara-suara kecupan dan rintihan-rintihan erotis. Dengan tak sabar aku menarik resleting daster teh Ine, kulucuti dasternya, BHnya, dan yang terakhir.. celana dalamnya… wow.. sebuah gundukan daging tanpa bulu sama sekali terlihat sangat menantang terletak di selangkangan teh Ine. My God.. alangkah indahnya vagina teh Ine itu.. tak pernah kubayangkan bahwa ia mencukur habis bulu kemaluannya.. "Kamu juga buka semua dong Fi…" rengeknya sambil menarik baju kaosku ke atas. Dalam sekejap, kami berdua berdua berpelukan dan berciuman dengan penuh nafsu dalam keadaan bugil !! Sambil menindih tubuhnya yang montok itu, bibirku menyelusuri lekuk tubuh teh Ine mulai dari bibir,kemudian turun ke leher, kemudian turun lagi ke dada, dan terus ke arah puting susu kirinya yang berwarna coklat kemerah-merahan itu. Alangkah kerasnya putting itu, alangkah lancipnnya.. dan.. mmmhhh.. seketika itu juga kukulum, kuhisap dan kujilat putting kenyal itu.. karena gemasnya, sesekali kugigit juga putting itu..
"Auuhh..Fi…gellii..ssss…. ahhhh…" rintihnya ketika gigitanku agak kukeraskan. Badan montoknya mulai mengelinjang-gelinjang kesana kemari.. dan mukanya menggeleng-geleng ke kiri dan ke kanan. Sambil menghisap, tangan kananku merayap turun ke selangkangannya. Dengan mudah kudapati vaginanya yang besar dan sudah sangat becek sekali.. akupun dengan sigap memain-mainkan jari tenganku di pintu vagina itu.. crks..crks..crks.. terdengar suara becek vagina teh Ine yang berwarna lebih putih dari kulit sekitarnya.. ketika jariku mengenai gundukan kecil daging yang mirip dengan sebutir kacang, ketika itu pula wanita setengah baya itu menjerit kecil.. "Ahhh.. geli Fi.. gelli…" Putaran jariku di atas klitoris teh Ine dan hisapanku pada kedua putting buah dadanya makin membuat lajang montok berkulit hitam manis itu semakin bergelinjang dengan liar.. "Fi.. masukin sekarang Fi.. sekarang… please.. teteh udah ngga tahan..ahhh.." Kulihat wajah teh Ine sudah meringis seperti orang kesakitan. Ringisan itu untuk menahan gejolak orgasmenya yang sudah hampir mencapai puncaknya.. Dengan sigap kuarahkan penisku ke vagina montok milik teh Ine.., kutempelkan kepala penisku yang besar tepat di bawah klitorisnya, kuputar-putarkan sejenak.. dan teh Ine meresponnya dengan mengangkangkan pahanya selebar-lebarnya untuk memberi kemudahan bagiku untuk melakukan penetrasi.. saat itu pula kusodokkan pantatku sekuat-kuatnya dan..bleshhh..masuk semuanya !! "Aaahhh…." Teh Ine menjerit panjang.."Besar betul Fi..auhh…. besar bettuull hhh.. duh gusti enaknyaa…aaaahhhh.." Dengan penuh keganasan ku pompa penisku keluar masuk vagina teh Ine. Dan ia pun dengan liarnya memutar-mutar pinggulnya dibawah tindihanku.. Oh my God.. benar-benar fuck of teh year !!! Bahkan keliaran teh ine melebihi ganasnya mbak Tati..luar biasa !! Kedua tubuh kami sudah sangat basah oleh keringat yang bercampur liur.. kasurkupun sudah basah dimana-mana oleh cairan mani maupun lendir yang meleleh dari vagina teh Ine… namun entah kekuatan apa yang ada pada diri kami.. kami masih saling memompa, merintih, melenguh, dan mengerang.. bunyi ranjangku pun sudah tak karuan.. kriet..kriet..krieeet.. sesuai irama goyangan pinggul kami berdua. Penisku yang besar itu masih dengan buasnya menggesek-gesek vagina teh Ine yang terasa sempit namun becek itu.. setelah lebih dari 15 menit kami saling memompa, tiba-tiba kurasakan seluruh tubuh teh Ine menegang.. "Fi..Fi.. teteh mau keluar..""Iya teh, saya juga.. kita keluar sama-sama teh…" Goyanganku semakin kupercepat dan pada saat yang bersamaan kami berdua saling berciuman sambil berpelukan erat…aku menancapkan penisku dalam-dalam dan teh Ine mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi.. lalu…
"Mmmph..mmmphhhh..aaaaaaaahhhhh…." crat..crat..crat..crat… craaaat… kami berdua mengerang dengan keras sambil menikmati tercapainya orgasme pada saat yang bersamaan… Kami sudah tak perduli bila seisi rumah akan mendengarkan jeritan-jeritan kami.. karena aku yakin.. teh Ine pun tak pernah merasakan kenikmatan yang luar biasa ini sepanjang hidupnnya… "Ahhh..Fi.. kamu hebaathh..kamu hebaathh..hh..hh .. Teteh ngga pernah ngerasain kenikmatan seperti ini.." "Saya juga teh.. terimakasih untuk kenikmatan ini.." Kataku seraya mengecup kening teh Ine dengan mesra. "Mau tau suatu rahasia Fi?" tanyanya sambil membelai rambutku.. "Teteh sudah lima tahun tidak bersentuhan dengan laki-laki.. tapi entah kenapa, dalam 5 hari bergaul dengan kamu.. teteh tidak bisa menahan gejolak birahi teteh.. ngga tau kenapa.. kamu itu punya aura sex yang luar biasa.." Teh Ine bangkit dari ranjangku dan mengambil sesuatu dari kantong dasternya. Sebutir pil KB. "Seperti punya fitasat, teteh sudah minum pil ini sejak 3 hari yang lalu.." katanya tersenyum.."dan akan teteh minum selama teteh ada disini.." Teh Ine mengerdipkan matanya padaku dengan manja sambil memakai dasternya.. "Selamat tidur sayang…" Teh Ine melangkah keluar dari kamarku..
Teh Ine memang luar biasa. Ia bukan saja dapat menggantikan kedudukan Tati sebagai partner sex yang baik, tetapi juga memberi sentuhan-sentuhan kasih sayang keibuan yang luar biasa. Aku benar-benar dimanja oleh wanita setengah baya itu. Fantasi sexualnya juga luar biasa. Mungkin itu pengaruh dari pekerjaannya sebagai penulis cerita drama. Coba bayangkan, ia pernah memijatku dalam keadaan bugil, kemudian sambil terus memijat ia bisa memasukkan penisku ke dalam vaginanya, dan aku disetubuhi sambil terus menikmati pijatan-pijatannya yang nikmat. Ia juga pernah meminta aku untuk menyetubuhinya di saat ia mandi pancuran di kamar mandi dan kami melakukannya dengan tubuh licin penuh sabun.
Dan yang paling sensasional adalah.... Sore itu aku sudah berada di rumah. Karena load pekerjaan di kantorku tidak begitu tinggi, aku sengaja pulang cepat. Seselesai mandi aku duduk di meja makan sambil menikmati pisang goreng buatan teh Ine. Perempuan binal itu memang luar biasa. Ia melayaniku seperti suaminya saja. Segala keperluan dan kesenanganku benar-benar diperhatikan olehnya. Seperti biasa, aku mengenakan baju kaos buntung dan celana pendek longgar kesukaanku dan -- seperti biasa juga -- aku tidak menggunakan celana dalam. Kebiasaan ini kumulai sejak adanya teh Ine di rumah ini, karena bisa dipastikan HAMPIR TIAP HARI aku akan menikmati tubuh sintal adik ipar ayah si Anto itu. Sore itu sambil menikmati pisang goreng di meja makan, aku bercakap-cakap dengan ayah Anto. Orang tua itu duduk di pojok ruangan dekat pintu masuk untuk menikmati semilirnya angin sore kota Bandung. Jarak antara aku dengannya sekitar 6 meter. Sambil bercakap-cakap mataku tak lepas dari teh Ine yang mondar mandir menyediakan hidangan sore bagi kami. Entah kemana PRT kami saat itu. Teh Ine mengenakan celana pendek yang ditutupi oleh kaos bergambar Mickey Mouse berukuran ekstra besar sehingga sering tampak kaos itu menutupi celana pendeknya yang memberi kesan teh Ine tidak mengenakan celana. Aku berani bertaruh perempuan itu tidak menggunakan BH karena bila ia berjalan melenggang, tampak buah dadanya bergayut keatas kebawah, dan di bagian dadanya tercetak putting buah dadanya yang besar itu. Tanpa sadar batang penisku mulai membesar. Setelah selesai dengan kesibukannya, teh Ine duduk di sebelah kiriku dan ikut menikmati pisang goreng buatannya. Ku lihat ia melirik ke arahku sambil memasukkan pisang goreng perlahan-lahan ke dalam mulutnya. Sambil mengerdipkan matanya, ia memasukkan dan mengeluarkan pisang goreng itu dan sesekali menjilatnya. Sambil terus berbasa basi dengan orang tua Anto, aku menelan ludah dan merasakan bahwa urat-urat penisku mulai mengeras dan kepala penisku mulai membesar. Tiba-tiba kurasakan jari-jemari kanan teh Ine menyentuh pahaku. Lalu perlahan-lahan merayap naik sampai di daerah penisku. Dengan gemas teh Ine meremas penis tegangku dari luar celanaku sehingga membuat cairan beningku membuat tanda bercak di celanaku. Setelah beberapa lama meremas-remas tangn itu bergerak ke daerah perut dan dengan cepat menyelip ke dalam celana pendekku. Aku sudah tidak tau lagi apa isi percakapan orang tua Anto itu. Beberapa kali ia mengulangi pertanyaannya padaku karena jawabanku yang asal-asalan. Degup jantungku mulai meningkat. Jemari lentik itu kini sudah mencapai kedua bolaku. Dengan jari telunjuk dan tengah yang dirapatkan, perempuan lajang itu mengelus-elus dan menelusuri kedua bolaku.. mula-mula berputar bergantian kiri dan kanan... kemudian naik ke bagian batang.. terus bergerak menelusuri urat-urat tegang yang membalut batang kerasku itu.. "SSSSS...tetehh...." Aku berdesis ketika kedua jarinya itu berhenti di urat yang terletak tepat di bawah kepala penisku.. itu memang daerah kelemahanku.. dan permpuan sintal ini mengetahuinya.. kedua jemarinya menggesek-gesekkan dengan cepat urat penisku itu sambil sesekali mencubitnya.."Aaaaahhhh..." Erangku ketika akhirnya penisku masuk ke dalam genggamannya. "Kenapa Rafi ??" Orang tua yang duduk agak jauh di depanku itu mengira aku mengucapkan sesuatu.. "E..ee... ndak apa-apa Pak.." Jawabku tergagap sambil kembali meringis ketika teh Ine mulai mengocok penisku dengan cepat. Gila perempuan ini !!! Dia melakukannya di depan kakaknya sendiri walaupun tidak keliatan karena terhalang meja... "Saya cuma merasa segar dengan udara Bandung yang dingin ini..." Jawabku sekenanya. "Ooo begitu.. saya pikir kamu sakit perut... habis tampangmu meringis-meringis begitu..." Orang tua itu terkekeh sambil memalingkan mukanya ke jalan raya. Begitu kakaknya berpaling, teh Ine dengan cepat merebahkan kepalanya ke pangkuanku sehingga dari arah ayah Anto, teh Ine tak tampak lagi. Dengan cepat tangannya memelorotkan celanaku sehingga penisku yang masih digenggamnya dengan erat itu terasa dingin terterpa angin. Sejenak perempuan itu memandang penis besarku itu.. ia selalu memberikan kesempatan pada matanya untuk menikmati ukuran dan kekokohannya.. kemudian teh Ine menjulurkan lidahnya.. dan mulai menjilat mengelilingi lubang penisku.. kemudian ia memasukkan ujung lidahnya ke ujung lubang penisku dan mengecap cairan beningku.. lalu lidahnya diturunkan lagi-lagi ke urat di bawah penisku... aku mulai menggelinjang-gelinjang tak karuan, walaupun dengan hati-hati takut ketauan oleh kakak teh Ine yang duduk di depanku.. tanganku mulai meraba-raba buah dadanya yang besar itu dan meremasnya dengan gemas.. "SSSSSS.. teeeehhhh.." desisku agak keras ketika perempuan itu dengan kedua bibirnya menyedot urat di bawah kepala penisku itu.. sementara tangannya meremas-remas kedua bolaku .....aaaaaawwww nikmatnya... aku begitu terangsang.. sehingga seluruh pori-pori kulitku meremang dan mukaku berwarna merah.. bayangkan.. aku sudah dalam tahap ingin menindih dan sesegera mungkin memasukkan penisku ke dalam vagina perempuan ini.. tapi semua itu tak mungkin kulakukan di depan kakaknya yang masih duduk di depanku menikmati lalu lalang kendaraan di depan rumahnya... SHIIIIIT !! Tiba-tiba bibir teh Ine bergerak dengan cepat ke kepala penisku.. sambil terus kupermainkan putingnya kulihat ia membuka mulutnya dengan lebar... dan.... tenggelamlah SELURUH penisku ke dalam mulutnya... aku kembali mendesis dan meringis sambil tetap duduk di meja makan mendengarkan ocehan orang tua Anto yang kembali mengajakku berbincang.. mulut teh Ine dengan cepat menghisap dan bergerak maju mundur di penisku ini.. tanganku menarik dasternya ke atas dari arah punggung sehingga terlihatlah pantantnya yang mulus tidak ditutupi oleh selembar benangpun.. aku ingin menjamah vaginanya.. ingin rasanya kumasukkan jari-jariku dengan kasar ke dalamnya dan kukocok-kocok dengan keras... tapi..tapi.. aku sudah tak kuat lagi.. jilatan lidah, kecupan, dan sedotan teh Ine di penisku membuat seluruh syarafku menegang... semakin tegang...dan tegang... tiba-tiba kujambak rambut teh Ine dan kutekan sekuat-kuatnya sehingga seluruh penisku tenggelam ke dalam mulutnya.. kurasakan ujung penisku menyentuh langit-langit tenggorokan teh Ine.. daannnnn... CRAAAAAT..8x "Ahhhh...aaaaaahhh..aaaaahhhh.. tetteeeeehhhh..." Aku meringis dan mendesis keras ketika cairan maniku bersemburan ke dalam mulut teh Ine... Perempuan itu dengan lahap menjilati dan menelan seluruh cairanku sehingga penisku yang hampir layu kembali sedikit menegang karena terus-terusan dijilat.. Aku memejamkan mataku.. gilaaa.. permainan ini benar-benar menakjubkan.. ada rasa was-was karena takut ketahuan.. tapi rasa was-was itu justru meningkatkan nafsuku... Teh Ine memandang penisku yang sudah agak mengecil namun tetap saja dalam posisi tegak.. "Luar biasa..." Bisiknya.. "Siap-siap nanti malam yah ?" Katanya sambil bangkit dan beranjak ke dapur...
Aku cukup kagum dengan prestasi yang kucapai di rumah ini. Baru 2 bulan di Bandung, aku sudah bisa meniduri 2 orang wanita yang sudah lama tidak pernah menikmati sentuhan lelaki. Dan wanita-wanita itu, aku yakin akan selalu termimpi-mimpi akan besar dan nikmatnya gesekan penisku di dalam vagina mereka.
Bis malam
Sabtu sore ini terlihat mendung, saya dengan icha (ceweq saya) bergegas untuk pulang sehabis lembur di kantor, karena kami hendak pergi ke kampung asal orang tua pacar saya. setibanya di terminal grogol sekitar pukul 16:00 kami memang sedang di buru waktu, bis yang kami akan tumpangi menuju kota asal icha akan berangkat pukul 18:00. "wah, kok P50 nya ngga ada sih..." saya menggerutu ke icha, dan dia dengan santai meneguk air yang baru kami beli. "sudahlah pakai taxi saja biar cepat sampai terminal" kata icha. akhirnya kami sewa taksi dari grogol ke rumah icha dulu untuk mengambil barang-barang yang akan kami bawa. kami sudah pacaran sekitar setahun, karena naik taxi saya berpikir, kesempatan nih untuk bikin yang nikmat-nikmat.... setelah masuk ke dalam taxi, mulailah saya bergerilya. icha duduk di sebelah kanan, tepatnya di belakang supir. pelan-pelan tanganku menyusup kebelakang tubuhnya menuju ke sebelah kanan depan tubuhnya yang benar-benar sexi. untuk informasi icha memiliki tubuh sangat ideal 165,36B,36. pokoknya uhuy..deh. perlahan ku usap-usap dari luar buah dadanya yang menggemaskan... icha bergumam pelan.. Hhhhhmmmmm..... "Mas, malu ah ... kan kelihatan orang" aku hanya mengiyakan, tapi tetap terus ku usap dan perlahan ku mulai mengusap berat dengan meremas sedikit demi sedikit buah dadanya yang indah ... Hhhhh... Mmmmmhhhhh...... "Maaassss......." tanpa di komando lagi tangan icha sudah berada tepat di bawah buah pelirku... walaupun dari luar tapi remasannya sungguh nikmat... saya hanya bisa menahan diri untuk tidak menarik tangannya membuka seleting celana ku. terus ku remas-remas buah dada yang nikmat itu. dengan cepat tiba-tiba tangan kiri icha menarik tangan kiriku ke arah depan celananya tepatnya di luar vaginanya yang ternyata sudah terasa hangat dari luar. saat ini icha memakai celana satin tipis yang dapat terlihat dengan jelas celana dalamnya. gundukan vaginanya dari luar terasa lembut di tutupi bulu-bulu lebat yang sangat merangsang saya untuk meremas dan menggosoknya. walaupun dari luar, karena tipisnya celananya gosokan ku pada vaginanya membuat dia sangat terangsang dan mendesis perlahan... Hhhhhhhssssss..... maaassssss........ tak terasa taxi sudah dekat rumah icha. kami hentikan permainan kami. setelah selesai berkemas-kemas kami langsung berangkat menuju terminal Rwm. pukul 18:00 bis kami Pahala Kencana Berangkat. karena hari masih sore dan penumpang masih terlihat segar-segar semua, kami berdua hanya dapat ngobrol-ngobrol tanpa melakukan hal-hal nikmat seperti di taxi tadi sore. waktu terus berlalu dan udara AC yang dingin membuat tanganku terasa dingin juga. kuselipkan ke bawah selimut, bis sudah berada di jalan tol ckmp . dan suasana sudah menuju ke malam. icha masih asyik serius melihat film pada layar TV di bis. diam-diam kudekati tangan icha lewat bawah selimut. dingin terasa tangannya kusentuh dan ku usap-usap tangannya yang lembut dan sedikit berbulu. pelan-pelan kualihkan tanganku ke paha kirinya dan ku usap=usap paha kirinya.... tiba-tiba tangan ku di tarik ke atas oleh icha tepat ke buah dadanya didalam T shirt yang sudah di buak sebagian kancing atasnya yang ternyata sudah siap untuk di remas, karena diam-diam icha sudah menurunkan BHnya dan bua dadanya yang lezat ittu menggantung bebas untuk di remas ... aahhhhh,,........ nikmatnya..... kusadari buah dada kanannya sudah kuberi kenikmatan sore ini walaupun dari luar, sekarang ku berpindah ke buah dada kirinya... lembut sekali, dengan pelan ke usap dan ku remas perlahan memutar se arah jarum jam... dengan di iringi menjentik-jentik pentilnya yang sudah mulai mengeras terangsang.... maaaassssss................... hhhhhhhhmmmmmmmmmmm............... hanya gumaman dari muluticha yang keluar.... "tekan sedikit lebih keras mas...." aaaahhhhhhh........ ssshhhhhhhh......... begitu nikmatnya terlihat mata icha tertutup menahan kenikmatan. tak lama kudekati telinganya ku bisikkan "cha... ke toilet aja yuk..." icha mengangguk... kutarik tanganku perlahan dari balik t-shirtnya dan kubiarkan sejenak icha merapihkan bajunya. kami berjalan beriringan menuju ke toilet, kebetulan sekali bisa yang kami tumpangi mengangkut sedikit penumpang sehingga tempat duduk bagian belakang cukup lengang . dan waktu sudah menunjukkan pukul 22:00 semua orang sudah terlelap. perlahan kami menuju toilet. kami masuk berdua ke dalam toilet yang cukup sempit itu. dengan sigap kubuka celana icha dan icha duduk di toilet sedangkan saya berusaha untuk jongkok di depannya untuk menikmati juice vagina ala icha.... dingin sekali dalam toilet yang sempit ini. sudah turun semua celan icha sekarang tinggal bukit indahnya pasrah untuk di hisap , dikulum di sedot denga liar. kumulai dengan menjilati pinggiran vaginanya.... icha mengerang nikmat .... aaahhhhhh........hhhhhsssssss........ kubuka lebih lebar lagi paha icha untuk dapat segera merasakan itilnya yang sudah mulai ngaceng siap untuk di lumat.... kuangkat bagian atas vaginanya untuk mengeluarkan itilnya yang pink basah oleh cairan birahinya.... kuluman-demi kuluman kuberikan... tanganku tak tinggal diam, ku remas kedua buahdadanya yang menggairahan.icha semakin liar merasakan kenikmatan remasan di dadanya dan jilatanku di itilnya..... teruuuussss.... maaaassss....... aaaaccchhhhhhh.......... cepaaaatttt.... hisaaapp... maaassss...... di jambaknya rambutku dan di benamkannya kepalaku ke dalam pahanya seakan kepalaku ingin ditelan oleh vaginanya.... tak berapa lama kemudian pahanya menjepit kepalaku hingga telingaku berdengung... icha mendesah panjang... maaaaaaasssssssssss............. aaahhhhhhhhhhhhh............hhhhssssssssssss....... aku keluarrr nihhh...... croott...... keluarlah juice yang kunantikan , ku jilat habis juice vagina ala icha ......sedap sekali teman.... mau ngga ? ah kunikmati sampai tetes terakhir.... nikmat sekali.... sejenak kemudian icha terdiam dengan nafas yang masih tersengal-sengal. saya berdiri dan melumat bibirnya, kamipun bersilat lidah... tak terlalu lama tapi sangat nikmat..... kurasakan kejantananku sudah sangat keras siap untuk di luncurkan di dalam vagina icha. ku bantu icha untuk berdiri, dan gantian saya duduk diatas toilet dengan celana yang sudah ku turunkan, torpedoku sudah tegak lurus siap membombardir di dalam vagina icha. setelah ku duduk, icha melepaskan seluruh celananya. kemudian icha berbalik membelakangiku dan siap untuk duduk di atasku. perlahan icha mendudukiku dan dengan perlahan pula kumasukkan torpedoku ke dalam liang vagina icha... aaaahhhhhhhh......... icha sesaat mendesah karena kenikmatan ujung torpedoku yang sedang memasuki liang vaginanya. sleb.... masuklah seluruh kejantananku ke dalam liang kenikmatan icha... perlahan icha menaikkan pantatnya.... dan menurunkannya dengan cepat. berulang kali sambil memutar sedikit pantatnya .... aaaahhhhhhhhhh.......... terusssss........ chhaaaaa........ mmmmhhhhhhffffffffffffffff................oooooohhhhhhhhhhhh........ tanganku ku aktifkan kembali dengan meremas buah dada icha yang naik turun ...... sambil kuremas kupelintir perlahan..... sehingga goyangan pantatnya semakin menjadi........ dan tiba-tiba icha menekan tubuhnya kebawah menjepit kuat kejantananku dan dengan melenguh keras....aaaaaaahhhhhhhhhhhhhh..........maaaaaaaaaassssssssssssss........ aku sampai lagiiiiiiiiiiiiiiiii............ hhhhhhhhhhhhhmmmmmmmmmmmm............. icha mengejang kuat dan ku rasakan kejantananku di hisap kuat dalam vaginanya.....merasakan kenikmatan yang luar biasa dan mendengar lenguhan icha, tak bisa kutahan lagi pejuku... ku semprot dengag kuat pejuku crrrooootttttt.... 6 kali tembakan di dalam lubang nikmat itu, oohhh....... indahnya bercinta......

Sejak berada dibangku SLTA, saya mempunyai hoby merakit alat-alat elektronika, yang salah satunya adalah alat komunikasi Handheld Transceiver (HT). Setelah rampung merakit dan berhasil untuk digunakan berkomunikasi kini hari-hariku terisi dengan membuang kejenuhan melalui alat komunikasi tersebut. Sampai suatu saat ditengah malam, saya ngebrik dengan seorang wanita di chanel khusus yang hanya dapat kami pergunakan berdua alias "mojok" dengan fasilitas symplex duplex. Asyik memang sehingga tak terasa sudah larut malam.
"Mah..., udah larut malam nich, masak hanya ngobrol terus tanpa tindakan?", tanyaku agak manja.
"Emang Papa mau ngapain, kita khan cuma bisa berbicara aja", balasnya di seberang sana.
"Engg maksud Papa..., ehm ssth", suaraku sengaja mendesah merayu.
"Ach Papa, dadamu menggairahkan emm apalagi pen.., auh besarnya".
"Emmh mah, buah dadamu montok, bersih dan itu..., putingnya merah jambu..., Papa ingin mengulumnya mah".
"Ini pah silakan..., ahh..., aih..., terus pah auh...".
Demikian hangatnya komunikasi ini sampai tak terasa celana dalamku basah oleh lendir kental seperti susu milk.
"Mah saya udah keluar nich, Mama udah belum?, tanyaku.
"Mamah belum apa-apa tuh pah", jawabnya.
"Gimana pah kalau besok kita KOPDA (Kopi Darat)".
"Oke dech mah, tapi dimana?
"Emm di Matahari Plasa lantai IV, tepatnya di Rumah Makan Dandaman, aku disana pakai T-shirt hitam dan celana Jeans Biru. Cari aku disana yah...".
"Oke deh,... Lalu jam berapa?".
"Ya..., jam 10 pagi, bisa nggak?.
"Pasti bisa deh..., oke sampai ketemu besok ya..., daah cup ah cheerio mam."
"Cup ah juga pah sampai besok..., cerio".

Akhirnya di pagi hari yang cerah, pagi-pagi sekali saya sudah mandi dan berpakaian rapi. Dengan menggunakan Jeep Willys bak terbuka Saya meluncur ke Matahari Plasa langsung menuju ke lantai IV. Disana saya berjalan-jalan sambil melihat-lihat ke rumah makan Dandaman dan mencari wanita berpakaian seperti apa yang dia katakan. Beberapa lama di sana, di sudut ruangan mataku terbelalak melihat sosok wanita dengan ciri-ciri yang kucari. Ternyata tubuhnya seksi dan dandanannya menunjukkan bahwa dia bukan orang sembarangan. Karena apa yang saya cari sudah ketemu dan ternyata tidak mengecewakan, maka saya langsung menghampirinya.
"Selamat pagi tante", sapaku dengan senyum ramah.
"Selamat pagi juga". jawabnya tak kalah ramahnya.
"Kenalkan nama saya Andy, tante".
"Emh nama tante Santy, Silakan duduk Ndik".
"Terima kasih tante", sambil saya mengambil tempat duduk di depannya.
"Jangan lagi panggil tante ah, panggil saja Santy. Oke?".
"Ya deh", jawabku sambil mengangguk.
Singkat cerita kami berdua ngobrol tentang kami berdua, eh ternyata memang dia bukan orang sembarangan. Dia istri pengusaha terkenal di Semarang.
"Kamu masih kuliah Ndik?.
"Masih San, tapi mungkin semester ini saya ambil cuti".
"Lho kenapa?", tanya Santy.
"Yah biasa masalah biaya. Saya harus menanggung buaya hidup dan kuliahku dengan usaha sendiri. Sementara ini bisnis yang saya jalankan lagi sepi San, Jadi yah cuti dulu nggak apa-apa lah", komentarku menerangkan.
"Andhik", kata Santy sambil bergerak mendekatiku. "Ngapain harus cuti segala, emang kamu nggak punya siapa-siapa untuk dimintai bantuan?".
"Emm nggak punya San, habis semua saudaraku berada jauh dari Semarang".
"Lalu kau anggap aku ini siapa? Tanya Santy mengejutkan. "Kamu butuh uang berapa?" lanjutnya.
Saya jadi gelagapan diberondong pertanyaan oleh Santy."Em..., anu..., ehg".
"Kamu nggak usah gugup Ndik, ngomong aja kamu butuh uang berapa".
Akhirnya saya ngaku juga "Anu San dua juta".
Setelah saya ngomong begitu, Santy langsung membuka tas kecilnya dan brak..., uang dua juta sudah di atas meja di depanku.
"San..., engh"
"Ala..., nggak usah basa-basi, ambil saja Ndik"' Kata Santy tahu apa yang sedang saya pikirkan. Lalu gimana saya harus mengembalikannya San. Nanti gampanglah sekarang ayo habiskan makannya.

Setelah makanan di depan meja habis kusantap, Santy langsung membayarnya dan kami beranjak pergi.
"Kita mau kemana San", tanyaku.
"Kamu naik apa Ndik?" tanya Santy.
"Itu naik gerobak antik", kataku sambil menunjuk mobilku.
"Eng kalau begitu, kita naik mobilku saja", kata Santy. "Sementara biar mobilmu disini dulu, Oke?".
"Oke",kataku sambil naik ke mobil Santy.
Dalam pikiranku pasti Santy akan mengajakku ke hotel dan..., ternyata mampir dulu ke rumahnya. Dirumah mewah itu hanya ada perkakas Lux dan Interior yang sangat indah. Halaman luas dengan taman yang indah juga.
"San..., kenapa rumah kamu sepi?".
"Iya memang hanya ada aku dan suamiku yang sering dinas keluar kota. Maklum sibuk dengan bisnisnya".

Akhirnya di ruang tamu kami ngobrol sambil nonton VCD yang telah di on kan oleh Santy. Sebuah CD karaoke dengan background seorang artis yang sensual dengan memamerkan tubuhnya yang menggiurkan. Tangan Santy tidak terasa meraba-raba tangan dan tubuhku. Kulirik buah dadanya yang menyembul ingin keluar dari kaos "you can see" nya. Tanpa ragu saya juga membalas gerakan-gerakan Santy. Semakin dalam semakin asyik saja dan tidak terasa saya dan Santy telah telanjang bulat di sofa ruang tamu."Engh..., ah..., Ndik", jerit Santy saat kujilati vaginanya sambil kuremas putingnya.
"Terus Ndik..., augh..., nikmatnya augh..., Ndik aku nggak kuat".
Langsung saja penisku, saya masukkan ke vaginanya dan kali ini jeritan Santy semakin keras "Augh..., Andhik..., gila kamu..., terus Ndik...". Dan akhirnya cret..., creett... saya puas dan Santy pun demikian.

Akhirnya pengalaman ini terbawa hingga saya tamat kuliah dengan biaya seluruhnya ditanggung oleh Santy. Kini saya sudah punya rumah, mobil, hand phone dan pekerjaan yang semua berasal dari Santy. Kini Santy telah tiada karena sakit jantung.
Mohon maaf Santy, semoga Tuhan mengampuni dosa kita berdua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar